FOLLOW DULU SEBELUM BACA!
.
BUTUH HEALING? BACA ɪᴍᴀᴍᴋᴜ, ꜱᴜʀɢᴀᴋᴜ SOLUSINYA!
.
DINGIN IN PUBLIC, BUCIN IN PRIVATE🕊️
.
PERINGATAN! HATI - HATI, CERITA INI DAPAT MENYEBABKAN KEJANG-KEJANG DAN SENYUM-SENYUM SENDIRI!🦋
.
Allah itu maha romantis. Ada banyak cara untuk Allah mempertemukan kita dengan jodoh. Salah satunya Azalea. Berawal dari ketidaksengajaan nya yang menghilangkan berkas penting, berakhir dengan ia yang menjadi istri sang bos besar.
Awalnya, Azalea pikir pernikahannya itu tidak akan berlangsung lama ketika mengingat bagaimana awal mereka berdua bisa menikah. Namun ternyata tidak. Husain bukan laki-laki pengecut yang akan mempermainkan kesakralan sebuah pernikahan. Justru Husain akan menjadi lelaki gentle yang akan terus mempertahankan rumahtangganya atas izin Allah.
"Kamu tahu istriku, jika saja setan melihat senyuman manis kamu, Abang khawatir malah ia yang akan tersesat saat menggodamu," - Azzam Gibran Al-Husain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon its.syrfhlee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(23). Perlakuan lembut, Husain.
"Assalamu'alaikum, Bu."
"Wa'alaikumussalam. Gimana kerjanya hari ini? Lancar?"
Sambutan hangat dari ibu ketika pulang ke rumah adalah hal yang paling di rindukan oleh sebagian orang yang sudah menikah.
"Alhamdulillah lancar, Bu. Oh ya, Aza mana, Bu?"
"Aza lagi tidur. Siang tadi waktu sampai di rumah Ibu langsung kasih jamu untuk haid sama makanan manis. Habis itu Ibu suruh istirahat saja. Kasihan. Dari wajahnya saja kelihatan banget menahan sakit karena haid pertamanya,"
"Iya, Bu. Karena itu Husain suruh Aza untuk pulang. Terimakasih ya, Bu, sudah merawat Aza"
"Gak usah terimakasih segala. Aza kan juga anak Ibu,"
Do'a yang selalu Azalea panjatkan terkabul. Sekarang ia mendapatkan mertua yang dengan lapang dada dan ikhlas menerimanya sebagai seorang anak perempuan, bukan sebagai menantu perempuan. Sejak kehadiran Azalea di rumah Husain sebagai menantu, Azalea selalu diperlakukan adil oleh ibu mertuanya. Sejauh ini, Azalea dan ibu mertuanya tak pernah berselisih paham. Mungkin karena mereka memiliki karakter yang sama.
Azalea juga selalu ingat pesan ibu nya, bahwa ia harus memperlakukan ibu mertuanya sama dengan memperlakukan ibu kandungnya. Karena bagaimanapun, sejak Azalea menjadi istri sah dari Husain, ibu Husain akan menjadi ibunya juga. Dan pastinya, Azalea akan banyak menghabiskan waktu dengan ibu mertuanya, maka dari itu Azalea harus menjalin hubungan yang harmonis dengan ibu mertuanya agar tak adanya pertengkaran antara mertua dan menantu yang akan memberatkan Husain di kemudian hari.
"Ya sudah Bu, Husain mau ke kamar dulu."
"Iya. Tapi Aza nya jangan di bangunin ya, Nak. Kasian. Biarin saja tidur dulu,"
"Iya, Bu. Gak Husain bangunin kok."
Selepas berbincang-bincang singkat dengan ibunya, Husain langsung berjalan menuju kamarnya. Tak sabar rasanya ingin melihat wajah manis sang istri. Baru beberapa jam saja tak melihat wajah Azalea, rasanya Husain sudah mulai di landa rindu berat.
Dengan langkah yang pelan, Husain menghampiri ranjang tidur mereka demi melihat wajah tidur Azalea yang sudah menjadi candu bagi Husain.
Setiap kali melihat wajah tenang dan damainya Azalea baik itu ketika tertidur maupun ketika terjaga dari tidurnya, Husain selalu ingin mengatakan pada seluruh dunia bahwa ia bangga memiliki Azalea sebagai istrinya. He always wanted to say, "Look at my wife, She's soothing like the ocean rushing on the sand. She takes care of me like a baby, and she helps me be a better man. She's so beautiful sometimes I stop to close my eyes. She's exactly what I need".
Dengan hati - hati, Husain mendekatkan wajahnya dengan wajah Azalea. Mencium pipi Azalea dengan gemas. Dimana hal itu membuat Azalea terbangun dari tidurnya.
Karena kaget dirinya di cium tiba - tiba oleh Husain yang ia sangka orang lain, Azalea hampir berteriak dengan kencang. Namun dengan cepat Husain langsung membekap bibir Azalea dengan bibirnya. Sedikit memberikan ******* dan hisapan pada bibir Azalea.
"Sttt. Jangan teriak sayang, ini Abang." ucap Husain setelah melepaskan pangutan mereka.
"Abang! Ngagetin tahu gak sih. Aza kira maling!" sungut Azalea kesal.
"Lah, Abang kan emang maling. Tapi bukan maling uang atau sejenisnya. Tapi Abang maling hati kamu dan ciuman dari kamu."
"Au ah."
"Dih, istri Abang pundungan. Jangan pundung sayang, Abang bawa makanan nih. Kamu gak mau?" tawar Husain sembari mengangkat paperbag berisi makanan yang sempat ia beli tadi sebelum sampai di rumah.
Dalam hati Azalea meringis. Dirinya menginginkan makanan itu namun ia dilanda gengsi.
"Gak mau? Ya udah, berarti ini punya Abang. Gak boleh minta loh ya," goda Husain.
Dengan secepat kilat Azalea merampas paperbag di tangan Husain dan menyembunyikannya di belakang badannya.
"Astagfirullahal'azim. Gak boleh ngerampas kayak gitu, sayang. Gak sopan," tegur Husain selembut mungkin. Takut melukai hati mungil Azalea yang sensitif. Apalagi ditambah Azalea yang sedang datang bulan.
"Coba sini. Abang mau bicara dari hati ke hati sama kamu." titah Husain menyuruh Azalea untuk duduk di atas pangkuannya.
Salah satu cara Husain menasehati Azalea adalah dengan menyuruh istrinya duduk di pangkuannya. Lalu berbicara dari hati ke hati dengan lembut. Hal itu dilakukan Husain agar Azalea dapat menyerap apa yang ia katakan tanpa menyakiti perasaan Azalea. Apalagi Azalea tipe wanita yang memiliki hati sensitif.
Azalea hanya diam sambil menunduk. Enggan mengangkat kepalanya melihat ke arah wajah Husain yang terlihat serius.
"Dek! Udah gak mau dengerin omongan Abang lagi? Hmm?"
Azalea menggeleng cepat, "Bukan gitu Abang."
"Terus kenapa hm?"
"Aza kan lagi halangan. Nanti kalau nembus di celana Abang gimana?" cicit Azalea pelan.
Husain menghela nafas pelan.
"Di alas pakai sarung kan bisa sayang," ucap Husain dengan nada selembut mungkin.
"Iya. Sebentar."
Tak ingin membuat Husain lebih marah, Azalea langsung mengambil sarung di dalam lemari dan ia letak di atas paha Husain. Baru selepasnya ia duduk di atas pangkuan Husain.
"Dengerin Abang. Lain kali, kalau mau ngambil sesuatu itu gak boleh di rampas ya. Gak sopan itu namanya," ujar Husain menasehati.
"Abang gak marah. Abang cuma mau jaga kamu. Gimana kalau seandainya ada orang lain yang lihat kamu kayak tadi? Terus mereka malah ngatain kamu karena kamu gak sopan. Gimana? Abang gak mau kamu digituin sayang. Oke deh kalau hanya berdua sama Abang mungkin gak masalah. Abang bisa maklumin. Tapi gimana kalau kamu keterusan kayak gitu. Dan ngelakuin ke orang lain? Itu malah ngebuat kamu di pandang buruk sama orang lain. Jadi jangan gitu lagi ya, sayang." lanjut Husain.
Setiap kata dan intonasi yang ia pakai, Husain ucapkan selembut mungkin. Husain tak ingin hal ini akan memicu pertengkaran di antara mereka.
"Denger kan apa yang Abang bilang sayang? Jangan nangis, Abang gak marah." Husain mengusap air mata yang turun dari kedua mata indah Azalea. Mengusapnya dengan lembut dan penuh kasih sayang.
Azalea sendiri tak mengerti kenapa ia selalu mengeluarkan air mata ketika ia dinasehati akan kesalahan yang ia lakukan. Hal itu pula yang membuat Azalea dulunya hanya bisa di nasehati oleh ibu. Bahkan diantara ketiga kakaknya, tak ada yang bersedia menasehati Azalea karena takut perkataan yang mereka gunakan akan menyakiti hati adik bungsu mereka.
Dengan sigap Husain langsung memeluk tubuh Azalea dan mengusap-usap punggungnya dengan lembut.
"Abang gak marah sayang, jadi berhenti nangisnya ya. Nanti tenggorokannya sakit,"
"T-tapi muka Abang nyeremin," cicit Azalea.
Mendengar jawaban Azalea, Husain hanya bisa meringis.
"Maaf ya, sayang,"
"Dimaafin gak?"
"I-iya. Aza maafin. Tapi senyum dulu,"
"Nih Abang udah senyum. Kamu bisa lihat kalau kamu gak percaya."
Husain merenggangkan pelukan diantara mereka, agar Azalea bisa melihat wajahnya.
"Gimana? Udah gak takut lagi kan sayang?" goda Husain yang diangguki malu- malu oleh Azalea.
"Sekarang ayo temani abang mandi." ujar Husain sembari menggendong tubuh Azalea ke arah kamar mandi.
"GAK MAU ABANG, AZA LAGI DAPET!" teriak Azalea sambil melototkan matanya ke arah Husain yang hanya terkekeh.
"Gak masalah. Kan bisa pakai cara lain." balas Husain dengan sambil mengedipkan sebelah matanya dengan genit.
"IBU--"
Belum sempat Azalea meminta pertolongan pada ibu mertuanya, Husain dengan cepat membekap bibir Azalea dengan bibirnya. ******* dan menghisapnya dengan mesra tanpa memperdulikan aksi protes yang Azalea lakukan.
Setibanya mereka di kamar mandi, kaki kanan Husain dengan sigap menutup pintu kamar mandi dengan rapat. Baru setelahnya Husain melepaskan ciuman mesra mereka.
"Percuma aja kamu teriak-teriak, sayang. Kamar kita kedap suara. Yang ada tenggorokan kamu nanti sakit. So, let's play to the game with me, baby girl" bisik Husain seduktif.
...----- TO BE CONTINUE -----...