Arini Syafira, ia adalah wanita berusia 23 tahun mahasiswi jurusan kedokteran di sebuah universitas swasta. Dia memiliki wajah natural tetapi sangat cantik, tubuhnya yang semampai dan rambutnya yang terurai panjang menambah aura kecantikannya.
Ketika ia masih semester 2, Ayahnya meninggal. Ia pontang-panting mencari pekerjaan di Rumah sakit dan instansi kesehatan lainnya. Tetapi, hasilnya nihil. Ia bingung harus bekerja dimana lagi, karena ia harus membiayai kedua adiknya yang masih duduk di bangku sekolah.
Ketika Arini sedang duduk di halte busway, ada seorang Ibu berusia sekitar 40 tahun, menawarinya pekerjaan. Seminggu lagi, ibu itu harus pulang kampung karena anaknya sakit. Ibu itu menawari Arini bekerja di Rumah Keluarga Raharsya.
Ia harus melayani Tuan muda pewaris tahta keluarga Raharsya, yaitu Tuan Davian Raharsya. Sikapnya yang sombong dan angkuh, membuat semua orang takut padanya. Semua asisten yang pernah bekerja dengannya tak akan kuat bertahan lama. Akankah Arini sanggup menjalani pekerjaannya sebagai pembantu di rumah Davian?
Tunggu kisah selanjutnya di Noveltoon ya, selamat membaca 💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pikirkan lagi
Arini tak bisa tidur sama sekali. Pikirannya melayang kemana-mana. Dua lelaki yang berputar di kepalanya benar-benar membuat moodnya terganggu.
Pertama, Davian. Bagi Arini, Davian adalah kehidupan dunia halu nya. Kehidupan Davian dan semua yang ada didalamnya hanyalah angan-angan belaka. Hidup Davian bukanlah tandingan Arini. Hidup Davian seperti khayalan bagi Arini.
Menikah? Arini harus menikah dengan Davian? Meskipun, hanya pernikahan di atas kertas saja, tetapi pernikahan akan tetap SAH secara hukum dan agama. Arini tak enak hati kalau tak mengatakan pada Ibunya. Arini memutuskan akan berbicara pada Ibunya lusa, ketika waktunya ia libur.
Kedua, Mas Adit. Bagi Arini, Mas Adit adalah kehidupan dunia nyatanya. Mas Adit adalah lelaki yang selalu mengejar Arini. Mas Adit bukan seperti Davian yang berasal dari keluarga konglomerat. Mas Adit adalah lelaki yang mencintai Arini.
Entah harus bagaimana, Arini bingung dengan kenyataan ini. Davian, hanya pernikahan sandiwara saja. Tetapi, Mas Adit? Ia akan menikahi Arini dan menjalani biduk rumah tangga yang sebenarnya. Tetapi, rasanya hati Arini tak mau jika harus menjadi istri Mas Adit. Arini sudah menganggap Mas Adit seperti kakaknya sendiri, tak lebih dari itu.
***
Pagi sekali, seperti biasa Arini akan masuk ke kamar Davian untuk menyiapkan perlengkapannya. Arini masuk ke kamar Davian, betapa kagetnya Arini melihat Davian sudah bangun dan duduk di ranjangnya.
"Maaf, Tuan. Saya belum menyiapkan perlengkapan mandi Tuan." ucap Arini
"Ini memang masih jam 4. Gue aja yang bangun kepagian! Santai aja, gue gak bisa tidur. Jadi, jam segini aja gue udah bangun." jawab Davian
"Baik, Tuan. Saya akan segera menyiapkan semua perlengkapan anda." ucap Arini
Jangankan Tuan, saya saja nggak bisa tidur sama sekali. Saya pusing, mikirin pernikahan sandiwara kita. Huft.
Arini telah selesai mempersiapkan perlengkapan Davian untuk kerja hari ini. Arini tinggal membuat sarapan untuk Tuannya tersebut.
"Tuan, ingin sarapan apa?" tanya Arini
"Tak perlu. Rasanya, masih ada sesuatu yang mengganjal dalam diri gue." ucap Davian tiba-tiba
"Apa itu, Tuan?" tanya Arini
Davian terdiam. Davian masih tak menyangka ia harus segera mempersiapkan pernikahan untuknya dan Arini.
"Gue gak mungkin nikah sama lo tanpa memberi tahu orang tua lo, Rin." kata Davian
"Sebenarnya, saya pun berpikir begitu, Tuan. Namun, saya bingung. Harus bagaimana saya mengatakannya?" tanya Arini
"Jujur saja. Apa Ibumu akan marah kalau kita jujur?" tanya Davian
"Mungkin iya, mungkin tidak. Aku sendiri masih takut untuk mengatakan pada Ibu." ucap Arini
"Apapun yang terjadi, kita harus jujur. Gue gak mau sembunyi-sembunyi dari Ibu dan adik-adik lu! Siang nanti, Dika akan jemput lu, dan kita segera ke rumah Orang tua lu. Kita coba aja." perintah Davian
"Tapi, Tuan.." Arini merasa keberatan
"Tenang aja, gue yakin Ibu lu memaklumi gue. Gue juga gak akan ngapa-ngapain elu kok. Gue juga tahu, lu udah punya pacar!" ucap Davian
Davian berlalu menuju kamar mandi. Arini tak sempat menjawab perkataan Davian barusan.
Apa-apaan dia? Apa maksudnya berkata bahwa aku sudah punya pacar? Apa dia mengintai ku? Tetapi, apa pengintaian nya salah? Jelas-jelas, aku tak punya pacar. Kenapa dia bisa berkata begitu? Arini dalam hati.
Davian akan segera berangkat bekerja. Pagi ini, ia tak sarapan. Arini tak mengerti, kenapa Davian tak mau sarapan. Untuk itu, Arini berinisiatif membawakan bekal makan untuk Tuannya. Arini membuat nasi uduk lengkap dengan isinya.
"Tuan, kenapa pagi ini tidak sarapan?" tanya Arini
"Gue gak mood makan! Lu jadi gak ribet masak kan!" jawab Davian ketus
"Tuan, nanti Tuan pasti lapar. Mau ribet atau tidak, tugas saya tetap harus saya kerjakan. Ini, bekal untuk Tuan. Semoga Tuan suka." ucap Arini
"Bekal? Apa ini? Baru kali ini gue bawa bekal ke kantor. Kenapa lu harus bawain beginian buat gue?" tanya Davian
"Tuan butuh tenaga ekstra untuk bekerja. Tanpa sarapan, kita akan lesu, kita gak akan semangat. Jadi, makanlah nanti ketika Tuan merasa lapar dan lesu. Oke?" pinta Arini
"Baiklah, gue bawa." Davian segera masuk kedalam mobilnya.
Dari jauh, Rangga memperhatikan Arini. Semalam, Rangga belum sempat berbicara dengan Arini. Rangga butuh penjelasan Arini, kenapa Arini harus mau menerima pinangan Davian untuk menikah.
"Rin? Bisa ikut aku ke taman belakang? Sebentar saja?" pinta Rangga mengagetkan Arini
"Ta, tapi, Tuan. Saya masih banyak pekerjaan." Arini menghindar
"Kumohon, ini takkan lama!" Rangga memaksa
"Baiklah, Tuan." Arini pasrah.
Arini dan Rangga berjalan pelan sekali. Rangga, hatinya sedikit terluka mengetahui Arini akan menikah dengan keponakannya. Arini? Arini tentu saja perasaannya tak karuan. Ada maksud apa lelaki ini memanggilnya?
Kalau sudah begini, lelaki yang membuat Arini pusing itu ada tiga. Pertama, Davian. Kedua, Mas Adit. Ketiga, Tuan Rangga. Ada apa dengan mereka? Kenapa Arini jadi pusing sendiri?
"Rin?"
"Iya, Tuan?" jawab Arini
"Kamu mencintai Davian?" pertanyaan Rangga membuat Arini melotot
"Ti, tidak Tuan. Kenapa Tuan bertanya begini?" Arini gugup
"Kalo kamu gak cinta Davian, kenapa kamu mau menikah dengannya?" Rangga to the point
Tuh, kan! Benar kan feeling ku. Tuan Rangga pasti menanyakan hal ini. Haduh, Tuan Rangga, aku pun bingung, kenapa aku harus menerimanya? Kemarin, isyarat mata dan bibirnya benar-benar membuat aku terhipnotis, aku benar-benar harus membantunya, dia benar-benar sedang membutuhkan bantuanku. Aku tak ada pilihan lain, karena aku pun punya hutang budi padanya. Batin Arini dalam hati.
"Itu, karena aku mempunya hutang budi pada Tuan Davian. Aku harus membalasnya juga." jawab Arini
"Apa harus dengan pernikahan? Apa harus dengan pernikahan, membalas hutang budi Davian padamu?" nada bicara Rangga sedikit meninggi
"Kalau aku membalasnya dengan uang kembali, aku tak punya uang sebanyak itu. Kalau pun aku banyak uang, aku tak mungkin akan menyulitkan Tuan Davian, aku juga tak mungkin bekerja disini." jelas Arini
"Kenapa kamu tak minta tolong padaku? Aku pun bersedia menolong mu. Kamu tak harus terikat dengan pernikahan seperti ini." jawan Rangga
"Aku tak ada pilihan lain, Tuan. Aku bingung harus bagaimana. Tetapi, aku tak terlalu khawatir dengan pernikahan ini. Lagipula, pernikahan ini hanya sandiwara saja, takkan lama. Aku akan terbebas dari pernikahan ini jika sudah waktunya." jelas Arini
"Apa kau yakin, kau bisa bebas setelah pernikahan itu terjadi? Apa yang bisa menjamin kau bisa keluar dari pernikahan itu?" tanya Rangga
"Saya sudah buat perjanjian dengan Tuan Davian. Apa itu tak cukup untuk meyakinkan saya? Saya kira, itu cukup. Bahkan, Tuan Davian pun ingin membuat surat perjanjian batal nikah, namun saya melarangnya. Karena, ini hanya pernikahan sah di atas kertas saja!" Arini membela diri
"Begitu kah menurutmu? Apa kau benar-benar yakin?" Rangga ragu
*Apa kau yakin, Arini? Apa benar kau bisa bebas setelah pernikahan itu terjadi? Kau mungkin saja ingin pergi dari pernikahanmu itu, tetapi? Bagaimana dengan Davian? Apa ia akan rela membiarkanmu pergi? Aku tak yakin, Davian akan melepaskan mu begitu saja. Arini, kumohon. Pikirkan lagi, jangan sampai kau menikah dengan Davian. Gumam Rangga dalam hati.
*Bersambung