Yvonne yang menikmati malam festival mendapat masalah begitu terbangun dengan tubuh yang tidak terbalut pakaian. Belum sempat ia tahu laki - laki mana yang telah menidurinya, ia malah mengandung anak lelaki itu. Namun, setelah anak itu lahir, Yvonne beserta keluarga sangat terkejut karena bayi yang ia lahirkan mewarisi mata merah yang hanya dimiliki oleh keluarga kekaisaran. Akankah bayi yang Yvonne kandung jatuh ke tangan kaisar? Atau malah terbunuh karena hak sukesi yang bersaing ketat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annisa Nurhalizah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kakak Perempuan Aishla
Pesta teh terbesar itu kini sudah diselenggarakan di taman milik istana pangeran. Pemilik rumah menyambut hangat para putri bangsawan membuat mereka sepakat untuk menyukai pangeran satu - satunya kekaisaran itu.
Aishla yang memiliki acara itupun dengan semangatnya menyambut tamu bersama sang ibu.
"Ya ampun, tuan putri sekecil ini membuat pesta dengan sangat meriah? Sungguh manisnya anda." Puji Mita membungkukkan dirinya.
"Terimakasih, Duchess! Silahkan dinikmati tehnya!" sahut Aishla dengan sangat ceria.
"Ya ampun, suatu kehormatan untuk saya tuan putri yang manis!" balas Mita.
Aishla kemudian mengedarkan pandangannya, ia menemukan putri keluarga Count yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri, Helma.
"Kak Helma!" teriak Aishla, Helma yang terpanggil itu langsung melirik dan tersenyum lalu menghampiri Aishla yang melambaikannya dengan semangat.
"Halo tuan putri! Anda juga cantik hari ini. Saya jadi ingin mempunyai adik seperti anda." Puji Helma membuat Aishla tersenyum senang.
"Kakak juga sangat cantik! Cepat pergi ke kakakku untuk memamerkan kencantikan ini!" seru Aishla menarik lengan Helma.
"Ah, tuan putri!"
Helma hanya mengikuti Aishla dengan patuh walau sebenarnya ia tidak ingin bertemu pangeran.
Entah kenapa walaupun mereka sudah berteman lama, Helma masih terus merasa canggung jika bersama pangeran.
"Kakak!" panggil Aishla, Theo langsung melirik dan tersenyum manis.
"Aishla, ada apa kamu memanggilku?" tanya Theo menyambutnya dengan hangat.
Disana ada beberapa pangeran dan putri yang sedang memberi salam, mereka menatap tajam kearah Helma karena merasa anak seorang Count tidak terlalu pantas bersama keluarga kerajaan.
Helma tersenyum kecut sambil membuang mukanya kesembarang arah.
"Bagaimana bisa anak itu dengan tidak sopannya bersama tuan putri? Sudah gitu mereka berpegangan tangan lagi!" bisik salah satu nona bangsawan yang terdengar jelas oleh Theo.
"Kakak, lihat kak Helma, bukankah dia sangat cantik?" tanya Aishla sangat ceria membuat para putra dan putri disana berbisik lebih kencang.
Helma membelak kepada Aishla, berusaha untuk mengubah suasana dan melirik pada Theo.
"Iya, kakak perempuanmu selalu cantik setiap harinya." Balas Theo.
Semua orang tampak lebih terkejut, tidak terkecuali Helma. Mereka membelakkan mata dan muluk dengan lebar tak percaya dengan jawaban pangeran.
"Haha, sudah jelas! Jadi kapan kakak akan menikahi kak Helma?" tanya Aishla.
Theo terkekeh pelan. Semua kata yang diucapkan adiknya itu membuat orang - orang disekitarnya selalu terkejut. Theo memutuskan untuk menggendong adiknya.
"Hentikan pembahasanmu tentang pernikahan Aishla, kakakmu ini masih berusia dua belas tahun." Jelas Theo.
Semua orang tampak menghela nafas lega karena pangeran tidak menjawab bahwa Helma akan menjadi tunangannya.
Disatu sisi, seorang gadis dengan penampilan sempurnanya berdecak kesal melihat kejadian itu. Dirinya yang memiliki pangkat lebih tinggi tidak pernah bisa mendapatkan perhatian dari tuan putri, bagaimana bisa itu terasa adil?
"Nona Julianna, sepertinya anda harus merencanakan sesuatu pada nona Saverm itu."
Julianna melirik pada salah satu temannya.
"Benar, aku tidak bisa diam saja melihat ini semua."
.
"Helma, apa kamu boleh mengambilkan puding mangga untukku?" pinta Aishla.
"Tentu saja tuan putri, saya juga akan membawakan camilan lain untuk anda. Mohon tunggu." Jawab Helma lalu beranjak dari duduknya.
Gadis itu berjalan menuju tempat camilan namun melihat tidak ada tanda keberadaan puding mangga.
"Yah, padahal tuan putri menginginkan puding itu." Gumam Helma.
"Apa yang anda cari nona Saverm?"
Helma membalikkan badan lalu membungkuk dengan sopan.
"Ah, saya memberi salam pada nona Krosmalin." Ucap Helma.
"Tidak perlu terlalu formal Helma, bukankah kita seumuran?" tanya Karina Krosmalin, anak dari Marquess Krosmalin.
"Itu benar, nona."
Karina tampak tertawa pelan lalu memperhatikan lengan Helma yang sedang membawa piring berisi beberapa camilan.
"Apa kamu mencari pudding mangga?" tanya Karina, Helma mendonggakkan kepalanya lalu mengangguk dengan semangat.
"Iya, apa anda bisa memberitahu keberadaannya?" tanya Helma.
"Yah, tadi aku dengar para pelayan sedang menyiapkannya di dapur istana. Jika kamu kesana, mungkin kamu akan segera mendapatkannya lebih banyak karena pudding itu rebutan para nona." Jelas Karina.
Helma yang merasa harus buru - buru itu memilih untuk bergegas pergi sebelum dirinya mengabaikan perintah tuan putri.
Karina menatap kepergiannya dengan senyuman.
"Dasar anak polos."