NovelToon NovelToon
ISTRI GEMUK CEO DINGIN

ISTRI GEMUK CEO DINGIN

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Hamil di luar nikah / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: aufaerni

Mateo Velasco, CEO muda yang tampan dan dingin, terbiasa hidup dengan kendali penuh atas segalanya termasuk reputasinya. Namun hidupnya jungkir balik saat suatu pagi ia terbangun di kamar kantornya dan mendapati seorang gadis asing tertidur telanjang di sampingnya.
Gadis itu bukan wanita glamor seperti yang biasa mengelilinginya. Ia hanyalah Livia, seorang officer girls sederhana yang bekerja di perusahaannya. Bertubuh gemuk, berpenampilan biasa, dan sama sekali bukan tipe Mateo.
Satu foto tersebar, satu skandal mencuat. Keluarganya murka. Reputasi perusahaan terancam hancur. Dan satu-satunya cara untuk memadamkan bara adalah pernikahan.
Kini, Mateo harus hidup sebagai suami dari gadis yang bahkan tidak ia kenal. Tapi di balik status sosial yang berbeda, rahasia yang belum terungkap, dan rasa malu yang mengikat keduanya sebuah cerita tak terduga mulai tumbuh di antara dua orang yang dipaksa bersama oleh takdir yang kejam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aufaerni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HAMPIR KETAHUAN

Sudah seminggu berlalu sejak kekacauan itu dimulai. Kini Mateo duduk di ruang rapat utama, dikelilingi para petinggi perusahaan dan sejumlah investor yang wajahnya tampak tegang dan penuh tekanan.

Layar besar di depan mereka menampilkan grafik yang menukik tajam lambang jelas dari kerugian yang terus menghantam perusahaan.

Mateo terdiam, rahangnya mengeras menahan amarah dan kecewa. Matanya menatap grafik itu tanpa berkedip, seolah mencoba memahami bagaimana semua bisa runtuh begitu cepat.

Ini adalah perusahaan yang dibangun keluarganya sejak puluhan tahun lalu. Ia sendiri telah mengorbankan segalanya untuk menjalankannya, memperluas pengaruhnya, dan menjadikannya sebagai simbol kekuatan keluarga Velasco. Dan sekarang… semuanya nyaris lenyap.

Seorang investor angkat bicara, suaranya dingin, “Tuan Mateo, kami butuh kepastian. Jika tak ada perbaikan dalam waktu dekat, kami akan menarik seluruh investasi kami.”

Mateo tidak langsung menjawab. Ia tahu, satu langkah salah saja, dan perusahaan ini benar-benar akan tumbang.

Suasana ruang rapat menjadi tegang. Detik-detik berlalu dalam keheningan saat semua mata tertuju pada Mateo.

Akhirnya, pria itu menarik napas panjang dan bersandar sedikit ke belakang. Wajahnya tetap tegas meski tubuhnya belum sepenuhnya pulih.

“Saya paham kekhawatiran kalian,” ucap Mateo dengan suara berat namun mantap. “Dan saya tidak akan membiarkan perusahaan ini runtuh. Kita sedang disabotase dari dalam, dan saya sudah selangkah lagi menemukan siapa dalangnya.”

Beberapa petinggi mulai saling menatap, terdengar bisik-bisik kecil di antara mereka.

“Saya minta waktu satu minggu lagi,” lanjut Mateo. “Saya akan bersihkan semua pengkhianat di dalam perusahaan ini. Setelah itu, saya akan presentasikan rencana restrukturisasi keuangan yang baru.”

Seorang investor paruh baya bersuara skeptis, “Apakah cukup satu minggu untuk membalikkan keadaan, Tuan Velasco?”

Mateo menatap langsung ke arah pria itu, matanya tajam. “Saya tidak pernah gagal menjaga warisan keluarga saya. Dan saya akan memperbaikinya mulai sekarang,”

Suasana perlahan berubah. Meski masih penuh tekanan, ketegasan Mateo sedikit memberi napas pada ruangan itu. Namun ia tahu, waktu sangat terbatas. Jika dalam seminggu ia gagal, maka segalanya akan hancur termasuk dirinya sendiri.

Mateo melangkah keluar dari ruang rapat dengan ekspresi dingin dan penuh tekanan. Wajahnya tampak tegang, rahangnya mengeras, dan sorot matanya membuat siapa pun yang melihatnya memilih menunduk atau berpaling. Tak seorang pun karyawan berani menyapanya, bahkan hanya untuk menyebutkan salam singkat.

Sesampainya di ruang kerja, Mateo langsung melepaskan dasinya dengan kasar dan melemparkannya ke atas meja. Nafasnya memburu, matanya penuh amarah yang tertahan.

“Arrgghh!” teriaknya keras, lalu menendang tong sampah di sudut ruangan hingga isinya berserakan ke lantai. Tangannya mengepal kuat, menahan gejolak emosi yang semakin sulit dikendalikan.

Segalanya terasa seperti runtuh, dan untuk pertama kalinya, Mateo merasa kehilangan kendali atas hidupnya.

Tok... tok... tok...

Suara ketukan pintu menggema di tengah ruangan yang masih penuh amarah. Mateo, yang sedang berdiri dengan raut wajah gelapnya, langsung berteriak tanpa menoleh.

“Jangan ganggu aku, Dani!” bentaknya, suaranya penuh tekanan dan emosi yang belum reda.

Namun suara Dani dari balik pintu terdengar hati-hati, mencoba tetap tenang.

“Maafkan saya, bos... tapi ada seseorang yang bersikeras ingin bertemu dengan Anda,” ucapnya dengan nada ragu.

Mateo menghela napas berat, lalu membalas dengan suara dingin dan tegas,

“Suruh dia pergi. Aku sedang tidak ingin diganggu oleh siapa pun sekarang.”

Sesaat sunyi. Dani pun tak membantah, hanya diam dan berlalu, meninggalkan Mateo yang masih tenggelam dalam badai pikirannya sendiri.

Sesuai instruksi dari Mateo, Dani segera menghubungi bagian resepsionis melalui interkom di mejanya.

“Tolong sampaikan pada orang itu bahwa bos sedang tidak ingin diganggu,” ucap Dani singkat namun tegas.

Ia kemudian menutup sambungan, menghela napas pelan. Ia tahu hari ini bukan waktu yang tepat bagi siapa pun untuk mendekati Mateo.

Resepsionis itu pun menyampaikan pesan pada seorang pria berjas navy yang sejak tadi menunggu di lobi.

“Maaf, Tuan. Pak Mateo Velasco tidak bisa ditemui saat ini. Beliau sedang sangat sibuk dengan agenda yang padat,” ucap sang resepsionis dengan nada sopan dan profesional.

Pria itu tersenyum tipis, namun matanya menyimpan tatapan tajam penuh makna.

“Baiklah. Tolong sampaikan salamku padanya. Katakan bahwa Samuel, sahabat lamanya, sedang merindukannya,” ucapnya sebelum berbalik dan melangkah pergi meninggalkan kantor tempat yang dulu turut ia bangun bersama Mateo, sebelum akhirnya dikhianati dan disingkirkan.

Langkah Samuel terdengar mantap menyusuri lantai marmer lobi gedung, namun dalam hatinya berkecamuk amarah dan rasa puas. Ia melirik sekilas ke belakang, menatap bangunan megah yang dulu pernah menjadi simbol kejayaannya bersama Mateo.

"Tak butuh waktu lama lagi," gumamnya lirih.

Sesampainya di parkiran, Nathan sudah menunggu di balik kemudi mobil hitam mereka. Begitu Samuel masuk, Nathan segera bertanya, “Bagaimana? Apa dia mau menemui mu?”

Samuel menyeringai. “Tentu saja tidak. Tapi aku sengaja meninggalkan jejak. Dia pasti tahu bahwa aku mulai menampakkan diri.”

Nathan tertawa pelan. “Bagus. Biar dia merasa ketakutan pelan-pelan. Kita sudah berhasil membuat fondasinya runtuh, sekarang kita tinggal menyaksikan kehancuran totalnya.”

Mobil pun melaju meninggalkan kantor pusat Velasco Corporation, meninggalkan bayang-bayang dendam masa lalu yang kini berubah menjadi senjata paling mematikan.

Mateo masih duduk membatu di ruang kerjanya. Di atas meja, berserakan tumpukan laporan kerugian yang belum sempat ia sentuh. Namun, di antara kertas-kertas itu, sebuah botol vodka hampir kosong berdiri seperti saksi bisu dari hari-hari panjang yang ia habiskan dalam kekacauan.

Matanya kosong menatap layar komputer yang menyala, tapi pikirannya melayang entah ke mana. Jemarinya meremas gelas bening yang kini tinggal setengah isinya, lalu meneguknya perlahan seolah berharap rasa pahit itu bisa menenggelamkan kenyataan.

Kemejanya kusut, dasi telah terlepas sejak pagi seusai rapat, dan rambutnya berantakan. Mateo Velasco yang dulu begitu disegani kini tampak rapuh di balik bayang kegagalannya. Tapi dalam diam itu, masih ada bara kecil dalam matanya bara dendam yang belum padam.

Di tempat berbeda, Livia menyelinap masuk ke ruang bawah tanah yang rupanya lupa dikunci. Jantungnya berdetak kencang saat aroma lembap dan menyengat menyambutnya. Suasana gelap dan pengap langsung menyergap begitu pintu kayu tua itu terbuka perlahan.

Matanya terarah pada sosok di sudut ruangan Dion. Tubuh pria itu tampak lemah, terkulai tak berdaya dengan luka-luka yang belum mengering. Livia menahan napas melihat wajah temannya yang membiru dan bengkak, seperti dibiarkan perlahan mati di tempat itu oleh suaminya sendiri.

Dengan langkah pelan, ia mendekat. Rasa iba dan marah bercampur menjadi satu. Livia berlutut di samping Dion dan menggoyang lengannya perlahan.

"Dion, bangun... ini aku, Livia," bisiknya lembut.

Dion menggeliat pelan, kelopak matanya terbuka setengah. Suaranya lirih, nyaris tak terdengar.

"Aku... haus, Livia. Tolong... air..."

Livia cepat-cepat mengeluarkan sebotol kecil air yang ia sembunyikan di balik jaketnya satu-satunya yang bisa ia bawa diam-diam. Dengan hati-hati, ia membantu Dion meminum air itu, memperhatikan setiap tetes yang masuk ke tenggorokan sahabatnya.

Setelah itu, ia mengeluarkan sepotong roti yang tadi pagi ia curi dari dapur, saat Mateo pergi bekerja. Roti kering itu disobeknya kecil-kecil, lalu ia suapkan perlahan ke mulut Dion.

"Pelan-pelan, Dion... kau harus bertahan. Aku akan cari cara menyelamatkanmu dari tempat ini," ucap Livia, matanya berkaca-kaca.

Dalam gelap dan diam, hanya suara nafas Dion dan detak cemas Livia yang terdengar dua jiwa yang sama-sama terperangkap dalam kekuasaan pria bernama Mateo Velasco.

Livia baru saja menyuapkan sobekan terakhir roti ke mulut Dion ketika suara langkah kaki terdengar dari kejauhan gema sepatu yang berat menuruni tangga ruang bawah tanah.

Jantung Livia langsung berdegup kencang. Ia buru-buru menyembunyikan botol kosong dan bungkus roti ke balik pakaian. Tangannya gemetar saat menepuk pelan bahu Dion.

“Sstt... diam dulu ya, Dion,” bisiknya panik.

Livia menoleh panik ke sekeliling ruangan. Tubuhnya yang besar membuatnya mustahil masuk ke lemari atau bersembunyi di balik tong. Tak ada tempat aman untuk bersembunyi kecuali satu yaitu balik dinding pilar besar di sudut ruangan yang agak gelap.

Dengan cepat dan hati-hati, ia merunduk dan menyelinap ke balik pilar itu, menahan napas dan berharap kegelapan cukup menyamarkan keberadaannya.

Tak lama kemudian, pintu ruang bawah tanah terbuka. Seorang anak buah Mateo masuk, membawa senter dan nampan kosong. Ia mendekat ke arah Dion yang tampak lemah.

“Huh, belum mati juga,” gumamnya. Ia menendang pelan kaki Dion dengan kesal. “Bos benar-benar buang waktu buat orang kayak kau.”

Livia menahan napas, jantungnya berdetak cepat. Cahaya senter sempat mengarah ke tempatnya bersembunyi, namun tak benar-benar menyorotinya.

Setelah beberapa saat, anak buah Mateo berbalik. Sebelum keluar, ia tampak tergesa dan tanpa sadar meninggalkan pintu terbuka sedikit. Rupanya, ia lupa menutup dan menguncinya kembali karena menerima telepon dari earphone-nya.

Livia menunggu hingga suara langkah itu benar-benar menghilang. Baru setelah itu, dengan hati-hati ia keluar dari balik pilar.

Ia memandangi Dion sebentar, lalu mendekat dan berbisik, “Aku akan kembali... Bertahanlah.”

Tanpa suara, Livia menyelinap keluar melalui pintu yang tak terkunci, menutupnya pelan dari luar tanpa suara sedikit pun.

1
kayla
lanjut kak..
Milla
next
Aulia Syafa
kpn thor , ada cahaya untuk livia
Uthie
Kapan itik buruk rupa berubah jadi angsa nya 😄
kayla
sampai kapan penderitaan ini thor..
atau apakah tak akan ada kebahagiaan untuk livia sampai akhir..
sampai ikut lelah/Frown/
Uthie
lanjut...masih sangat seruuu 👍
Lailiyah
luar biass
Lailiyah
ceritanya bagus bgtt...gereget dan sedihny dapet bgtttt thour....ditunggu up nya yee /Hey//Grin/
Uthie
ditunggu kelanjutannya lagiiii 👍🤗
Uthie
Kisah yg menarik untuk disimak 👍👍👍👍👍
Uthie
Tuhhh kann.. Nathan yg berkhianat 🤨
Uthie
Mateo terlalu kejam!!
Uthie
Mateo dibodohi dengan menumbalkan orang-orang tak bersalah dari kalangan bawah seperti Dion dan Livia... kasian nya! 😢
Uthie
berarti Nathan itu yaa yg mengkhianati dan menjebak Mateo?!??? 🤔
Uthie
kasiannya 😢
Uthie
kabur juga percuma dengan kekuasaan yg dimiliki keluarga Matteo 😢
Uthie
kasian nya 😢
Uthie
menarik 👍
Uthie
Coba mampir Thor 👍
Nur Adam
CEO si bloon ..ckck mslh ky gtu aja ga bisa selesaiin..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!