Seorang mafia ayam 🐓
Renardo adalah seorang pria yang baru saja bekerja di perusahaan mafia yang aneh. sistemnya menggunakan ayam, jadi setiap pekerja punya rekan kerja ayam masing-masing untuk menjalankan tugas.
ayam-ayam bisa dilatih dan dilengkapi senjata. Para ayam juga bisa memakan obat tertentu untuk mendapat kekuatan.
Renardo yang saat itu hanya disuruh membawa ayam tanpa informasi tambahan membawa ayam jagonya yang berasal dari perternakan biasa bernama Kibo.
Akankah Renardo dan Kibo melakukan pekerjaan mereka dengan baik?
🥚 Peringatan Organisasi Ayam: Segala perdagangan obat-obatan ayam, undian ayam, atau pemerasan peternak dalam cerita ini hanya terjadi di dunia fiksi. Jika Anda mencoba di dunia nyata, Anda bukan mafia ayam… Anda hanya mencari masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radit Radit fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelatihan di Pagi Hari
Aku melirik jam, masih jam setengah lima. Sedangkan sarapannya baru diizinkan saat jam enam.
Aku mau ngelakuin apa coba? Ngak mungkin aku mondar-mandir dibangunan ini tanpa arah.
Aku menghembuskan nafas. Tidak terima akan dibiarkan kebosanan, aku mengotak-atik layar di jam tanganku.
Lalu ternyata, disini ada opsi mengsingkronkan dengan ponsel. Memangnya bisa?
Karena kepo, aku akhirnya mengikuti langkah-langkah yang diberikannya. Lalu jam tanganku memberikan sebuah kode, aku mengetiknya di website ponselku, lalu aku disuruh memasukkan alamat ponselku. Aku menurut, memasukkannya.
Dan berhasil singkron. Muncul aplikasi Chicken Mafia Watch (CMW), aku mengkliknya. Ternyata fungsinya bisa sama dengan jam tangan, ada untuk tugas, peta, dan informasi lainnya.
Kenapa ngak dari kemarin kemarin aku mengsingkronkannya? Kalau begini melihat petanya bisa lebih mudah.
Sebelumnya aku selalu kesulitan kalau melihat peta lewat jam tangan, kekecilan petanya. Kalau begini bisa jauh lebih mudah.
Akhirnya aku dapat membaca informasi kalau di setiap ruangan perdagangan ilegal biasanya ada pesanan yang bisa diantar.
Jadi itu bisa jadi tugas tambahan ketika tidak ada pekerjaan. Dan uangnya disetorkan ke mesin di dinding ruangan... Aku menelan ludah, perdagangan ilegal pertamaku saja langsung kena tangkap polisi.
Tapi aku harus memberanikan diri mencobanya. Karena kalau tidak melakukan itu aku sendiri bingung mau melakukan apa sembari menunggu sarapan.
Aku berjalan bersama Kibo ke ruangan itu.
Sesampainya disana aku menyetorkan uang dari hasil perdagangan ilegal pertamaku. Lalu disini aku melakukan tiga perdagangan lagi ke tiga orang, untungnya aman tidak ada polisi. Begitu aku menyetorkan uang hasilnya 20% nya langsung diberikan alat di dindingnya kepadaku.
Baru saat sudah jam setengah enam, aku dan Kibo pergi ke ruangan (M) - 12.
Sesampainya disana, Van memanggilku dari tempat duduknya dengan teman-temanku yang lain. Aku mengangguk lalu mendekat ke meja mereka.
Kibo kumasukkan ke dalam kandangnya, aku duduk di kursi yang masih kosong. Disini sudah ada Lola, Vin, Van, dan Bruno.
"oh ya Ren, kita akan diberi latihan lagi oleh Grek setelah ini ketempat kemarin." Bruno berkata memberitahu.
Aku mengangguk mengerti.
Ting!
Bel sarapan berbunyi. Kami semua berjalan ke arah barisan untuk mengambil kotak sarapannya.
Sampai kami semua sudah kembali duduk di kursi tadi dengan kotak sarapan masing-masing.
"apakah kamu punya informasi tentang latihan apa yang akan kita lakukan No?" tanyaku ditengah sarapan.
"aku juga bertanya begitu tadi ke Grek. Dia hanya bilang kalau latihan hari ini tidak akan sesimpel kemarin." jawab Bruno.
Aku mengangguk paham.
"eh Van, apakah film The Mafia Case sudah ada updatenya?" tanya Vin ke Van di tengah sarapan.
"belum, pembuatnya memang begitu. Mood-moodan mengupdate filmnya. Apalagi karena dia ngerjainnya dengan tim kecil saja." jawab Van.
"sayang sekali ya, padahal ceritanya bagus." jawab Vin.
Jadinya saat sarapan ini Vin dan Van membicarakan film kesukaan mereka baru-baru ini.
Setelah sarapan, kami membuka kandang ayam masing-masing. Kibo juga sudah selesai makannya.
Kami pergi ke tempat kemarin, pintu permukaan tanah ke hutan tempat melatih kemampuan dari Grek.
Bruno mendorong pintunya saat kami semua sudah sampai. Setelah itu kami naik ke permukaan hutan.
Grek sudah menunggu. Hutannya terlihat berbeda, ada beberapa hal yang diotak-atik Grek.
Ada berbagai rintangan, kayi-kayu yang punya tali dan berayun. Ada juga rintangan semak berduri dan sebagainya.
Rintangan-rintangan itu terpisah-pisah sendiri-sendiri.
"disini kalian bisa coba latihan sendiri-sendiri dulu. Nanti baru kutes lagi kemampuan kalian seperti apa, biar kujelaskan cara kerja semua arenanya." kata Grek sembari berpindah ke tempat dengan tiga kayu yang tergantung dengan tali.
"ini rintangan serang dan menghindar. Seperti yang kalian tau ada bantalan untuk tinju, ini versi kayunya. Tentunya tidak mungkin kayu tebal bisa berayun ketika dipukul. Jadi aku membuang bagian isinya, menyisahkan berbagai lapisan luar agar dia bisa terayun saat dipukul." jelas Grek, lalu dia pindah lagi ke sebuah semak-semak dnegan pagar kayu di kiri kanannya.
"ini rintangan semak-semak berduri, hati-hati karena durinya tajam. Kalian harus melewati sela-sela bagian yang tidak ada semak berdurinya sampai ke sisi lain halamannya." jelas Grek, lalu pindah lagi ke area tunggul-tunggul kayu dengan tinggi yang berbeda-beda.
"kalau ini rintangan parkur, sejenis rintangan lompat-lompat antara satu kayu dengan kayu lainnya. Simpel bukan? Ketiga itu saja rintangannya untuk saat ini. Akan kuawasi kalian satu persatu, kalian juga bebas memilih rintangan mana yang mau dihadapi." lanjut Grek.
Aku dan teman-temanku mengangguk-angguk paham. Lalu balik badan melihat ketiga rintangan itu.
Bruno dan Lola langsung jalan ke rintangan kayu berayun. Karena mereka berdua suka bela diri. Jadi itu bisa jadi latihan untuk memukul dan menghindar bagi mereka.
"kamu mau yang mana Vin?" tanya Van.
"mungkin yang rintangan semak saja, terakhir kali kita kesulitan melewati jalanan yang ada puing-puing bangunan sisa ledakan." jawab Vin.
"itu ide bagus, kalau begitu ayo. Ren, kamu mau ikut kami?" tawa Van kepadaku.
Aku menggeleng. "aku akan mencoba rintangan parkur, karena jarang ada pelatihan rintangan begitu malau di dalam bangunan." jawabku.
"oke." Van mengangguk, lalu jalan bersama Vin ke rintangan semak berduri.
Aku jalan ke rintangan parkur kayu. Disini Kibo seperti ayam teman-temanku juga ikut saat aku menghadapi rintangannya.
Halaman rintangan parkur ini punya lebar sekitar sepuluh meter dengan panjang dua puluh meter. Kayu-kayunya tersusun, tidak hanya lurus vertikal, tapi ada juga yang horizontal menempel ke kayu lain.
Aku naik ke salah satu kayu yang tingginya tiga puluh centimeter. Lalu lanjut naik lagi ke kayu yang tingginya sudah satu keter.
Kibo mengikuti di kayu dibelakangku, dia selarang berdiri di kayu dengan tinggi tiga puluh centimeter sebelumnya.
Setidaknya kalau Kibo jatuh, dia punya sayap. Aku maku lagi melangkah ke salah satu kayu yang horizontal.
Di kayu horizontal ini aku harus menyeimbangkan tubuhku karena permukaannya melengkung. Jadi aku jongkok.
Kibo juga lompat ke kayu satu meter yang sebelumnya kuinjak.
"keren." kataku, aku tidak mengira Kibo bisa lompat setinggi itu.
Mungkin dia mempelajarinya sejak sudah dirumah keluargaku, karena dirumah keluargaku ada beberapa platfrom tinggi untuk berdiri.
Aku melirik sekitarku. Akhirnya aku memutuskan akan ke ujung sisi lain dari halaman parkur ini.
Tidak semua perpindahan antar kayu aku melompat, ada juga yang bia hanya dengan langkah. Karena ada yang jaraknya lumayan dekat.
Kibo juga masih cukup lancar mengikutiku, belum ada hambatan.