NovelToon NovelToon
Tersesat Di Hutan Angker

Tersesat Di Hutan Angker

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Mata Batin / Iblis
Popularitas:406
Nilai: 5
Nama Author: Juan Darmawan

Enam mahasiswa—Raka, Nando, Dimas, Citra, Lala, dan Novi—memutuskan untuk menghabiskan libur semester dengan mendaki sebuah bukit yang jarang dikunjungi di pinggiran kota kecil. Mereka mencari petualangan, udara segar, dan momen kebersamaan sebelum kembali ke rutinitas kampus. Namun, yang mereka temukan bukanlah keindahan alam, melainkan kengerian yang tak terbayangkan.

Bukit itu ternyata menyimpan rahasia kelam. Menurut penduduk setempat, kawasan itu dijaga oleh makhluk halus yang disebut “penunggu hutan”, sosok jin yang berwujud manusia tampan dan wanita cantik, yang gemar memperdaya manusia muda untuk dijadikan teman di alam mereka. Awalnya, keenamnya menertawakan cerita itu—hingga malam pertama di hutan tiba.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juan Darmawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bayangan Misterius

Mereka berlima segera duduk di bawah atap pos pendakian kedua itu. Sengnya sudah berkarat, beberapa bagian bahkan bolong, tapi cukup untuk berteduh dari terik matahari yang mulai menyengat. Sekitar pos itu lapang—tidak ada pohon besar, hanya semak-semak pendek dan tanah berdebu. Udara panas membuat napas terasa berat.

Nando menurunkan tasnya dan menyandarkannya ke tiang pos.

“Aduh… panas banget. Untung ada pos, kalau enggak gue udah gosong nih.”

Dimas membuka botol minumnya dan meneguk dalam-dalam.

“Ini baru jam sebelas tapi mataharinya udah kayak jam dua siang.”

Lala melongok ke luar pos, menatap jalur yang mereka lewati. Dari ketinggian itu, desa Mekar Sari terlihat kecil sekali di kejauhan.

“Capek sih, tapi pemandangannya keren juga ya…” katanya pelan.

Novi duduk menyandarkan punggungnya ke dinding pos. Wajahnya terlihat pucat dan berkeringat.

“Aku pusing… mungkin karena panas.”

Citra yang duduk di sampingnya langsung menatap khawatir.

“Kamu kenapa, Nov? Mau minum dulu?”

Novi menggeleng.

“Enggak, cuma pengen duduk aja sebentar.”

Sementara itu Nando berdiri sambil membentangkan kedua tangannya, menghirup udara.

"Kita foto yuk!” katanya antusias sambil mengeluarkan ponselnya dari saku.

“Asik nih pemandangannya, mumpung langit lagi cerah banget.”

Citra langsung berdiri, tersenyum lebar.

“Setuju! Biar ada kenangan sebelum naik ke puncak.”

Dimas mengangguk sambil mengelap keringat di dahinya.

“Ya udah, sekalian istirahat, sekalian foto bareng.”

Lala membantu Novi berdiri, meski Novi terlihat agak lemas.

“Ayo Nov, cuma sebentar kok. Biar nanti ada fotonya juga.”

Novi tersenyum tipis dan berdiri perlahan.

“Iya deh, tapi cepet ya, kepala aku agak pusing.”

Mereka berlima berdiri di depan pos pendakian kedua. Nando menaruh ponselnya di atas batu besar, menyalakan timer, lalu berlari ke tengah-tengah teman-temannya. Mereka tersenyum ke arah kamera—beberapa bahkan berpose konyol, mencoba mengabaikan rasa lelah dan panas.

Klik!

Suara kamera berbunyi.

Mereka tertawa kecil setelah melihat hasilnya.

“Keren juga, ya,” kata Citra. “Kayak foto promosi wisata alam gitu.”

Nando terkekeh.

“Iya dong! Nih gue upload nanti kalau udah turun. Biar dibilang anak petualang sejati.”

Tapi saat ia menatap layar ponselnya lagi, senyumnya perlahan memudar.

Ia memicingkan mata, menatap foto yang baru saja diambil.

“Eh… bentar deh,” gumamnya pelan.

“Kalian berdiri berlima kan barusan?”

Dimas menatap heran.

“Ya iyalah, emang kenapa?”

Nando menelan ludah, menunjuk layar ponselnya dengan tangan bergetar.

Di ujung foto, di belakang Novi, tampak sosok samar berambut panjang berdiri menunduk, mengenakan kain merah lusuh yang tampak sobek di beberapa bagian. Wajahnya tak terlihat, hanya bayangan hitam yang menutupi.

Nando masih menatap layar ponselnya dengan kening berkerut, sementara yang lain mendekat penasaran. Namun sebelum suasana semakin tegang, Leo langsung nyeletuk sambil tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana.

“Mana? Gak ada apa-apa, Ndo. Udah mulai halu nih anak, kayaknya lu udah lapar deh. Udah yuk, kita makan dulu.”

Citra ikut tertawa meski terdengar agak kaku.

“Bener tuh, dari tadi lu ngoceh mulu. Mungkin yang lu liat cuma bayangan daun atau pantulan cahaya.”

Nando masih berusaha menunjukkan fotonya.

“Serius, tadi di sini nih… liat deh baik-baik.”

Tapi saat ponselnya ditunjukkan lagi ke mereka, foto itu tampak berbeda — sosok berpakaian merah tadi tidak ada lagi. Tinggal mereka berlima yang berdiri sambil tersenyum ke kamera.

Lala menatap layar itu lalu memandang Nando dengan bingung.

“Mungkin pantulan atau glitch kamera, Ndro. Udahlah, gak usah dipikirin.”

1
Nụ cười nhạt nhòa
Belum update aja saya dah rindu 😩❤️
Juan Darmawan: Tiap hari akan ada update kak😁
total 1 replies
ALISA<3
Langsung kebawa suasana.
Juan Darmawan: Hahaha siap kak kita lanjutkan 😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!