Gagal menikah karena calon suaminya selingkuh dengan sesama jenis, ternyata membuat Bulan tidak lagi menyukai laki-laki bertubuh atletis seperti yang telah menjadi kesukaannya. Dia bahkan menganggap laki-laki bertubuh kekar semua sama seperti Andra, mantan tunangannya.
Lalu ia dikirim ke rumah kakak dari sang ibu, dan bertemu dengan Samudra Biru, sepupu yang sama sekali tak dilirik Bulan karena traumanya terhadap laki-laki. Berbeda dengan Samudra Biru yang ternyata juga dosen Bulan di kampus, Biru menyukai Bulan dengan segala keanehannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfajry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membohongi Biru
Bulan meletakkan jus wortel jeruk dan laptop di atas meja balkon. Dia ingin mengerjakan tugas yang deadline-nya tengah malam ini. Padahal tugas itu diberikan dosennya pada minggu lalu. Namun kesibukan Bulan membuatnya menunda-nunda hingga waktu yang ia punya untuk mengerjakan tugas itu hanyalah 3 jam dari sekarang.
Sebenarnya kalau dituruti, Bulan lebih ingin membaringkan tubuh saja. Bekerja di dapur sangat melelahkan. Namun ia tak bisa menyalahkan itu. Selain suka memasak, Bulan juga memerlukan uang tambahan.
Bulan tengah fokus dan serius. Jika sudah di waktu mepet begini, otaknya memang langsung encer. Tangannya tak berhenti bergerak di atas touchpad laptop sampai ia tak sadar bahwa seseorang tengah membungkuk memperhatikan ketikannya dari belakang.
"Salah, ini!"
"Aaaastaga!!!" Bulan memekik kaget saat uluran tangan kekar Biru menunjuk layar laptopnya dari belakang.
Spontan ia mengusap dada saat tahu ternyata Biru-lah yang ada dibelakangnya.
"Iiihhh apaan sih, kak. Aku kaget, tau!" Tukas Bulan sambil menjauhkan wajahnya dari wajah Biru yang ada di atas bahunya.
"Saya cuma mau kasih tau, ini typo." Kata Biru dengan wajah polos menunjuk satu kata di layar laptop Bulan.
"Ck. Iya." Bulan menggeser kursor dan mengubah kata yang salah.
"Ini juga salah, nih. 'Menurut', bukan 'memurut'.
Bulan menggeserkan lagi kursor dan memperbaikinya.
"Biasakan kalau nama singkat di tengah itu harus huruf gede dan pakai titik. Gini..." Biru dari belakang membantu Bulan memperbaiki apa yang salah dari ketikan Bulan. Dia terlihat santai, berbeda dengan Bulan yang merasa dipeluk dari belakang. Gadis itu kaku, dan pura-pura mengangguk saat Biru menjelaskan apa saja yang salah dari penulisannya sambil memperbaiki dengan kedua tangannya di sisi kanan dan kiri Bulan.
"Mengerti?"
"Ngerti..." Jawab Bulan pelan.
"Yang jelas, dong. Ngerti, nggak?" Tanya Biru menoleh, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Bulan.
"Isk! Ngerti-"
Cup.
Bibirnya dikecup singkat oleh Biru saat Bulan menoleh ke arahnya. Gadis itu mematung. Memang ini bukan ciuman pertamanya dengan Biru, namun entah kenapa semua perlakuan Biru membuat Bulan selalu saja jantungan.
"Good." Ucap lelaki itu sambil berdiri tegak dan mengacak pelan rambut Bulan. "Saya juga mau ngecek tugas anak-anak dulu, ah." Katanya, lalu Biru masuk ke kamarnya dengan begitu santai, seperti tidak melakukan apapun.
Bulan yang masih tertoleh ke samping, tersenyum seketika. Baginya, sikap Biru sangat mengejutkan namun manis sekali.
Apa boleh dia merasakan debaran setiap kali sepupunya ini ada di dekatnya dengan kelakuan anehnya ini?
Bulan menggelengkan kepala, dia harus fokus karena tugasnya belum selesai.
Eh. Gadis itu mendapati setangkai mawar merah di samping laptopnya. Ada tulisan kecil, 'Semangat belajarnya, Bulan♡.'
Bulan menoleh ke belakang, arah dimana pintu Biru berada. Sudah tutup, tirai putihnya pun terjuntai rapi dengan cahaya putih dari dalam.
'Gitu doang? Emang boleh nganggurin aku kaya gini, pak dos? Manis banget....'
Bulan mencium harum mawar itu. Dia tersenyum-senyum.
'Jadi pengen gigit Samudra Biru. Gigit ya, gigit nih, yaaa..' Ucap Bulan dalam hati sambil menggigit-gigit pelan kelopak mawar merah itu.
Sementara dari balik tirai, Biru terkekeh-kekeh melihat kelakuan Bulan. Dia merasa gemas juga, ingin menggigit bibir Bulan kalau saja dia tidak banyak pekerjaan malam ini.
...🍀...
"Dimana?" Tanya Biru pada Bulan melalui telepon. Lelaki itu tengah berjalan di lorong fakultasnya sambil membalas sapaan mahasiswa yang menegurnya dengan senyum tipis. Biru ingin menjemput Bulan dan mengajak gadis itu jalan malam ini.
'Emm.. di Gudwings.'
Tangan Biru yang ingin membuka pintu mobil pun tertahan. "Ngapain?"
'Kerjalah, kak.'
Ada jeda sejenak. Biru tahu hari ini gadis itu tidak ada jadwal kerja. Memang sengaja ia minta Nakula mengosongkannya supaya ia bisa mengajak Bulan jalan-jalan. Apa Bulan berbohong? Biru bertanya-tanya.
"Kerja, ya."
'I-iya. Udah dulu ya, kak. Banyak kerjaan. See you at home!'
Sambungan terputus. Biru mematung. Sepertinya Bulan berbohong, tapi buat apa?
Sementara Bulan menggigit bibir. 'Bohong dikit, nggak apapa, kan? Lagian kalau kak Biru tahu, dia bakalan marah.'
Ponsel Bulan berdering lagi. Dia tersentak dan langsung mengangkatnya.
'Mbuuul cepetan kita udah di depan!'
"Oke oke!"
Bulan mengecek tampilannya kembali di cermin. Rambut sepinggang tergerai indah dengan gelombang kecil yang ia ciptakan, dress cokelat melekuk tubuh dengan tali spaghetti di bahunya. Dandanan super natural dan parfum ia semprotkan ke tulang selangka.
Sudah selesai, dengan high heels-nya Bulan menuruni tangga. Sebelumnya, Bulan sudah melapor pada Dina kalau dia akan datang ke acara pesta kecil-kecilan dan mungkin pulang larut. Dina mengerti dan mengizinkan, apalagi Bulan sudah mengenalkan teman-temannya sebelumnya.
"Mbuuull.." Wina melambaikan tangan dari dalam mobil. Bulan berlari kecil, takut Biru pulang dan ketahuan berbohong.
Bulan masuk dan mobil pun bergerak cepat sesuai keinginan Bulan.
"Yeaayyy party lageeee.." Teriak Yeshika. Mereka berjalan masuk ke dalam sebuah club malam yang dari lorong pun sudah terdengar musiknya. Wina dan Yeshika berjalan sambil bergoyang hingga mereka masuk ke dalam club itu.
Kali pertama bagi Bulan setelah sekian lama dia absen dari dunia club, akhirnya kembali bersama 3 sahabatnya. Sejak tamat SMA, mereka selalu pergi ke tempat-tempat seperti ini di kota asal mereka. Club mana yang mereka belum pernah datangi? Kini saatnya menjelajahi tempat malam di kota ini seperti dulu lagi.
Yah, sebenarnya ini juga karena paksaan teman-temannya. Bulan jadi harus meluangkan waktu untuk mereka. Terlebih Yeshika, dia akan marah besar kalau Bulan menolak. Pasalnya, memang Bulan yang mengenalkan tempat hiburan pada mereka. Jadi, Yeshika tidak terima kalau Bulan pensiun dini.
"Joget Mbuuull!!" Teriak Yeshika pada Bulan yang hanya duduk di kursi bar. Terus terang, perasaannya tidak enak. Tidak tahu kenapa, tapi malam yang ia anggap akan menyenangkan ini ternyata membuatnya gelisah.
Nadin datang setelah lelah berjoget. Dentuman musik masih terdengar, dia duduk meminum vodka di sebelah Bulan.
"Kenapa, Mbul?" Tanya Nadin.
Nadin, gadis yang paling kalem diantara yang lain sering menjadi tempat curhat pertama Bulan sebelum dengan yang lain.
Bulan mengencangkan suaranya di telinga Nadin. "Nggak apapa!"
"Ayo dong, masa diem aja." Tukas Nadin pula.
"Iyaa, nanti." Jawab Bulan. Nadin mengangguk dan balik berjoget dengan yang lain, meninggalkan Bulan dengan minuman non alkoholnya.
"Beer." Seorang pria duduk disebelah Bulan dengan telunjuk mengacung pada Bartender.
Bulan belum menyadari pria yang duduk di sampingnya. Gadis itu mengitari puncak gelas dengan telunjuk. Bulan tidak paham kenapa perasaannya begini.
"Kenapa melamun?"
Suara itu diabaikan Bulan walau dia merasa tak asing. Tempat seperti ini memang sarangnya pria buaya. Bulan sudah terbiasa dengan bujuk rayu mereka.
"Apa kabar, Bulan?"
Namanya disebut, Bulan mengerutkan dahi. Tubuhnya tegak dan menoleh perlahan ke samping, dia terkejut mendapati Andra duduk di dekatnya.
'Ah.. jadi ini yang buat perasaanku ga enak!'
"Sepertinya baik, ya. Kamu makin cantik."
Bulan melengos. Ingin kabur, tapi dia enggan dan memilih diam disana. Bulan meraih gelasnya dan menenggak sedikit.
"Bulan, aku menetap disini sekarang. Kamu tahu kenapa? Karena aku mencari kamu. Aku.. mau minta maaf."
Bulan menghela napas. Baginya semua telah berakhir. Datangnya Andra pun dia mengerti kalau lelaki ini mau mengajaknya kembali. Tapi Bulan tidak ingin lagi tersangkut kasus yang sama. Hatinya bisa baik-baik aja seperti sekarang adalah karena kehadiran Biru. Kalau tidak, Bulan yakin dia masih galau dengan pernikahan yang seharusnya berlangsung beberapa minggu lagi.
"Aku ngaku salah. Setelah kejadian sore itu, aku ngga lagi bisa senyum, Bulan. Aku nyesal dan kalut. Terlebih kamu langsung memutuskan untuk membatalkan pernikahan kita. Malamnya, waktu kamu datang ke club, aku sadar udah nyakitin kamu terlalu dalam. Dan itu buat aku ikut sakit. Bulan, keadaan akulah yang buat kita ga bisa bersama. Tapi, kamu tahu, beberapa hari setelahnya, barulah aku mengakui kalau aku cinta banget sama kamu, Bulan. Aku udah putusin buat kembali normal dan mau menarik kamu kembali ke aku. Please, Bulan."
Gadis itu menenggak minumannya perlahan, lalu mengangkat gelas, menatap cairan berwarna biru putih yang ada di dalamnya.
Basi. Bulan sudah tidak perduli lagi dengan perasaan Andra. Penjelasannya pun cuma membuat Bulan ingin muntah.
"Aku pengen kamu kasih aku waktu, buat buktiin kalau aku betul-betul cinta sama kamu, Bulan. Kasih aku waktu untuk buat semuanya kembali seperti dulu. Aku janji akan perlakukan kamu dengan baik, dan ga akan kecewain kamu."
"Heii!" Wina menepuk pundak Andra dan lelaki itu menoleh. Ada 3 perempuan di belakangnya yang ia sangat kenali.
"Win, aku cuma pengen ngomong sama Bulan. Bukan mau nyakitin." Jawabnya cepat ketika menyadari tatapan tak suka dari ketiganya.
Kembali Andra menoleh pada Bulan. Gadis itu masih sama saja. Enggan menyahut dan sibuk dengan gelasnya.
"Kemaren juga kakak ganggu Bulan. Biarin kami senang-senanglah. Bulan ga peduli lagi tuh, sama kakak." Tukas Nadin.
"Bukan gitu, Din. Maksud kakak- Bulan!" Andra bergerak cepat saat Bulan bangkit dari duduknya dan keluar dari tempat itu.
"Bulan, please.." Andra mengikuti Bulan berjalan keluar melewati lorong hingga tiba di lobi. "Bulan, sebentar aja. Kasih aku kesempatan. Aku cinta sama kamu, Bulan. Aku nyesal dan bodoh udah sia-siain kamu. Nggak apapa kalau kamu gak mau langsung balik setidaknya izinkan aku bisa hubungi kamu!" Andra menarik lengan Bulan dan gadis itu langsung menepisnya.
"Apaan, sih!"
"Bulan..." Andra menyentuh lagi lengan Bulan hingga satu pukulan di wajahnya berhasil membuat Andra tersungkur.
"Jangan coba-coba sentuh Bulan!"
To Be Continued....
Hai-hai. Terus dukung novel ini yaaah..
Semangat terus berkarya yaa💪💪
Semoga cerita Elian si Manusia Serigala juga dilanjut yaaa 🙏🙏
ada lagi keegoisan hanya untuk mencapai suatu tujuan
sehingga tidak ada perasaan yang tersakiti😉
🌼🌻🌸🌷🌹 untuk kak author 😉
makasih kak untuk up nya
blm baca otw kasih hadiah kopi buat kamuuu,,, ahh senangnyaaa jgn hilang lg ya peenn🥹