Cerita ini sepenuhnya adalah fiksi ilmiah berdasarkan serial anime dan game Azur Lane dengan sedikit taburan sejarah sesuai yang kita semua ketahui.
Semua yang terkandung didalam cerita ini sepenuhnya hasil karya imajinasi saya pribadi. Jadi, selamat menikmati dunia imajinasi saya😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tirpitz von Eugene, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Laut koral, atau biasa disebut dengan laut karang, adalah lokasi sebuah perairan antara Australia, Papua Nugini, dan kepulauan Solomon. Di dunia nyata, tepatnya pada tanggal 4 sampai 8 Mei 1942, pernah terjadi sebuah peristiwa penting dalam sejarah dimana armada gabungan Amerika Serikat dan Australia bertempur di perairan ini melawan armada kekaisaran Jepang.
Pada pertempuran itu, kedua armada sama-sama membawa kekuatan kapal induk mereka, sehingga pertempuran laut koral menjadi pertempuran antara dua armada kapal induk. Pertempuran itu juga mencatat kekuatan kapal tempur kedua armada, yang mana tidak saling menembak secara langsung.
Namun semenjak invasi dan teror yang dilancarkan oleh Seiren di perairan Pasifik, lautan ini menjadi sangat penting bagi faksi Eagle Union. Bukan karna banyak pulau yang bisa dijadikan sebagai pangkalan mereka, melainkan para Seiren tidak terlalu menyukai wilayah itu karna fokus utama mereka adalah menguasai samudra! Dan hal ini tentu menjadikannya sebagai jalur pelayaran paling aman bagi kapal-kapal suplai faksi itu untuk menghubungkan mereka dengan Filipina.
Akan tetapi, menurut laporan terakhir dari faksi Eagle Union, perairan ini mulai tidak aman lagi setelah Seiren berhasil mengendus pergerakan kapal-kapal kargo yang berlayar tanpa permisi atau setidaknya membayar uang damai. Faksi itu juga sedang dilanda masalah internal, kapal-kapal yang ada saat ini kekurangan jumlah awak yang membuat mereka tidak bisa leluasa mengawal kapal-kapal kargo. Dan itulah alasan mengapa mereka meminta faksi Emerald Equatoria untuk memberikan dukungan pada kampanye eson hari.
Saat itu Tirpitz sedang berdiri membungkuk di atas peta, tangannya sesekali mencoret peta itu dengan pena sebagai penanda lokasi mereka saat ini. Laksamana yang terlihat sangat lelah memilih untuk duduk di kursi di sebelah roda kemudi, ia sedari tadi merasa merinding melihat roda kemudi berputar-putar sendiri tanpa ada seseorang yang menyentuhnya!
"Apa kau tidak merasa lelah, nona Madjapahit?" ucapnya sambil memandangi bagian belakang tubuh gadis itu.
"Maafkan saya pak," jawab gadis yang masih berdiri di tempatnya seperti patung jendral Sudirman itu, "tapi saya butuh konsentrasi penuh untuk mengendalikan diri saya."
"Ah sudahlah," ujarnya lalu mengalihkan perhatiannya kepada Tirpitz, "apa masih jauh?"
"Sebentar lagi kita sampai," jawab Tirpitz menengadah memandang ke luar lewat jendela depan anjungan.
Sedetik kemudian alarm kapal tiba-tiba berbunyi, membuat suasana menjadi penuh ketegangan.
"Battle station!" seru Tirpitz sambil beranjak menuju posisi yang ia tinggal. Sang laksamana segera bangkit ketika seruan itu terdengar.
"Battle station!" seru Madjapahit memperingati kapal lain.
Para gadis yang sedang asyik bersantai di atas kapal mereka masing-masing segera berdiri dan bersiap untuk menghadapi ancaman. Kedua dek penerbangan milik Singosari segera di penuhi dengan pesawat-pesawat yang siap lepas landas, sedangkan gadis itu terlihat berdiri dengan gagahnya di atas turret ketiga bagian haluan kapalnya.
"Kontak! Arah tiga puluh derajat, jarak dua puluh mil!" seru Madjapahit memperingati, "total ada lima belas kapal terdeteksi!"
Pesawat-pesawat petarung Me-262 dan P-51M Mustang segera lepas landas dari dek penerbangan Singosari dan Madjapahit. Pesawat-pesawat itu akan memulai protokol penguasaan udara, sedangkan pesawat-pesawat lain yang masih berada di atas dek penerbangan segera melakukan persiapan.
"Mulai prosedur mode tempur!"
"Prosedur mode tempur dimulai!"
Seketika satu persatu kapal, termasuk Singosari, mulai diselimuti cahaya kebiruan yang sangat terang. Para gadis secara serempak mulai melompat ke permukaan laut, sedang kapal-kapal mereka meledak menjadi ratusan kubik kristal yang melayang ke arah mereka. Para gadis kapal selam segera memulai penyelaman, kapal mereka seketika menyusut menjadi sebuah torpedo bawah air yang akan mereka tunggangi selama mode tempur.
Proses transformasi itu sangat mengesankan bagi sang laksamana dan ketiga ajudannya, hal itu diabadikan oleh salah satu ajudan laksamana dengan mengambil rekaman video menggunakan sebuah pesawat kamera.
Kubus-kubus kristal itu saling bertabrakan saat menyentuh tubuh para gadis, darinya tercipta sebuah zirah tempur super canggih yang menjadi senjata tempur para gadis kapal.
Di bagian tengah punggung mereka, tepat di bawah tulang rusuk paling bawah, sebuah lingkaran seperti bearing dari baja muncul, dilengkapi dengan semacam tangan-tangan hidrolik yang jumlahnya mulai dari lima sampai dua belas tangan hidrolik, tergantung jumlah persenjataan setiap kapal. Di bagian yang seharusnya menjadi telapak tangan, terpasang persenjataan utama setiap kapal, sedangkan tangan hidrolik yang tersisa memuat sebuah perisai baja yang mana adalah armor sabuk dan geladak kapal-kapal itu.
Bagi kapal-kapal permukaan yang memiliki peluncur torpedo seperti kapal perusak atau penjelajah. Torpedo mereka terpasang pada sebuah sabuk di paha, betis, atau tersemat di ikat pinggang mereka, sedangkan pada sepatu mereka terpasang bagian draf kapal dan baling-baling lengkap dengan plat kemudi untuk mengubah arah laju mereka.
Pada bagian kepala, sebuah headphone dengan miniatur anjungan dilengkapi komponen penting seperti radar dan alat pengontrol tembakan terpasang di atas kepala mereka masing-masing, sedangkan pada telinga mereka terdapat sebuah alat komunikasi dilengkapi potongan armor dengan sebuah antena kecil mencuat di atasnya.
Para gadis segera meluncur di atas air dengan zirah tempur itu. Pada situasi ini, manusia biasa diharapkan untuk tidak mencoba menggendong mereka seperti menggendong seorang gadis manusia biasa, atau tubuh mereka akan menjadi bubur daging karna berat para gadis dalam mode tempur ini sama dengan berat tonase kapal mereka. :)
Singosari segera mengarahkan dua tangan hidrolik paling bawahnya dengan miniatur landasan pacu terpasang di sana ke arah depan. Dari miniatur itu, kilatan-kilatan berbentuk pesawat mulai beterbangan. Kilatan-kilatan itu dalam sekejap mata berubah menjadi pesawat-pesawat asli dengan ukuran sebenarnya saat ketinggian terbang mereka mencapai lima ratus meter di atas formasi para gadis.
"Gajah, targetkan kapal kedua pada formasi!"
"Kapal kedua ditargetkan!"
Seketika meriam-meriam utama kapal Madjapahit mulai berputar dan membidik jalur pelayaran kapal kedua dalam formasi lawan, sedangkan kedua pistol kaliber 600mm nya tetap pada posisi semula. Hal yang sama juga dilakukan oleh Singosari, ia segera mengangkat tangan-tangan penopang meriam utamanya lalu mengarahkan mereka ke kapal yang ditargetkan olehnya.
"Pistol siap, menunggu perintah!"
Tirpitz menarik nafas dalam-dalam sambil terus memperhatikan jarum detik pada jam tangannya. Saat jarum detik mencapai angka dua belas, perintah penembakan segera diberikan olehnya.
"Tembak!"
"Menembak!"
Satu persatu meriam raksasa itu meletus, melontarkan peluru-peluru penusuk armor dengan daya ledak tinggi langsung ke kapal yang ditargetkan. Dentuman meriam-meriam itu membuat orang-orang di anjungan menutup telinga mereka, hanya Tirpitz dan Farel yang tidak menutupi telinganya karna sudah terbiasa.
Dua kapal musuh yang menjadi target Madjapahit dan Singosari segera meledak ketika peluru-peluru menghantam mereka dengan kecepatan hipersonik yang secara kebetulan berhasil mengenai senjata rail gun mereka, seketika membuat kedua kapal itu tereliminasi dan pamit untuk menghadap Neptunus!
"Muat kembali dan tunggu perintah penembakan selanjutnya!"
"Kontak bawah air terdeteksi! Jarak sepuluh mil!"
"Suruh para Hiu mengusir mereka!"
"Perintah dikirimkan, hiu bergerak mengusir orca!"
Kapal selam kelas Tjakra yang terdiri dari dua unit Tipe IX 40/C dan dua unit Tipe VIIC segera bergegas meninggalkan formasi setelah mengkonfirmasi perintah, mereka akan melakukan pertempuran bawah air melawan kapal selam Seiren.
"Perintahkan para Paus untuk menyemprotkan peledak bawah air!"
"Perintah diterima, paus naik ke permukaan dan menyemprotkan peledak bawah air!"
Seketika kapal selam kelas Alugoro yang merupakan kapal selam Surcouf, dan kapal selam kelas Nagarangsang yang berisi dua unit I-400 segera muncul ke permukaan. Ketiga kapal itu bergegas menerbangkan satu skuadron pesawat amfibi untuk menjatuhkan bom peledak bawah air berupa tong-tong minyak yang diisi dengan bubuk mesiu.
Di kejauhan, kapal-kapal permukaan Seiren mulai membalas serangan dari Madjapahit dan Singosari. Tembakan-tembakan sinar laser segera melesat ke arah formasi gadis kapal.
"Goyang kan!"
"Telah bergoyang!"
Seluruh kapal dalam formasi segera berbelok menghindari arah tembakan lawan sambil tetap menjaga formasi, membuat kilatan-kilatan sinar laser itu meleset jauh dan hanya mengenai permukaan laut.
"Perintahkan seluruh gadis untuk membalas cinta mereka!"
"Cinta mereka ditolak!"
Semua kapal permukaan mulai membuka tembakan serempak, menciptakan hujan peluru yang mengguyur formasi kapal musuh. Beberapa peluru berhasil menghantam kapal-kapal lawan, meskipun tidak menyebabkan kerusakan berarti bagi mereka.
"Macan dua, terkam dari timur! Macan tiga, terkam dari barat!"
"Macan dua dan tiga mulai menerkam!"
Lima kapal perusak kelas Siliwangi yang terdiri dari dua unit Tipe 1936A, dua unit kelas Fubuki, dan satu unit kelas Tashkent segera bergerak untuk menyerang formasi lawan dari arah timur, sedangkan empat kapal perusak kelas Radja yang terdiri dari empat unit kelas Fletcher menyerang dari sisi barat.