Bagaimana jadinya jika seorang dokter cantik yang selalu ceria dan petakilan bertemu dengan seorang tentara yang memiliki sifat dingin dan juga galak? akankah mereka bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31 Kebanyakan Gengsi
Cinta kembali ke pos untuk melihat para pasien. "Cinta, wajah kamu kenapa kok merah banget kaya gitu? kepanasan ya?" tanya Hugo dengan polosnya.
"Iya, cuaca hari ini panas banget," sahut Cinta.
"Si Rey ngapain Cinta sampai kaya gitu," gumam Dean.
Lucy yang mendengar gumaman Dean, langsung memukul lengan Dean dengan kencangnya membuat Dean kaget. "Ya, Allah ngapain kamu pukul aku!" geram Dean.
"Ngomong apaan Bapak barusan?" Lucy balik bertanya kepada Dean.
"Gak ngomong apa-apa cuma bilang Cinta diapain sama Reynold kok wajahnya sampai merah kaya gitu, kamunya aja yang punya pikiran ke mana-mana," kesal Dean.
"Ishh.. ishh.. ishh."
Dean pun hendak pergi, tapi Lucy menahannya. "Mau ke mana Bapak, bantuin para pasien ini naik ke mobil karena mereka harus segera di bawa ke rumah sakit," ucap Lucy.
"Yaelah, hanya kamu di sini yang berani memerintah aku," kesal Dean.
Dean dan yang lainnya pun membantu para pasien naik ke atas mobil Tentara. Mereka harus segera dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan penanganan medis biar cepat sembuh dan tidak menular juga kepada Tentara yang lainnya. Cinta duduk di pojokan sembari mengipaskan buku ke wajahnya.
"Gila, kenapa hari ini panas sekali," gumam Cinta.
Cinta memegang dadanya, sungguh jantung Cinta seakan mau copot. Ini bukan pertama kalinya Cinta ditaksir oleh pria, dulu pada zaman masih koas Cinta sempat berpacaran dengan seorang pria tapi pria itu malah mengkhianatinya jadi sudah lama sekali Cinta tidak mempunyai perasaan seperti ini. Dan sekarang Reynold sudah memporak-porandakan hatinya kembali.
***
Malam pun tiba...
Tidak biasanya malam itu udara terasa dingin menusuk sampai ke tulang. "Gila, dingin banget nih malam. Pengantin baru enak nih cuaca seperti ini," celetuk Dean.
"Memangnya enaknya di mana, Lettu?" tanya Bani dengan polosnya.
"Ckckck.... usia kamu berapa?" tanya Dean.
"Siap, 23 tahun!"
"Kamu selama 23 tahun ngapain aja? masa gak ngerti sama yang aku ucapkan," seru Dean.
"Saya memang tidak mengerti, Lettu," sahut Bani.
"Kamu pernah pacaran belum?" tanya Dean.
"Siap, belum pernah!"
"Pantas saja, lain kali kamu coba manfaatin waktu luang itu lihat sesuatu yang bermanfaat seperti bagaimana caranya pacaran supaya kamu gak bego-bego amat," ucap Dean.
Reynold melempar bakar singkong ke arah Dean. "Kalau ngomong itu harus kasih contoh yang benar bukanya malah menjerumuskan," kesal Reynold.
"Itu sudah benar dan bermanfaat untuk masa depan dia," sahut Dean.
"Manfaat apanya, ngasal," ketua Reynold.
"Izin Kapten dan Lettu, saya memang belum pernah pacaran bahkan tidak ada satu pun yang suka sama saya. Mungkin Kapten dan Lettu bisa membantu dan memberikan saran supaya ada wanita yang mau sama saya," ucap Bani dengan wajah memelas.
Reynold dan Dean saling pandang satu sama lain. Kali ini anggota mereka tamtama yang usianya muda-muda, jadi Reynold dan Dean dikelilingi oleh para berondong.
"Tenang, nanti aku ajari kalian supaya bisa mendapatkan seorang wanita," ucap Dean dengan percaya dirinya.
"Sok-sok'an mau ngajarin mereka, diri kamu sendiri saja jomblo gak pernah pacaran sama sekali," ledek Reynold.
Seketika Dean melotot dan menarik Reynold untuk menjauh. "Jangan buka rahasia dong, malu. Kita itu kebanyakan tugas jadi gak ada waktu buat nyari cewek, jangan jatuhkan harkat dan martabat Lettu Dean di depan anak-anak itu," bisik Dean.
"Cih, jangan macam-macam kamu, jangan mempengaruhi mereka dengan hal-hal yang tidak masuk akal," ucap Reynold.
"Siap, Kapten!" sahut Dean dengan sikap sempurna.
"Lettu, ajari saya untuk mendapatkan Dr.Cinta dong," celetuk Bani.
Reynold yang sedang minum kopi langsung tersedak mendengar celetukan anggotanya itu. Dean panik, dia memukul kepala anggotanya dengan tangannya sendiri.
"Jangan ngadi-ngadi kamu, Dr.Cinta itu miliknya Kapten," bisik Dean.
"Siap, salah!" Bani langsung melakukan push up di depan Dean dan Reynold.
Dean menoleh ke arah Reynold sembari nyengir. "Tenang, kondisi aman," ucap Dean dengan mengacungkan jempolnya.
Reynold memperhatikan rumah yang ditinggali Cinta dan kedua sahabatnya, terlihat sepi. "Sepertinya Cinta sudah tidur," batin Reynold dengan senyumannya.
***
Keesokan harinya...
"Kamu mau ke mana?" tanya Lucy saat melihat Hugo sudah siap-siap dengan pancingannya.
"Week end mau mancing sama Bapak-bapak Tentara," sahut Hugo.
"Kita do'akan semoga dapat ikan yang banyak," seru Lucy.
"Semangat, Hugo!" teriak Cinta sembari mengepalkan kedua tangannya memberi semangat.
Hugo pun segera pergi. "Lucy, kita jalan-jalan ke pasar yuk! kali aja ada yang aneh-aneh gitu," ajak Cinta.
"Let's go."
Kedua dokter cantik itu keluar dari rumah singgah mereka dan berjalan kaki menuju pasar dadakan yang ada setiap week end tiba.
"Rey, mereka mau ke mana tuh?" seru Dean.
"Pasti mereka mau ke pasar," sahut Reynold.
"Ikutin mereka yuk!" ajak Dean.
"Mau ngapain, kurang kerjaan banget kamu," sahut Reynold.
"Ya, sudah kalau gak mau aku saja sendirian yang ikutin mereka," ucap Dean.
Reynold yang sebenarnya memang ingin mengikuti Cinta langsung menyusul Dean. Sebenarnya tadi dia ingin mengikuti Cinta secara diam-diam tapi malu jika ketahuan Dean, bisa-bisa dia kena ledek Dean. Tapi pada saat Dean mengajaknya, dia pura-pura tidak mau padahal dalam hatinya berbeda.
"Katanya gak mau," ledek Dean.
"Memang gak mau, aku cuma mau cari sesuatu saja," sahut Reynold alasan.
"Hilih, alasan," ledek Dean.
Keduanya mengikuti Cinta dan Lucy dari jarak yang lumayan sedikit jauh. Sedangkan yang diikuti tampak santai memilih dan membeli barang-barang yang mereka inginkan. Hingga tiba-tiba Reynold dan Dean melihat tiga orang pria yang gerak-geriknya mencurigakan dan terlihat sedang mengikuti Cinta dan Lucy.
"Mereka mau ngapain?" seru Dean.
"Mereka bukan warga sini deh, tapi sepertinya dari tadi mereka memperhatikan Cinta dan Lucy," sahut Reynold.
Keduanya terus mengikuti dan memperhatikan orang-orang itu, hingga salah satu dari pria itu mengeluarkan sebuah pisau. Pria itu celingukan, hingga dirasa aman pria itu ingin melayangkan pisau itu ke arah Cinta. Tapi dengan cepat Reynold berlari dan menahan lengan si pria.
"Mau apa kamu?" seru Reynold dengan tatapan tajamnya.
Cinta dan Lucy langsung membalikan tubuhnya dan terkejut melihat pria misterius itu. Kedua pria temannya juga mengeluarkan pisau membuat semua orang yang di sana berlarian karena takut.
"Astaga, kalian apa-apaan sih? berani sekali mengancam orang di siang bolong kaya gini," ucap Dean dengan santainya.
"Jangan mendekat!" teriak salah satu pria.
Reynold memutar tangan pria itu membuat dia berteriak kesakitan dan pisaunya terlepas. Melihat temannya kesakitan, salah satu dari mereka maju dan pisaunya mengenai lengan Reynold yang saat ini hanya memakai baju kaos lengan pendek. Seketika darah mengalir dengan derasnya tapi Reynold masih terlihat tersenyum.
"Sudahlah jangan main-main lagi," seru Reynold.
Reynold langsung menghajar ketiga pria tidak dikenal itu, sedangkan Dean malah menonton membuat Lucy kesal. "Pak Dean, tolongin dong kok malah diam!" teriak Lucy.
"Gak apa-apa, Kapten bisa mengatasinya kok," sahut Dean dengan gaya santainya.
"Haishh...bisa-bisanya dia kaya gitu," kesal Lucy.
Cinta tampak khawatir dengan Reynold, apalagi darah di lengannya terus saja mengalir. Tidak membutuhkan waktu lama, ketiga pria tidak dikenal itu sudah terkapar di tanah. Yacob dan Jonas datang lalu membawa ketiganya ke pos Tentara.
"Astaga, tangan Kapten berdarah," ucap Cinta panik.
Cinta celingukan dan menemukan selendang yang dipakai oleh salah satu pedagang. Cinta memintanya dan segera mengikat luka Reynold untuk sementara waktu supaya pendarahannya tidak semakin banyak.
"Kita kembali ke rumah, biar aku obati luka Kapten," ucap Cinta panik.
Cinta menarik tangan Reynold untuk ikut dengannya. Reynold tersenyum lebar ke arah Dean sembari terus berjalan menjauh meninggalkan Lucy dan Dean.
"Dasar Kapten gila, malah nyengir," gumam Dean.
Nerima karena terpaksa nanti jadi bucin baru tau rasa