Demi biaya operasi ibunya,kiran menjual sel telurnya.Matthew salah paham dan menidurinya,padahal ia yakin mandul hendak mengalihkan hartanya pada yoris ponakan nya tapi tak di sangka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EPI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta sejati yang menyembuhkan
Mendengar itu, Anggun berteriak, "Pembohong! Dasar tua bangka! Kau cuma iri padaku dan Pak Matthew! Seseorang, usir biarawati gila ini!" Anggun berteriak.
Ibu Matthew terpaku melihat sikap dan cara bicara Anggun yang tidak sopan kepada biarawati itu.
Anggun berkata, "Usir dia dan potong lidahnya!" ucapnya sangat marah, membuat ibu Matthew menganga.
Biarawati itu menunjuk Anggun, "Kau bayar aku, sekarang kau mau membungkamku? Heh, ini uang yang dia berikan padaku, periksa saja ada sidik jarinya di mana-mana. Kalian bisa lihat CCTV!" ucap biarawati itu kesal karena dituduh.
Anggun terbelalak, ketakutan karena kebohongannya terancam terbongkar.
Matthew menanggapi santai, "Kurasa reaksinya sudah cukup jadi jawaban. Ibu masih mau aku menikahi penipu ini?" tanya Matthew santai.
Ibu Matthew berjalan dengan rahang mengeras ke arah Anggun. Anggun melihat itu menangkupkan tangannya, "Nyonya Selina, tolong percaya padaku. Aku cinta sejati Matthew. Anakmu akan mati kalau tidak menikahiku!" ucapnya meyakinkan ibu Matthew.
Ibu Matthew sudah berhadapan dengan Anggun, "Tutup mulutmu, dasar ular pembohong!" Ibu Matthew menampar Anggun, "Plaakkkk!"
Anggun berteriak, "Ohh!"
Ibu Matthew tidak peduli, "Satpam, usir dia dan buat keluarganya bangkrut!" ujar ibu Matthew murka.
Kiran hanya terpaku. Dua satpam masuk memegang lengan Anggun, menariknya.
Anggun berteriak, "Tidak! Tidak! Tidak! Aku seharusnya jadi nyonya triliuner! Kalau Anda tetap bersama jalang itu, Anda tidak akan selamat hari ini!"
Namun, Matthew dan ibunya tidak peduli. Anggun terus diseret. Kiran menoleh ke arah Matthew, "Matthew, hari ini ulang tahunmu yang ke-30. Kalau aku tidak menemukan cinta sejatimu, kau..."
Belum selesai Kiran berbicara, Matthew memotongnya, "Tidak menemukan cinta sejatiku?" Matthew memegang pipi Kiran, lalu melanjutkan, "Siapa bilang belum aku temukan?"
Ia berjongkok sambil menatap Kiran dan memegang tangannya. Matthew membuka kotak kecil berisi cincin. "Kiran, aku mencintaimu. Maukah kamu menikah denganku?" ucap Matthew tersenyum manis.
Kiran gugup, terkejut, "Apa? Matthew, apa kau yakin soal ini?" tanya Kiran ragu.
Matthew mengambil cincin itu, "Berikan tanganmu," ucapnya. Kiran menurut dan tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Matthew menyematkan cincin itu di jari Kiran.
Kiran berkata lagi, "Tapi aku bukan takdirmu. Kalau kau bersamaku, kau bisa..."
Lagi-lagi Matthew memotong ucapannya, "Aku tidak peduli soal takdir. Aku peduli apa yang aku rasakan di sini," ucapnya memegang dadanya. "Di hatiku, aku mencintaimu, Kiran. Kumohon, menikahlah denganku. Aku mau hidup untukmu dan anak-anak kita. Kalau itu tidak cukup, surat wasiat dengan 32 halaman ini cukup jadi bukti kalau aku mencintaimu," ucapnya tersenyum.
Rusdi, asisten Matthew, maju, "Nona Kiran, Pak Matthew sudah memperbarui surat wasiatnya. Kau jadi pasangan sah dan ahli waris tunggalnya. Kalau sesuatu terjadi padanya, kau akan mewarisi seluruh kekayaannya," ucap Rusdi.
Kiran terkejut, "Tidak, aku tidak mau warisanmu. Aku cuma mau kau hidup," ucap Kiran sedih.
Matthew memegang pipinya, "Tidak apa-apa. Aku sudah menemukan seseorang yang aku mau aku hidup untuknya. Kurasa aku akan baik-baik saja," ucapnya mengelus pipi Kiran dan mendekatkan wajahnya.
Tiba-tiba, suara ibu Matthew terdengar, "Tunggu-tunggu! Hasil tes Matthew kembali normal? Dan nyeri dada saat ciuman itu ternyata cuma cemas? Ohh, terima kasih Tuhan, terima kasih banyak!" Ia sangat senang dan tak bisa mengekspresikan perasaannya. "Astaga, kau dengar itu?" ucapnya kepada semua orang.
Kiran menoleh padanya. Ibu Matthew berkata, "Cinta sejati benar-benar menyembuhkan segalanya!" sambil tertawa. Semua orang ikut bahagia dan bersyukur.
Matthew berkata pada Kiran, "Jadi, Mama Kiran, maukah kau menikah denganku?" tanya Matthew sambil mengelus pipi Kiran.
Kiran menjawab dengan anggukan, "Aku mau!" ucapnya senang.
Mereka berciuman di depan semua tamu undangan. Ruangan riuh dengan tepuk tangan, kebahagiaan terpancar di sana.