⚠️FOLLOW DULU SEBELUM BACA!
⚠️Rawan Typo!
⚠️Mengandung adegan romans✅
⚠️Ringan tapi bikin naik darah✅
Neandra Adsila gadis cantik yang berasal dari desa yang merantau ke Jakarta untuk mengadu nasip di sana dengan bekerja sebagai cleaning service di perusahaan besar.
Entah tejatuh di timpa tangga atau mendapatkan durian runtuh pribahasa yang cocok untuknya saat ia terpaksa harus menikahi CEO muda dan tampan namun begitu angkuh di perusahaannya saat ia sedang membutuhkan banyak uang untuk pengobatan bapaknya di kampung.
"Saya akan membantu kamu asal kamu mau menikah dengan saya"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CrystalCascade, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 23
Mobil Ryszard sudah masuk kedalam halaman mansion. Dengan cepat Emrik membuka pintu untuk dirinya. Lalu berlari menghampiri pintu seberang untuk membuka kan pintu Ryszard.
Emrik membatu Ryszard keluar dari mobil. Tapi sebenarnya Ryszard tidak perlu dibantu, karena Ryszard masih sadar dan tidak mabuk sama sekali. Hanya saja Ryszard menahan jejolak yang besar dalam dirinya, yang ingin segera dituntaskan.
"Pulanglah. Saya bisa sendiri." ujar Ryszard saat sudah keluar dari mobil nya. Dan segera meninggalkan Emrik sendiri di dekat mobil.
Tok
Tok
Tok
Tok
Ryszard mengetuk pintunya membabi buta, tak hanya itu ia juga menekan bel rumahnya berkali-kali.
Tak lama kemudian pintu mansion terbuka. Menampilkan sosok bi Lastri.
"T- tuan." panggil nya bergetar melihat keadaan Ryszard yang tidak seperti biasanya. Ryszard tampak acak-acakan dengan dari yang entah sudah hilang kemana, juga dua kancing kemejanya yang paling atas terbuka.
"Dimana dia?" Ryszard mengatakan itu dengan napas yang memburu.
"Nona, tuan?" Tanya bibi memastikan siapa yang ditanyakan Ryszard.
Sebelum bi Lastri menjawab, Ryszard sudah duluan menyerobot masuk dan menaiki tangga.
Saat sudah berada di depan pintu kamarnya. Ia langsung membuka pintu itu yang tidak dikunci dengan kasar.
"Brak!" suara pintu terbuka kasar, mengagetkan sosok yang sedang membaca novel di ranjang.
Nea langsung bangkit dari duduknya. Ryszard semakin mendekat ke arahnya dengan napas yang memburu. Saat tepat berada di depan tubuh Nea, Ryszard langsung mengikis jarak diantara mereka. Dengan rakus Ryszard melumat bibir ranum itu. Sedangkan Nea masih bingung dengan aksi Ryszard yang tiba-tiba menyerangnya lalu Nea mendorong dada bidang Ryszard.
"Pak. Ada apa ini? Anda mabuk?" Tanya Nea menatap manik Ryszard yang juga menatap ke arahnya dengan penuh gairah yang membara pada dirinya.
Ryszard tak menjawab. Ia langsung menyerang Nea dengan ciuman brutalnya. Dan menggigit bibir Nea agar bibir itu terbuka untuknya, setelah bibir Nea membuka. Ia menyusupkan lidah nya masuk kedalam sana. Ciuman itu semakin dalam saat Ryszard menekan tengkuk Nea.
Ryszard semakin menggila, ia turun menciumi leher jenjang Nea dan membuat tanda kepemilikan disana, hampir saja membuat bibir Nea mengeluarkan suara yang tak ingin ia dengar sendiri. Tubuh Nea sedikit terbuai dengan perlakuan Ryszard, namun akal sehatnya menolak itu.
"Apa yang bapak lakukan?" Tanya Nea saat Ryszard masih mencium lehernya. Lagi-lagi Ryszard tak menjawab, ia mengabaikan pertanyaan itu. Ia melingkarkan tangan nya di pinggang Nea.
"Pak tolong lepasin saya!" Saat Nea berteriak. Ryszard langsung membungkam bibir Nea dengan bibirnya.
Nea memberontak, dan mendorong tubuh Ryszard. Namun bukannya melepas, Ryszard malah semakin mengeratkan pelukannya. Nea masih berusaha sekuat tenaga mendorong tubuh itu. Tapi naas bukan nya Ryszard yang terdorong dan menjauh dari tubuhnya, malah dirinya sendiri yang terdorong dan kini terhempas ke kasur yang ada disamping mereka. Belum sempat Nea bangkit, Ryszard lebih dulu sudah mengungkung Nea dibawah nya. Ryszard mulai menciumi bibir itu lagi meski dengan penolakan Nea.
"Saya mau kamu." ucap Ryszard disela-sela ciuman nya yang terdengar serak dengan mata penuh dengan api gairah.
Nea menggelengkan kepalanya, ia mencoba menghidari Ryszard. Tak hanya itu, Nea juga memukul-mukul dada Ryszard agar menjauh darinya. Namun itu tak berdampak apapun, dengan sigap Ryszard menghentikan pukulan Nea dan mencengkeram kedua tangan Nea dan melanjutkan aksinya. Dan kini ciuman Ryszard sudah turun lagi ke leher Nea, ia membuat tanda lagi disana.
"Saya nggak mau pak. Tolong lepaskan saya. Bapak nggak ingat dengan perjanjian kita, tidak ada hubungan suami-istri diantara kita." Ucap Nea dengan suda bercucuran air mata.
"Persetan dengan perjanjian itu! Saya tidak peduli." setelah itu Ryszard membukam bibir Nea agar berhenti berbicara. Saat ini tangan nya sudah tidak bisa dikondisikan lagi, tangan yang tadi memegangi Nea agar tidak berontak kini sudah mencoba melepaskan kancing piama yang Nea kenakan.
Ryszard terus mencium Nea seraya mencoba melepaskan baju Nea dan mengabaikan Nea yang terus memberontak. "Ayo lah jangan menangis. Kamu bukan anak dibawah umur dan kita sudah menikah, tidak ada hukum yang kita langgar dengan melakukan itu." Ryszard membujuk Nea yang menangis. Okeh! Kali ini kesabarannya masih tersisa, jadi ia gunakan itu untuk membujuk Nea agar dengan suka rela mau melakukan hubungan dengan nya. Bagaimana pun disini Nea masih muda walau pun sudah bukan dibawah umur, ia harus banyak-banyak bersabar meskipun bisa saja ia langsung menerobos, tapi itu tak Ryszard lakukan karena ia mencintai gadis yang berada di hadapan nya itu. Tapi mungkin beberapa menit lagi sudah tidak bisa di panggil gadis.
"Tapi kita sudah membuat perjanjian untuk tidak berhubungan. Hikss..." Nea semakin menangis.
"Saya tidak akan melakukan ini jika kamu tidak mau. Tapi keadaan nya disini lain, saya sedang dijebak. Kimberly memasukkan obat perangsang pada minuman saya. Setidaknya tolong jangan tolak saya kali ini. Saya bisa mati jika terus menahan ini." ucap Ryszard yang sudah mulai frustasi. Matanya memerah, keringatnya bercucuran karena menahan gejolak besar dalam dirinya.
"Please..." kali ini Ryszard mengatakan nya tepat di telinga Nea.
Nea masih terus menangis didalam kungkungan Ryszard bahkan kini ia sesegukan. Melihat Nea semakin menangis, Ryszard menggeram frustasi dan menjambak rambutnya sendiri dengan kasar lalu meninggalkan Nea sendiri yang masih menangis di ranjang.
Ryszard menutup kasar pintu kamar mandi. Ia menyalakan shower dan berdiri dibawahnya, ia memaklumi jika Nea belum mencintainya tapi setidaknya Nea tidak menolaknya karena Ryszard memiliki hak penuh atas dirinya. Kalau saja Ryszard tak memiliki rasa apapun dengan Nea pasti sedari tadi Ryszard sudah mengabaikan segala penolakan Nea dan melakukan apa yang sangat ingin ia lakukan.
Ryszard mengguyur tubuhnya dengan air dingin, ia mencoba meredam efek obat itu.
Sedang kan diluar sana Nea khawatir dengan keadaan Ryszard. Sebenarnya Nea juga tidak tega melihat Ryszard meminta dan memohon padanya. Apalagi dengan wajahnya yang sudah memerah dan berkeringat menahan gejolak pada dirinya. Nea bimbang, antara hati dan pikiran nya tidak sejalan. Hatinya ingin menuruti Ryszard dengan menjalankan tugasnya sebagai istri, tapi otak nya berpikir sebaliknya. Tapi ia juga teringat sebuah nasehat dari bi Lastri beberapa waktu lalu saat mereka mengobrol berdua.
Flashback on
"Suami bibi kemana?" Tanya Nea.
"Suami saya sudah meninggal" jawab nya.
"Aduh. Maaf ya bi"
"Nggak papa non"
"Bibi cinta sama suami bibi?"
"Cinta banget non"
"Bibi beruntung banget ya bisa nikah didasari dengan cinta"
"Eh siapa bilang? Bibi dulu sama suami itu dijodohkan malahan kita nggak saling kenal. Bahkan dulu bibi benci sama dia karena dia bibi jadi nggak bisa kerja lagi. Tapi bibi selalu nurut sama dia. Soalnya ibu bibi dulu pernah bilang kalau surga istri ada di suami nya dan kita nggak boleh menolak apapun yang dingin kan suami selama itu bukan kejahatan"
"Dan kalau kita nurut kita bakal dapat pahala non"
Flashback off
Kata-kata bibi berputar dikepala Nea membuatnya semakin dilanda kegundaan. Ia sangat ingat dengan perjanjian mereka, tapi ini dalam keadaan genting. Bagaimana jika Ryszard sampai kenapa-napa karena terlalu lama menahanya.
Nea mengahapus air matanya, dan merapikan pakaian nya yang hampir terbuka lalu bangkit dan berjalan menuju pintu kamar mandi. Sekian lama ia berdiri di depan pintu kamar mandi, ia tak berani mengetuk nya. Namun rasa khawatir menguasai dirinya dan mengabaikan semua kemungkinan yang akan ia hadapi setelah ini.
Nea mengetuk pintu kamar mandi itu dengan pelan.
"Pak." Nea bersuara.
"Bapak gak papa kan?" Tanya Nea dengan menempelkan telinga nya di pintu mencoba mendengar apa yang terjadi di dalam sana.
"Pergi jika kamu tidak mau saya memaksa kamu!" Teriak Ryszard dari dalam sana. Keberadaan Nea hanya akan menyakiti dirinya saja, dengan penolakan yang Nea berikan.
Nea semakin merasa bersalah pada Ryszard, seharusnya dia tidak egois mementingkan dirinya sendiri dan mengabaikan Ryszard yang tersiksa karena menahan hasratnya.
"Pak keluar. Jangan buat saya kawatir, saya nggak mau bapak kenapa-napa didalam sana."
"Jika kamu khawatir dan peduli dengan saya. Kamu tidak mungkin membiarkan saya kesakitan menahan semua ini" Ryszard berkata dengan frustasi dari dalam sana.
Jlep
Perkataan Ryszard barusan begitu menusuk hati Nea. Semua yang dikatakan Ryszard benar adanya. Jika Nea memang peduli dengan Ryszard pasti Nea tidak akan menolaknya walaupun ia tak mencintai Ryszard. Setidaknya Nea kebaikan yang dilakukan Ryszard belakangan ini padanya.
Nea menelan ludah nya. Ia sudah memutuskan apa yang akan ia lakukan. Sekali lagi ia mengetuk pintu itu.
"Saya bilang pergi dari sini!" Teriak Ryszard dari dalam sana. Ia berusaha menghargai kalut yang Nea berikan.
"Keluar pak. S saya bersedia, saya akan melakukan apa yang bapak inginkan." akhirnya perkataan itu lolos dari kerongkongan Nea.
"Jangan bercanda kamu. Sudah pergi sana! Jika saya keluar kamu tidak akan selamat."
"Gak pak saya nggak becanda. Ayo bapak keluar, jangan sakiti diri bapak sendiri."
Keputusan yang Nea ambil ini cukup besar. Ia akan menyerahkan apa yang ia juga selama ini untuk sesorang yang baru dalam hidupnya walaupun orang itu adalah suaminya sendiri. Nea memutuskan ini karena tidak tega dengan Ryszard yang seperti ini, jika bukan karena cinta tapi setidaknya ia melakukan ini karena kemanusiaan. Tapi sebenarnya dalam hati Nea ternanam sebuah rasa yang tidak pernah ia pungkiri akan tumbuh disana. Anggap saja ini hadiah perpisahan dari Nea.
"Ayo pak keluar." bujuk Nea sekali lagi.
Tak berselang lama pintu pun terbuka, menampilkan Ryszard dengan pakaian basah kuyup nya.
"Kamu serius?" Tanya Ryszard seraya menatap Nea memastikan apa yang Nea katakan itu tidak berbohong.
"Saya serius." ucap Nea dengan menundukkan kepalanya.
Ryszard menarik dagu Nea agar Nea menatap matanya. Ia ingin mencari kesungguhan dari dalam sana.
Setelah menatap mata Nea cukup lama. Ryszard mengecup bibir Nea sekilas lalu berpindah ke pipi, kening, dagu, kelopak mata, hidung dagu. Semua bagian wajah nya tak luput dari sentuhan benda kenyal itu.
Setelah itu Ryszard kembali mencium bibir Nea dengan penuh perasaan. Ia mencurahkan seluruh perasaan yang ia rasakan selama ini dari cinta hingga nafsu yang membara.
Cukup lama Ryszard mencium nya, sekarang sedikit demi sedikit Nea membalas apa yang Ryszard lakukan padanya. Seketika kamar itu dipenuhi dengan decapan yang memabukkan.
Dengan pelan namun pasti, Ryszard menggiring tubuh Nea agar mendekati ranjang. Saat sudah berasa di dekat ranjang, Ryszard mendorong pelan tubuh Nea hingga terbaring dikasur. Lalu dengan kasar ia melepaskan baju basah yang melekat pada dirinya. Setelah baju itu terlepas dan hanya menyiksakan bawahan basah yang masih Ryszard kenakan. Pipi Nea memerah melihat perut kotak-kotak Ryszard yang tak tertutupi apapun.
Malam ini adalah puncak dari segalanya, entah cinta atau hanya gairah semata namun keduanya melalui malam yang panjang dengan lenguhan dan sedikit kesakitan yang memabukkan.
Sebelum baca jangan lupa 🎯 "Target kita: banyak like, view, dan komentar kece dari kamu! 😉"
U