Aku tak pernah membayangkan bahwa aku akan merasakan kepahitan dalam hidup. keluargaku yang memiliki aset kekayaan yang melimpah tiba-tiba saja bangkrut mendadak, dan yang lebih gilanya lagi Papah dan Mamah memaksa aku menikah dengan kepercayaan sang papah yang terkenal dingin dan datar itu. Aku sudah dapat membayangkan bagaimana kehidupan pernikahanku bersamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijaloverrr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Happy Reading
####
Sudah seminggu berlalu sejak Pandu dan Alicah tinggal di desa. Banyak hala yeng terjadi. Tapi Hubungan Alicah dan Pandu tudak ada kemajuan. malahan tiada hati mereka lewati tampa adu mulut.
"Gue minta uang dong," Ucap Alicah yang mengerikan Pandu yang sedang menanam Sayuran. Pandu di desa memilih bekerja sebagai petani sawah dan Sayuran. ia mulai melakukan pembibitan sayur dilahan belakang rumah.
Pandu menoleh ke arah Alicah. lalu melanjutkan pekerjaannya. "Saya lagi gak megang uang saat ini,"
Mendengar jawaban Pandu Alicah cemberut. "Pelit banget si Lo, Nanti kalau gue punya uang pasti gue ganti kok," Alicah masih tak menyerah.
Pandu menghentikan kegiatannya yang sedang menyirami bibit sayuran. Ia menatap Alicah yang cemberut. "Alicah dengarkan saya, uang saya sekarang cuman cukup untuk beli kebutuhan seminggu, Uang saya sudah habis buat beli Kasur, Makanan, Dan kebutuhan yang lain." Pandu menjelaskan dengan nada serius pada istrinya itu.
Seminggu yang lalu, Alicah mengeluh tidak bisa tidur karena badannya sakit karena ia bilang kasurnya keras seperti batu. Pandu akhirnya memutuskan membeli kasur atau tempat tidur yang tergolong mahal dan uang ongkir atau ongkos ke desa juga memakan biaya yang banyak. terjadi kehebohan kala itu, Simbok Marah karena merasa itu berlebihan dan terlalu mahal. bagaimana tidak harga yang dibeli Pandu dia kali lebih mahal dari harga biasanya. Dan yang lebih penting Alicah tidak pernah mau makan Makanan yang dimasak dirumah. jadi Pandu harus mengeluarkan kocek yang tidak sedikit untuk membeli makanan dari toko khusu makanan yang biasa orang kota makan. Uang yang seharusnya bisa bertahan berbulan-bulan didesa harus habis dengan cepat begitu saja.
Membali ke sekarang, Alicah menghentakkan kaki kesal meninggalkan Pandu begitu saja, "Dasar perhitungan," Duel Alicah yang didengar jelas oleh Pandu.
Alicah melangkah meninggalkan pekarangan rumah, ia kerjakan entah kemana tujuannya. "Gini banget hidup gue sekarang, Harus hidup susah gak bisa beli apa-apa yang lagi pengen," Alicah Asik menggerutu sepanjang jalan tak menyadari seorang wanita didepannya
Bruk.. Suara kedua orang yang terjatuh.
"Mbak punya mata gak sih," Marah wanita yang ditabrak Alicah. wanita yang bernama Nari menatap tak suka pada Alicah, gadis kota yang gak bisa apa-apa dan sangat sombong.
"Lo yang salah ya udah tau gue mau lewat malah gak menghindar," Balas Alicah tak Terima disalahkan.
"Dasar orang kota yang arrogant, mimpi apa mas Pandu punya istri modelan begini," Nari menatap penampilan Alicah dengan sinis.
Sebelum Alicah sempat membalas, Nari sudah berlalu dari hadapannya. "pengen banget gu gambar tu cewek sok cantik," Duel Alicah sambil membersihkan celananya yang kena pasir. Mood Alicah semakin memburuk membuat ia memilih pulang saja, Alicah menggerutu sepanjang jalan. Ia masuk kedalam rumah tampa mengucap Salam. Simbok yang melihat hal itu semakin tidak menyukai Alicah.
"Salah apa putraku sampai harus memiliki istri seperti ini," Gumam Simbok sambil mengelus dada, Simbok yang habis menyapu rumah memilih kedapur untuk melanjutkan pekerjaan yang lain. Jika mengharapkan Alicah, mungkin samapai ia mati pun tidak akan pernah bisa diharapkan. Simbok masih belum bisa menerima Alicah sebagai menantunya.
####
Pandu sedang melakukan Shalat magrib dan Isya berjamaah di masjid, ia memilih tidak pulang selesai shalat magrib, ia memilih mengaji sambil menunggu waktu isya. Pandu selalu berdoa dan memaksa Alicah untuk melakukan Shalat tapi Alicah sangatlah kerapa kepala, Alicah tidak pernah melaksanakan shalat selama di Desa, Pandu sudah capek memaksa istrinya itu, sempat Pandu mengangkat Alicah kekamar mandi untuk melaksanakan Shalat, tapi Alicah kekeh tak mau. Ia tau sebagai suami ia menanggung semua dosa Alicah dari yang tidaka pernah shalat, dan tak menutup aurat.
Assalamu'alaikum warahmatullahi Salam Penutup Shalat yang menandakan shalat isya sudah selesai. tinggal berdzikir dan berdoa. Para jamaah mulai mengadakan tangan mengaminkan doa-doa imam shalat. Pandu menambahkan doa dalam Hatinya. "Ya Allah ampunilah dosa Alicah yang tidak pernah mematuhi perintahmu, Lembutkan lah hatinya untuk menerima kebaikan darimu, mudahkan lah hamba untuk membimbing istri hamba ya Allah," Pandu mengusap kedua tangannya diwajah. selesai berdoa mereka saling salam.
Pandu keluar masjid bersama Ustad yang menjadi imam mereka.
"Pandu, benar kamu udah menikah," Tanya ustad Samsir yang seumuran dengan Pandu. keduanya adalah sahabat dari SD dan berpisah ketika Samsir memilih masuk Pondok dan Pandu memilih pergi ke kota.
"Alhamdulillah, Sudah Sam," Balas Pandu singkat.
"Kamu gak berubah sejak dulu Pan, masih aja dingin," Samsir terkekeh menatap sahabatnya itu. Pandu sejak kecil memang sudah memiliki sikap yang dingin dan jarang tersenyum dan masih terbawa sampai sekarang.
"Siapa perempuan beruntung itu pan?" Kepo Samsir, Samsir memang memiliki sifat humoris dan sedikit kepo.
"Saya tak perlu menjelaskannya Sam, nanti juga pasti kamu akan tau, yaudah saya duluan," Pamit Pandu, mereka sudah sampai didepan rumah pandu. setelah Samsir mengangguk, Pandu melangkah memasuki rumah ia membuka pintu setelah mengucap salam.
"Assalamu'alaikum," Salam Pandu memasuki rumah.
"Waalaikumsalam," Jawab Simbok yang sedang duduk di Kursi. Pandu mendekat dan mencium tangan Simbok.
"Pandu kekamar dulu Simbok," Pandu melangkah ke arah kamar, Ia membuka kamar dan pandu disambut kekosongan Kamar. Kemana istri Nakalnya? Pandu menelisik kamar lalu melangkah keluar kamar, ia mendekati simbok yang masih duduk ditempat yang tadi. "Simbok lihat istri Pandu tidak?" Tanya Pandu denga nada yang Khawatir.
"Simbok gak tau," Jawab Simbok cuek. Mendengar jawaban simbok Pandu berjalan memeriksa seisi rumah, mulai dari kamar mandi, Dapur dan teras. dan nihil, ia tidak melihat Alicah di manapun.
"Ya Allah," Pandu mulai gusar dan menetiaki nama istrinya. "Alicah, Alicah," teriak Pandu dan tak ada yang menyahut. Pandu dengan cepat memakai sandalnya kembali ia melangkah dengan tergesa-gesa. Pandu berhenti melangkah setelah melihat seluit seseorang yang mirip istrinya. Ya benar, itu Alicah yang datang entah dari mana sambil membawa kantong kresek di tangan kanannya. Setelah Alicah tepat di hadapannya Pandu menatap Alicah tajam.
"Dari mana kamu macam-macam begini?" mendengar suara dingin Pandu membuat nyali Alicah sedikit menciut.
"Gue habis beli makanan ditempat biasa," Balas Alicah santai.
"Mulut kamu gak berfungsi atau bagaiman? Seharusnya kamu pamit dulu, jangan buat khawatir begini," Suara Pandu sedikit menaik pertanda ia sedang dalam keadaan marah.
"Gue lapar tau gak, tadi gue mau pamit sama lo, tapi lo kan lagi dimasjid," Ujar Alicah menjelaskan ia sedikit takut dengan suaminya itu.
"Kan ada Simbok dirumah, seharusnya kamu ijin dulu sebelum keluar," Pandu melangkah masuk ke dalam rumah tampa menghiraukan Alicah lagi. namun di dalam hati ia merasa lega.
Alicah yang ditinggal begitu saja terbengong sebentar dan mengangkat kedua bahunya tak peduli.
Bersambung.....
* Hi Readers, Terima Kasih Karena telah baca cerita ini, ini cerita perdana aku, jadi harap maklum ya,. Jangan lupa untuk Like komen Vote dan share.
Salam manis dari author. Lijaloverrr. *** 😊🥰🥰