Terjerat Cinta Sang Pembantu
Arini, wanita yang tangguh tak mengenal lelah. Semenjak ditinggal Ayahnya, Arini harus banting tulang membantu Ibunya membiayai kedua adiknya. Arini tak pernah putus asa, ia selalu membantu Ibunya berjualan dan tak henti-hentinya mencari pekerjaan.
Statusnya sebagai mahasiswi, walaupun belum lulus, ia tetap berharap ada yang mau mempekerjakannya di instansi kesehatan, walaupun hanya sekedar menjadi kasir ataupun penjaga kantin. Ia masih tetap bangga jika dirinya bisa bekerja di Rumah sakit, apapun itu pekerjaannya.
Adiknya, Mita dan Alif. Mita masih sekolah kelas dua SMP, sedangkan alif masih duduk di bangku SD kelas 2. Arini tak ingin Ibunya bekerja terlalu keras, karena Ibunya sudah tua. Ia harus tanggung jawab menghidupi keluarga kecilnya.
Semenjak ditinggal Ayahnya, keluarga Arini mempunyai banyak hutang. Ayahnya sering meminjam uang kepada rentenir dengan jumlah yang banyak, ditambah lagi bunga yang mencekik. Arini bingung harus mencari kerja kemana lagi, entah mengapa, kini mahasiswi yang berhenti di tengah jalan kurang diperhatikan.
Arini lelah, ia sedang duduk di halte busway. Ia masih akan mencari pekerjaan di Rumah sakit dan di klinik. Tak lama, ada seorang Ibu tua yang duduk di sebelah Arini. Arini spontan menggeser duduknya.
"Habis darimana dek?" tanya Ibu itu.
"Habis cari kerja, buk! Jaman sekarang susah sekali ya cari kerjaan." keluh Arini.
"Memangnya adek ini sudah melamar kemana saja?" tanya Ibu itu lagi.
"Saya sudah melamar ke beberapa Rumah sakit dan klinik, tetapi masih tak ada yang memanggilku untuk bekerja. Dunia bekerja itu sangat sulit." jelas Arini.
"Memangnya adek lulusan apa?" tanyanya lagi.
"Saya cuma mahasiswi kedokteran yang belum lulus, mungkin kalau mau diterima saya harus jadi sarjana dulu kali ya!" ucapnya.
"Dek, maaf sebelumnya. Bukan maksud saya merendahkan sekolah tinggi mu, tapi jika berkenan untuk jadi asisten rumah tangga, saya bisa membantu. Saya bekerja sudah hampir sepuluh tahun, dan saya lelah. Anak saya sekarang sedang sakit di kampung. Kalau mau, adek bisa menggantikan saya bekerja di sana." terang Ibu itu.
Arini berpikir. Dia ingin bekerja menjadi dokter di klinik ataupun Rumah sakit, karena mengambil jurusan kedokteran, sesuai dengan keinginannya. Tetapi, susah sekali diterima di Rumah sakit, tak ada satupun panggilan dari Instansi kesehatan ketika ia telah melamar. Apakah Arini harus terima saja tawaran menjadi pembantu?
Arini bingung. Ia bercita-cita ingin menjadi dokter. Tetapi, rasanya itu hal yang tak mungkin. Kini, kuliahnya hanya bisa sampai semester 2. Ia harus tetap membiayai kedua adiknya. Kasihan Ibunya kalau harus terus berdagang dari pagi, siang hingga malam hanya untuk menghidupi mereka semua. Arini ingin mengurangi beban Ibunya.
Apakah aku terima saja tawaran menjadi pembantu ini? Selagi aku melamar, aku bisa bekerja dulu. Kalau ada Rumah sakit yang memanggilku, baru aku berhenti jadi pembantu. Aku harus meringankan beban Ibu. Aku tak mau ibu sakit karena berdagang yang tak mengenal waktu. Arini dalam hati.
"Alamatnya dimana, Buk? Jauh tidak dari daerah sini?" tanya Arini.
"Hanya sepuluh menit dari sini. Rumahnya di perumahan elit Grand Residence, Adek pasti tahu kan?" tanya Ibu itu.
"Tahu, buk! Itu perumahan terbesar di daerah ini. Baiklah, sepertinya aku bisa menerima tawaran Ibuk. Aku bersedia bekerja di sana. Tugasku apa ya, buk?" tanya Arini.
"Ibuk di sana hanya melayani Tuan muda, menyiapkan segala keperluannya, membersihkan kamar dan mencuci bajunya. Kalau untuk masak, sudah ada chef yang handal, tetapi terkadang Tuan muda ingin Ibuk yang masak, ya masak saja. Apapun keinginannya harus Ibuk turuti. Apakah adek keberatan?" tanya Ibu itu.
"Tidak, Buk! Kalau saya bisa bekerja dan mendapatkan uang, apapun resikonya saya tak peduli. Sambil menunggu panggilan dari Rumah sakit, saya akan bekerja menjadi pembantu." ucap Arini.
"Terimakasih adek mau berkenan menggantikan Ibuk. Ibuk sudah khawatir tak bisa menemukan pengganti. Oh iya, namamu siapa? Kamu sangat cantik" tanya Ibu itu.
"Nama saya Arini, Bu. Nama Ibu siapa?" tanya Arini balik.
"Nama Ibuk, Sumiyati. Tuan biasa memanggil Ibu Mbok Sum. Kapan Arini akan bersedia datang ke Rumah Tuan Dirga? Tuan Dirga mempunya anak, dan Mbok yang mengurus semua kebutuhan anaknya." tanya mbok Sum.
"Bagaimana kalau besok? Hari ini saya belum bilang kepada Ibu saya." ucap Arini.
"Baiklah, tapi Arini besok datang sendiri saja ya ke Grand Residence, No. A15. Ibuk nanti akan bilang sama majikan Ibuk bahwa Arini akan datang." jelas Mbok Sum.
"Baiklah kalau begitu. Sampai ketemu besok ya mbok Sum."
Arini telah pulang naik busway. Ia berpikir, Ayahnya menyekolahkannya sampai bisa masuk perguruan tinggi, tetapi kini ia malah akan menjadi pembantu. Apakah Ayahnya kecewa melihat Arini sekarang?
Ayah, mencari kerja itu sulit. Aku harus membayar hutang-hutang Ayah. Maafkan aku, tak bisa menjadi perawat apalagi dokter, aku malah jadi pembantu di Rumah orang kaya. Apakah Ayah kecewa padaku? Maafkan aku, kalau nanti aku sudah tak punya hutang, aku akan mengejar cita-citaku sesuai keinginanmu. Gumam Arini.
Arini berbicara pada Ibunya mengenai tawaran untuk bekerja menjadi pembantu. Ibunya khawatir Arini kelelahan. Karena, menjadi pembantu itu bukan pekerjaan yang mudah.
"Apa lebih baik Ibu saja Rin yang bekerja di sana?" usul Ibu.
"Jangan bu, ibu fokus dagang saja! Biar Arin yang bekerja. Ibu tak boleh kelelahan, Ibu jangan terlalu malam pulang dagangnya, siang Ibu pulang saja. Sekarang kan Arin bekerja! Arin bisa membantu Ibu." Arini memeluk Ibunya.
"Jadi pembantu itu capek loh, Rin! Apalagi kalau majikannya galak. Emangnya kamu sanggup?" tanya Ibu Arini yang bernama Bu Diah.
"Tidak apa-apa, Bu! Arin sudah siap menerima segala resikonya, asalkan hutang Ayah cepat lunas." jawab Arini
"Baiklah kalau itu mau mu, Ibu hanya bisa mendoakan mu." Ibu menepuk halus pundak Arini.
***
Keesokan harinya Arini sudah bersiap berangkat menuju rumah majikan barunya. Arini hanya perlu naik busway satu kali. Jarak rumahnya dengan perumahan elite itu tidak terlalu jauh.
Arini telah sampai di rumah besar itu. Ia meminta izin kepada satpam untuk masuk kedalam rumah tersebut. Satpam mengizinkannya, karena Arini berkata bahwa ia adalah pembantu baru di rumah itu.
Arini masuk dengan keadaan gugup. Belum sempat ia mengetuk pintu, kebetulan ada mbok Sum yang sedang membersihkan lantai utama.
"Eh, neng Arini sudah tiba. Mari, mbok perkenalkan pada majikan baru." mbok Sum mengajak Arini masuk.
Arini sangat gugup. Ini kali pertama ia bekerja menjadi asisten rumah tangga. Ia memang biasa melakukan aktivitas rumah tangga, tetapi untuk mengurus rumah sebesar ini ia belum pernah.
Mbok Sum mengenalkan Arini pada suami istri yang berusia sekitar 50 tahunan. Arini dipersilahkan memperkenalkan diri.
"Selamat pagi, Tuan dan Nyonya yang terhormat. Perkenalkan, nama saya Arini. Saya akan bekerja disini mulai hari ini. Saya akan bekerja dengan baik dan benar. Semoga Tuan dan Nyonya berkenan menerima saya di rumah megah ini." Arini menundukkan kepala dan bahunya.
"Kamu terlihat masih muda sekali. Kenapa mau bekerja menjadi pembantu?" tanya Nyonya yang bernama Amel itu.
"Saya harus membiayai adik-adik saya yang masih sekolah. Karena itu, saya ingin bekerja disini." ucap Arini.
"Baiklah, karena mbok Sum yang membawamu kemari, kamu boleh bekerja disini. Mbok Sum melayani anak sulung ku, Davian. Kamu harus mengenalkan dirimu padanya." ucap Nyonya Amel.
"Tentu, nyonya." ucap Arini.
"Mbok, panggil Davian kemari!" pinta Nyonya Amel.
"Nggih, Nyonya!" Mbok Sum pergi ke kamar atas.
Tak lama kemudian, turun seorang pemuda tampan yang terlihat gagah sekali. Wajahnya tampan, tetapi tatapan matanya sangar sekali.
"Ada apa?" tanya Davian sinis.
"Dav, ini asisten baru pengganti Mbok Sum yang akan melayani semua kebutuhanmu! Namanya Arini. Arini, perkenalkan dirimu pada anakku." ucap Nyonya Amel.
"Selamat pagi, Tuan Davian. Saya Arini, saya yang akan menggantikan Mbok Sum melayani Tuan." Arini menundukkan kepalanya.
"Dia? Mau jadi pembantu gue?" Davian menatap sinis kearah Arini.
"Iya, Tuan. Saya akan melakukan yang terbaik untuk melayani semua keperluan Tuan." Arini bersikap ramah.
"Nggak mungkin! Pembantu masih muda kayak gini itu cuma pengen deketin gue, iyakan? Lo gak mungkin mau jadi pembantu. Lo bilang aja mau deketin gue, mau kuras harta gue, lo itu cuma cewek matre yang berharap belas kasihan gue! Jangan pura-pura sok baik deh lu. Udah banyak tipe cewek kayak lu gini, semuanya sama. Cuma pengen duit, duit, duit." ucap Davian emosi.
"Dav, jaga mulut kamu!" Ayah Davian angkat suara.
"Davian, Mama gak suka kamu berbicara seperti itu. Arini memang ingin bekerja di rumah ini. Ia harus membiayai adiknya yang masih sekolah. Kamu jangan terlalu kasar padanya." ucap Nyonya Amel.
"Tidak apa-apa, Nyonya! Saya mengerti, Tuan Davian memang patut berhati-hati. Tetapi, saya akan bekerja sebaik mungkin, agar pandangan Tuan Davian kepada saya tidak serendah itu. Akan saya buktikan, kalau saya memang berniat bekerja, bukan mencari perhatian ataupun ingin dekat dengannya!" ucap Arini berani.
"Berani juga rupanya kau membantahku! Lihat saja nanti, aku akan membuatmu menyerah bekerja disini. Wanita muda sepertimu, tak mungkin berniat bekerja. Aku yakin, kau hanya ingin mengejar ku, Iyakan?" Davian merendahkan Arini.
"Tuan, maaf sekali. Anda bukan tipe saya! Akan saya buktikan kepada anda bahwa saya benar-bener berniat bekerja disini, karena saya ingin mencari uang. Tetapi, kalau Tuan tidak berkenan menerima saya, saya tidak apa-apa. Saya akan mencari pekerjaan lain yang bisa menerima saya dengan baik." ucap Arini.
"Hahahaha, ternyata kau punya nyali juga. Ma, biarkan dia bekerja untukku. Jangan lepaskan dia, urusanku dengannya belum selesai. Berani-beraninya dia berkata aku bukan tipenya. Kau, mulai sekarang bekerja untukku. Kau tidak boleh pergi." Davian pergi meninggalkan Arini dan keluarganya.
"Arini, ucapan Davian tak usah kamu masukan ke hati ya! Dia sebenarnya baik, hanya saja kamu belum mengenalnya." ucap nyonya Amel
"Tentu, nyonya. Saya memahami sikap Tuan Muda."
Sialan. Kenapa aku harus melayani lelaki arogan itu? Seenaknya saja menghardik orang lain tanpa memikirkan perasaannya? Lihat saja nanti, akan ku buktikan semua omongan mu itu tak benar. Aku boleh saja miskin, tapi kamu tak bisa sembarangan menghina harga diriku seperti ini. Nyonya Amel, kau tak salah? Dia sebenarnya baik? Hahahahaaaaa, rasanya aku ingin terjun dari Mount Everest mendengar ucapannya itu. Lelaki angkuh, Cih.. Lihat saja nanti. Akan ku patahkan semua omongan mu itu!
*Bersambung**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Nadia
mudah"an tegas nympk Ending, soalnya aku suka karakter perempuan tegas, gak menye mnenye 😁🤭👍👍
2024-01-11
0
Bellamoore
Baguss thor❤️❤️
2023-05-30
0
Ta..h
ky nya seru nih arini nya bar bar.😁
2023-03-28
0