Jodoh itu rahasia Tuhan. Siapa sangka dua manusia yang terkesan saling cuek dan tidak punya ketertarikan satu sama lain itu disatukan dalam ikatan pernikahan. Akan seperti apa rumah tangga keduanya, saling menerima atau malah kalah sebelum mencoba? Ikuti kisah mereka karena mungkin kita akan menjadi saksi cinta mereka bertumbuh atau sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pipit fitriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghubungi
Cinta belum menemukan tempatnya itulah kata yang lebih pas untuk menggambarkan kehidupan rumah tangga Alma dan Irsan. Cinta itu mungkin sudah ada, cinta itu mungkin sudah tumbuh, namun belum menemukan tempat untuk pulang, lalu situasi yang dihadapi seperti menguji apakah cinta itu benar layak untuk dianggap ada, atau hanya akan jadi cerita yang tidak tahu siapa pemeran utamanya .
Cinta keduanya hanya butuh peka lalu saling menerima meskipun jumlah cinta itu masih sangat sedikit, tapi kalau ada yang menyadari jika ruang itu ada, maka cepat atau lambat sesuatu yang sedikit itu akan tumbuh memenuhi ruang yang sudah tersedia.
Sudah 5 hari Irsan disibukkan dengan pembukaan cabang restoran yang ada di Surabaya, dia bahkan melupakan ucapan terakhirnya yang akan mengabari Alma, menyuruhnya untuk stand by setiap saat dengan handphone. Alma sudah melakukan apa yang diperintahkan Irsan, kini Alma membiarkannya hapenya tergeletak, terbalik hanya memperlihatkan mata kamera yang terbungkus silikon berwarna pink bergambar Hello Kitty .
Irsan tidak berbagi kata lewat suara dia hanya mengirim pesan di sisa-sisa waktu terakhirnya menuju lelah, di saat dia tak sanggup lagi berbagi kata di saat dia tak sanggup lagi menceritakan banyak hal yang terjadi hari ini . Dia hanya menuliskan beberapa kalimat, hari ini dia lelah belum sempat menelpon, belum sempat mengabari. Hal itu awalnya dimaklumi sampai beberapa hari berikutnya alma sudah tidak peduli, baginya dia harus tetap waras tidak berharap pada sesuatu yang semu biar saja dia egois, sementara yang paham isi hatinya adalah dirinya sendiri yang lain hanya tahu luarnya saja.
"Al tadi Irsan kirim pesan sama Abang kalau dia telepon kamu tapi katanya tidak diangkat, apa hp-mu di silent? hingga tidak terdengar kalau Irsan menghubungi."
Mendengar ucapan sang kakak Alma yang sibuk menonton kartun kesukaannya hanya menoleh sebentar, sebenarnya tak berniat menyahut karena baginya tidak penting dia sudah tidak excited lagi mendengar suara telepon atau sejenisnya .
"Benarkah aku sudah hampir 5 hari menunggu telepon darinya, excited ku sudah hilang aku tidak lebih penting dari pekerjaannya jadi Biarkan saja nanti juga sama-sama terbiasa berpisah jarak, berpisah kata."
Alvin berusaha memahami apa yang diucapkan adiknya, Alma sedang kecewa perempuan mana yang tidak bersikap seperti adiknya, tapi tidak ingin ikut campur dalam rumah tangga adiknya, sejauh ini tidak ada yang mengkhawatirkan, mereka kurang komunikasi saja .
"Kamu belajar dewasa, Dek. Dengarkan penjelasannya, dengarkan alasannya kenapa baru hari ini menghubungi kamu, tahu sendiri kalau dia bertanggung jawab dengan restoran yang belum lama ini baru dibuka, jadi coba kamu dengarkan dulu."
"Aku paham apa yang disampaikan Bang Alvin tapi aku juga punya kesabaran yang masih aku batasi, rasanya kok kecewa saja padahal hanya ingkar kata bukan berkhianat tapi bikin perih, bikin kecewa, apa salah ya jika aku berharap lebih?"
Di balik pintu ada wanita paruh baya yang baru saja masuk tak lain dan tak bukan ibu Arumi, ibu dari Irsan wanita yang melahirkan laki-laki yang pekerja keras itu, laki-laki yang ambisinya tidak tahu sejauh mana . Arumi mendapatkan akses keluar masuk rumah besannya berniat ingin mengantarkan makanan kesukaan menantunya tapi tiba-tiba dia harus mendengarkan percakapan antara adik dan kakak membahas mengenai putranya, dipikir Arumi tidak masalah komunikasi antara orang tua dan anak terkendala tapi tidak dengan istrinya. Namun ternyata Irsan mengabaikan duanya.
Arumi hanya kecewa, ternyata Irsan semengecewakan ini, dia terlalu percaya diri kalau putranya bisa menjadi suami yang baik, Arumi sadar bahwa dia tidak mungkin membesarkan anak yang sempurna, penurut, anak yang taat kepada orang tua dan Tuhannya, anak yang menjadi kebanggaan keluarganya, anak yang tidak pernah mengecewakan mereka, itu terlalu sempurna. Jadi ekspektasi dirinya sebagai seorang ibu lagi-lagi harus patah, ternyata dia juga manusia biasa yang akan melihat satu kegagalan di antara banyaknya keberhasilan, Contohnya Irsan, anak yang memiliki banyak kebaikan Namun ternyata lemah saat menjadi imam dalam rumah tangganya, atau memang Belum sadar akan perannya.
Arumi Lebih memilih pulang ke rumahnya daripada melanjutkan untuk bertemu Alma, dia harus memberitahu suaminya kalau anaknya sedang berulah ...
Kembali pada Alvin dan Alma Yang Sedang membahas sang adik, Alvin hanya diam tidak lagi berminat mengeluarkan kata hanya untuk menghibur sang adik, dia menjadi pendengar yang baik tidak mengiyakan tidak pula membantah setiap apa yang menjadi beban pikiran adiknya.
"Kamu tidak salah berharap pada pernikahan ini, memang sudah hakmu, hanya saja situasinya belum cukup baik. Bagi Abang selama dia tidak mengkhianatimu, tidak berkata kasar kepadamu, tidak menyakitimu dengan tangan, dan apapun yang bisa membuatmu berdarah Abang tidak akan mempermasalahkannya, namun tidak pula makluminya ."
"Ya aku setuju dengan ucapan Abang, poin-poin itu belum terjadi dan aku berharap tidak akan pernah terjadi, karena jika itu terjadi aku yang akan lebih dulu kalah dan menyerah. Aku hanya belum dewasa untuk memahami segala situasi yang ada saat ini. Ini pengalaman Pertamaku, ini kehidupan berharga aku, ini adalah hidupku dengan segala angan yang masih mengudara tak jelas, sedangkan aku ditempatkan di situasi di mana peranku telah berganti dari seorang anak menjadi seorang istri, Jadi wajar saja jika aku berharap keadaanku tidak jauh berbeda dari apa yang ayah berikan kepadaku. Mungkin belum, karena egois itu masih mendominasi cara pandang kita masing-masing ."
"Bertahanlah lebih lama, jangan dulu memutuskan untuk menyerah. Abang yakin kalau Irsan laki-laki yang baik dia hanya lupa perannya saja."
" Jika sudah benar-benar mengerti perannya, Abang yakin kamu perempuan yang paling ingin dia bahagiakan setelah ibunya. Maka sekali sekali lagi Abang katakan tolong bersabar lebih lama, Abang tidak akan memaksa egoismu untuk tidur, tapi jangan biarkan juga dia mendominasi apapun dalam dirimu."
"Tenang saja aku belum berminat menjadi istri durhaka yang penuh intrik tipu muslihat, aku juga tidak ingin membesarkan egois ku tumbuhbesar,aku hanya mengimbangi segala sesuatu yang aku dapatkan."
Saat sedang asyik berbicara HP Alvin kembali berbunyi dengan notifikasi pesan dari adik iparnya, Bahkan tak lama tulisan memanggil itu terlihat jelas di layar HP milik Alvin tanpa pikir panjang Alvin pun menjawab telepon dari adik iparnya mengawali kata dengan salam menjawab .
"Assalamualaikum. Bang aku mau tanya Alma berada di dekat abang ?aku sudah berkali-kali menelponnya tak ada jawaban, apa Alma sedang pergi dan tidak membawa hp-nya atau dia sengaja tidak mau mengangkat teleponku?"
"Waalaikumsalam, dia berada di seberang Abang sedang menonton kartun kesukaannya. Hp-nya ada tak jauh dari tempat dia duduk, sepertinya posisi hp Alma terbalik, suara telepon di silent jadi menurut pengamatan Abang, sepertinya Alma sedang membalas perbuatan kamu Ya begitulah
Alvin tidak pernah benar-benar serius untuk menghakimi salah satunya dia hanya perlu jadi pelawak yang garing, memecah ketegangan, menjadi penengah, menyelamatkan keduanya dari keterasingan."
Lirikan mata Alma tajam, dari sini dia berharap kalau sang kakak tidak memberitahu keberadaannya bahkan detail-detail mengenai apa yang ia lakukan, tapi Alvin seperti ember bocor yang sulit dikendalikan. Menyebalkann
Tanpa mendengar persetujuan Alma, Alvin langsung memberikan hp-nya Yang pastinya masih terhubung dengan panggilan telepon dari irsan. Mau tidak mau Alma bicara meskipun malas-malasan .