Ini kisah remaja SMA yang bernama Zo Paksa, putra bungsu dari pasangan Victor dan Sera Paksa. Dia dijodohkan dengan anak sahabat Papanya yang bernama Bintang Armada hanya demi sebuah nilai.
lucu, bukan?
Nah, ini hanya cerita karangan belaka untuk sekedar menghibur di waktu luang. semoga bermanfaaat. penasaran? baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PBS 26
Beberapa menit berlalu.
Zo menatap dua gelas cangkir yang berisi wedang jahe. Itu sih kata me.ta al, karena Zo membuat wedang jahe ini berguru padanya.
Zo membawanya keruang tengah, menaruh diatas meja, lalu berjalan menuju kamar karena ada panggilan alam.
"Bintang! Hei! Bangun!"
Baru saja membuka pintu kamar mandi, Zo langsung melihat pemandangan yang mengejutkan dan membuatnya syok setengah ma.ti. Bintang, dia tergeletak di lantai. Tergeletak di bawah guyuran air shower dengan kondisi bu.gil.
"Astaga, dia mengapa tidur dilantai?!" Zo panik, dia memutar otak. Dia bingung. Zo ingin menolongnya. Tapi ... tu.buh Bintang yang terekspos sempurna membuatnya... Ah! Masa bod0h! yang terpenting tidak terjadi sesuatu pada Bintang. Atau Mama dan Papa akan memarahinya dan lebih membuatnya semakin tak di pedulikan.
Zo melangkah lebih mendekat pada Bintang. Yang pertama dia lakukan adalah mematikan air shower. Setelahnya Zo mengambil handuk kimono warna putih yang tergantung di belakang pintu kamar mandi. Kemudian Zo menggendong Bintang setelah handuk kimono dia lilitkan pada tu.buh Bintang.
"Mengapa harus tak sadarkan diri? Belum apa-apa cewek pendek ini sudah merepotkan aku saja! Apa lagi sampai berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan sampai bertahun-tahun. Astaghfirullah, yang ada aku bisa kurus mendadak!" Zo menggerutu sambil membaringkan Bintang di atas tempat tidur.
Setelahnya Zo berpikir keras, dia kembali memutar otak untuk membuat Bintang cepat terbangun. Zo kembali bertanya pada aplikasi kepercayaannya. Dan Zo sedikit lega setelah mendapat tips darinya.
Pagi hari.
"Eghhh..."
Bibir pucat nan kering milik Bintang bergerak pelan. Mengeluarkan suara yang hanya terdengar seperti gumaman lirih. Perlahan tapi pasti kedua matanya terbuka pelan. Begitu terbuka sempurna Bintang terkejut dan hampir saja berteriak. Namun Bintang segera membekap mulutnya ketika melihat seseorang yang tepat ada di sampingnya terlelap.
"Zo? Mengapa dia berada di sini?" Bintang membatin. Dia berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Dan setelah beberapa menit berlalu, Bintang teringat jika dia sebelumnya berada di bawah guyuran air shower yang hangat lalu pandangannya mengabur dan tak mengingat apapun lagi.
"A-aku tak sadarkan diri?" Bintang membatin lagi. Dia membeliak dan membuka selimut tebal yang menutupinya ketika mengingat satu hal. "Astaghfirullah! Siapa yang memakaikan aku kimono?" batinnya, dia bertanya-tanya.
Seketika wajahnya memerah, malu, dan merasa ingin menghilang dari muka bumi ini. "Tidak mungkin Zo yang memakaikan kimono ini, bukan? Tapi jika bukan Zo, siapa? Di apartemen ini tidak ada orang lain selain aku dan dia, bukan?" Bibir Bintang mengerucut, tiba-tiba Bintang membayangkan saat Zo dapat melihat seluruh tu.buhnya yang terekspos.
"Huaaa... aku malu. Mengapa harus pingsan sih? Mengapa aku harus..."
"Hei, kau sudah bangun?"
Suara serak khas bangun tidur dari samping membuat bibir Bintang terkatup rapat. Perlahan Bintang yang masih berbaring menoleh kaku, dan dia melihat Zo sudah membuka mata, menatap padanya.
Kedua tangan Bintang mengepal erat, wajahnya memerah, dan entah mengapa dia mendadak gugup. Bintang tak kuat menahan malu, dia menarik selimut, dia bersembunyi dibalik selimut yang menutupi seluruh tubuh dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Astaga, apa yang terjadi pada ku?" Di balik selimut Bintang membatin dengan kedua mata terpejam dan bibir bagian bawah di gigit.
Zo yang melihat Bintang seperti itu merasa di acuhkan, merasa tak di hargai. Padahal Zo telah menolongnya. Zo berdecak kesal. "Cewek pendek! Kau tidak ingin berterima kasih pada ku, hn? Setidaknya berikan aku hadiah karena telah..."
"Hadiah apa?" Dengan cepat Bintang memotong perkataan Zo, tentunya dengan perasaan yang masih sama, gugup dan malu. Masih di balik selimut tebalnya. "Aku akan memberikan apapun yang kau mau," lanjutnya tanpa memikirkan dampak dari ucapannya.
Zo tercenung mendengar kalimat yang Bintang serukan. "Apapun katanya?" batinnya. Zo tersenyum, alisnya terangkat satu dengan pikiran yang tertuju pada satu hal. Zo tersenyum sinis lalu menggigit bibir bagian bawah penuh arti. "Buka selimutnya,"
"Hah!" Di dalam selimut sini Bintang terkejut. Reflek, dia membuka selimut dan memperlihatkan wajahnya.
Zo menahan bibirnya agar tak tersenyum. "Bu.gil di hadapan ku,"
"Hah!" Bintang kembali terkejut. Dia melotot galak. "Permintaan macam apa itu? Tidak! Aku tidak mau!" tolaknya tegas.
"Kalau kau tidak mau," Zo menggantung ucapannya, dia mendekati Bintang dan perlahan menarik selimut yang menutupi seluruh tu.buh Bintang. Membuat Bintang deg-degan luar binasa.
"Jangan mendekat!" Bintang sedikit bergeser, membuat jarak agar tak terlalu dekat dengan wajah Zo yang tinggal berjarak dua inci saja. Tapi tak bohong, Bintang semakin gugup, ot.aknya melayang pada hal yang lumrah di lakukan pasangan halal pada umumnya. Bintang memejam dia berusaha menepis apa yang ada dalam ot.aknya.
Satu alis Zo terangkat, bibirnya tersenyum melihat Bintang yang memejamkan mata, Zo menahan tawa yang siap meledak. Zo tahu jika Bintang tengah gugup saat ini. Dan Zo juga paham jika Bintang tengah mengira jika dia akan berbuat satu macam, bukan yang macam-macam. Seketika ide terlintas di benak Zo. Dengan sengaja dia menempelkan dua jarinya di satu pipi Bintang.
"Zooo...! Kau,"
Cup!
"Aku sudah melihat semua yang ada pada diri mu. Bahkan aku sudah melakukannya," bohongnya seraya menjauh dari Bintang dan keluar kamar, meninggalkan Bintang yang terkejut bukan main setelah dirinya berhasil mengecup bi.bibir dia sekilas.
"Ciuman pertama ku," Bintang meraba bi.birnya dengan mata terbuka lebar, rasa kenyal dan dingin dari bi.bir Zo masih sangat terasa. "Melakukannya? Jadi aku sudah tidak suci lagi?"
Tanpa Bintang ketahui dia telah di bohongi dan telah termakan oleh sifat kejahilan Zo yang di sengaja.
...----------------...
Mobil warna hitam berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah mewah berlantai dua. Dia adalah Gisel. Seperti biasa, dia selalu menjemput Bintang dan akan berangkat ke sekolah bersama. Di dalam mobil, Gisel menghubungi nomor Bintang.
"Bin, aku sudah di depan gerbang rumah mu. Cus berangkat,"
"Aku di apar... Eh! Zo! Kembalikan ponsel ku!"
"Bu.gil dulu baru aku kembalikan,"
Tut.
"Hah!" Gisel tercengang dengan apa yang baru saja dia dengar. Masih dengan rasa terkejutnya Gisel menatap layar ponselnya yang menghitam, panggilan telah di matikan sepihak.
"B-bintang bersama siapa? D-dia bersama cowok? sepagi ini?" Pikiran Gisel melanglang buana. Tentunya menuju pada hal yang belum lumrah di lakukan pada anak seumuran dengannya.
"Mentang-mentang Daddy dan Mommynya sudah tiada, Bintang bebas melakukan hal semenjijikan itu?" Gisel tersenyum miring. "Tidak kusangka,"