Andien, gadis cantik itu tidak menyangka kedatangannya di satu desa untuk menghadiri acara pernikahan sahabatnya, membuat dirinya dibawa mahluk gaib ke suatu tempat yang tidak dia kenal.
Andien dipaksa untuk menjadi pengantin wanita di tempat yang tidak dia kenal itu..
Akankah Andien bisa selamat atau dia akan menjadi pengantin wanita di alam gaib dan tidak lagi kembali pada orang tua nya?
yukk guys ikuti kisah Andien dan jika dia selamat siapa penolong nya.?
note: ini cerita sekuel Novel Terikat Syarat Jailangkung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 23.
“Ha... ha... ha... ha... ha....” suara tawa anak kecil itu lagi dengan renyahnya bagai hatinya benar benar bahagia..
“Kamu jangan macam macam! Siapa kamu hah?” Suara Pungki agak keras.
Pak Sopir dan Ningrum tampak kaget dan heran..
“Kamu ada apa sih Pung? Omong sama siapa? Aku dan Pak Sopir tidak macam macam.” Ucap Ningrum sambil menatap Pungki yang masih fokus melajukan mobilnya. Pak Sopir pun menoleh ke arah Pungki tetapi dia tidak berani bertanya tanya. Jantungnya pun semakin berdetak lebih kencang karena dia menyadari tadi Pungki melihat kera besar sedangkan dirinya belum melihat, dia bisa melihat di saat kondisi sudah genting.
“Apa ada kera besar lagi.” Gumam Pak Sopir di dalam hati.
“Ha... ha.... ha... ha...ha...” suara anak kecil itu lagi yang tidak tampak wujudnya dan hanya telinga Pungki yang mendengar..
Pungki pun kini hanya diam saja sambil berdoa di dalam hati.. Pungki memperlambat laju kemudi mobilnya dia akan minggir sebentar untuk mengecek kondisi mobil lebih tepatnya untuk melihat kondisi belakang mobil.
Akan tetapi belum juga mobil menepi, telinga Pungki kembali mendengar suara.
“Maaf Kakak, hanya prank aja... kalem aja santuy aja.. Aku ga bawa boom kok.. lanjut aja jalannya...” suara anak kecil itu lagi yang tampak ada nada penyesalan dan tidak lagi terdengar suara tawa renyahnya.
Pungki tetap menepikan mobilnya dan berhenti di tempat yang aman.
“Ada apa sih Pung, kok berhenti lagi, Mamanya Andien sudah menunggu kita.” Ucap Ningrum di saat Pungki melepas sabuk pengamannya.
“Bentar Ning aku cek bagasi mobil.” Ucap Pungki sambil melangkah keluar dari mobil..
Pungki terus melangkah menuju ke belakang mobil. Untuk melihat isi di dalam bagasi apa ada anak kecil misterius atau ada bom rakitan yang ditaruh di dalam mobil..
Pelan pelan Pungki membuka pintu bagasi dan mengecek isi di dalam nya
“Tidak ada anak kecil, dan tidak ada barang yang mencurigakan, petasan banting pun tidak ada.” Gumam Pungki di dalam hati.
“Apa dia berada di bawah jok.” Gumam Pungki di dalam hati lagi.
Pungki mengamati kondisi belakang mobil dengan teliti, hasilnya tidak ada sosok anak kecil. Pungki pun menutup lagi pintu bagasi dengan rapat rapat.
“Apa aku hanya halusinasi suara saja.” Gumam Pungki di dalam hati lagi lalu dia kembali masuk ke dalam mobil nya.
Pungki melajukan mobilnya sambil bertanya tanya di dalam hati siapa anak kecil tidak berwujud yang terus mengganggu dirinya sejak tadi pagi..
Tiba tiba Pungki teringat akan kata kata Syahrul, jika suatu saat ada makluk gaib yang akan mengikuti dirinya..
“Hmmm apa dia makluk gaib yang akan terus mengikuti aku. Tapi kenapa juga harus bocil apa iya dia bisa membantu aku, atau malah bikin ribet saja...” gumam Pungki di dalam hati dan terus melajukan mobilnya..
Namun Sesaat Pungki teringat akan satu adiknya yang telah meninggal dunia saat belum genap usia cukup untuk dilahirkan..
“Ibu dulu pernah keguguran satu kali. Apa dia adikku yang sudah tiada ya...” gumam Pungki di dalam hati lagi.. Ya Pungki lima bersaudara tetapi yang hidup hanya empat, ada satu saudaranya yang meninggal di saat usia janinya baru tiga bulan. Suasana di mobil terus saja hening tidak ada yang berbicara, dan telinga Pungki tidak lagi mendengar suara anak kecil lagi..
“Hmmm apa dia adiku tetapi selama ini dia tidak pernah mengganggu. Susah juga kalau Mas Syahrul sakit, aku ga bisa tanya tanya.” Gumam Pungki di dalam hati..
Sementara itu di lain tempat, di rumah sakit besar di pinggir jalan raya.
Syahrul di temani oleh Ndaru masuk ke dalam ruang periksa. Sedangkan Fatima menunggu di luar sambil menjaga tas tas ransel mereka.
Di dalam ruang periksa itu Syahrul masih berbaring dan tangan Pak Dokter menekan nekan perut Syahrul..
“Kalau sakit bilang ya.” Ucap Pak Dokter sambil menekan nekan perut Syahrul. Tampak Syahrul diam saja karena memang tidak merasa sakit meskipun Pak Dokter menekan agak keras di bagian ulu hatinya.
Pak Dokter pun sudah memeriksa Tekanan darah Syahrul normal, detak jantung normal. Dan kini saat jari jari Pak Dokter terus menekan nekan perut Syahrul, Syahrul pun masih tidak merasakan sakit.
“Benar Mas Syahrul tidak merasa sakit apa apa?” tanya Pak Dokter.
“Benar Pak, tidak ada rasa sakit” jawab Syahrul.
“Tidak pusing? Dada juga tidak sakit? Tidak batuk batuk tadi sebelum muntah darah ?” tanya Pak Dokter bertubi tubi mengulangi lagi pertanyaan yang tadi saat awal memeriksa sudah dia tanyakan. Tadi mulut Syahrul pun juga sudah di periksa dan dari semua yang dilihat oleh Pak Dokter tidak ada gejala kelainan.
“Tidak Pak.” Jawab Syahrul.
“Baiklah untuk lebih lanjut kita lakukan CT scan.” Ucap Pak Dokter lalu menyuruh perawat untuk mendorong brankar tempat tidur Syahrul agar dibawa ke ruang untuk CT scan organ organ penting Syahrul.
“Pak, lama tidak menunggu hasil CT scan?” tanya Ndaru berdiri berdiri dan menatap Pak Dokter. Dua perawat pun sudah mulai mendorong brankar Syahrul.
“Tergantung antrian Mas.” Ucap Pak Dokter yang ekspresi wajahnya tampak bingung karena tidak menemukan kelainan pada diri Syahrul dari hasil pemeriksaan awal.
“Dugaan Pak Dokter Mas Syahrul sakit apa? Apa serius sakitnya?” tanya Ndaru lagi.
“Maaf Mas, tunggu hasil CT scan dulu ya...” ucap Pak Dokter lagi.
“Pak kami akan ke Nusa Tenggara Barat nanti sore, apa bisa dipercepat pemeriksaannya.” Ucap Ndaru dengan serius..
Pak Dokter pun menatap Ndaru sambil mengernyitkan keningnya...
“Ada hal yang sangat penting Pak. Tolong ya diprioritaskan.” Ucap Ndaru dengan nada serius dan tetap dengan nada santun.
“Okey pakai layanan VIP. Silakan tunggu Mas.” Ucap Pak Dokter dan Ndaru pun mengucapkan terima kasih lalu ke luar dari ruang periksa Pak Dokter.
Ndaru pun menemui Fatima yang duduk menunggu dengan gelisah...
“Mas, bagaimana? ” tanya Fatima sambil menatap Sang suami.
“Mama tadi telepon aku masih rahasia kan Kalau Mas Syahrul sakit.” Ucap Fatima selanjutnya..
“Iya, Dokter belum menemukan penyakit Mas Syahrul. Ayo kita ikuti Mas Syahrul ke ruang CT scan. “ ucap Ndaru sambil meraih ransel milik nya dan ransel milik Syahrul. Pasangan suami isteri baru itu pun melangkah menuju ke ruang CT scan untuk menunggu Syahrul..
Sambil berjalan Ndaru bergumam...
“Rumah sakit ini besar tetapi kenapa Dokter tidak bisa menemukan penyakit Mas Syahrul. Padahal juga Dokter senior, harusnya kan sudah berpengalaman bisa menduga penyakit tanpa CT scan. Ini menduga saja tidak bisa.”
"Sabar Mas." ucap Fatima yang berjalan di samping Ndaru.
mohon maaf lahir batin