Diperlakukan bak seorang ratu oleh suaminya, membuat Mentari percaya bahwa tidak akan pernah ada orang ketiga di rumah tangganya.
Namun, kenyataan seolah menamparnya dan membuat ia sadar, bahwa ia hanya dimanfaatkan bukan diinginkan.
Pria yang sangat ia cintai dan sangat dipercaya sepenuhnya oleh wanita itu, kini berhubungan dengan wanita lain, dan hanya menganggap dirinya sebagai istri pajangan.
Jika menyerah karena dikhianati, itu bukan putri Devan namanya, Mentari yang merasa kecewa, ia memilih mencari seorang pria yang mau menemaninya tidur layaknya seorang suami pada istrinya, hingga hubungan terlarang itu membuat Mentari hamil dengan selingkuhannya tersebut.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Ikuti yuk karya Author ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tufa_hans, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Orang Yang Paling Berharga
"Kamu tidak bisa mengingkari janjimu Tari!" teriak Gea yang kini tidak bisa menahan kemarahannya.
Mentari yang masih berdiri di dekat istri kedua suaminya, langsung menatap wanita itu penuh kepuasan.
"Kenapa tidak bisa? Jika kalian bisa berkhianat, aku bisa melakukan lebih dari sekedar penghianatan," Jawab Mentari seraya menyunggingkan senyumnya.
"Kurang ajar!" umpat Gea.
Sementara Demian hanya diam dan menatap istri pertamanya dengan panacaran kesedihan. "Mentari kamu tidak bisa melakukan ini padaku, aku tau kamu mencintai aku, bukan bajingan itu!" Demian mencoba mendekati istri pertamanya tersebut, namun Mentari memilih menghindar dari suaminya tersebut.
"Kau terlalu percaya diri, Demian! Cintaku untukmu hanyalah sebuah pelampiasan karena aku berpikir Gala melupakanku, jika Gala kembali dengan cintanya saat aku dikhianati, maka kau bisa berpikir bagaimana perasaanku saat ini!" Mentari tersenyum.
"Sedikit saja kau membuatku terluka, maka hatiku akan sulit untuk memaafkan, karena aku hanya berusaha untuk menerima takdirku untuk mencintaimu." Mentari menatap Demian dengan senyum sinisnya.
Deg
Rasa sesak di hati Demian semakin menjadi saat mendengar ucapan sang istri yang dengan sengaja ia manfaatkan pria itu demi kepentingan pribadinya.
"Jika seandainya aku bilang aku mulai mencintaimu dengan tulus, apakah kamu tidak akan percaya?" tanya Demian seraya menatap Mentari dengan penuh harap.
Mentari menatap kesedihan di mata suaminya, lalu wanita itu kini beralih menatap Gala yang kini berdiri di belakangnya, lalu melangkah mendekati pria tersebut, ia tidak ingin luluh hanya dengan perasaan tidak tega pada Demian.
"Mungkin aku percaya jika ada buktinya, tapi untuk menerima cintamu, aku rasa akan sulit, selain karena penghianatanmu, cintaku hanya untuk Gala. Hanya untuk Gala Pangeranku sejak kecil!" ucap Mentari tersenyum seraya menatap Gala penuh cinta, begitu pun sebaliknya.
Demian pun memejamkan mata mendengar jawaban sang istri yang memunggunginya, sementara Gea yang mendengar pertanyaan Demian dan jawaban Mentari, kemarahan wanita itu semakin menjadi.
Gea bisa melihat kesedihan di mata orang yang ia cintai, ia tidak rela mata Demian selalu tertuju pada Mentari.
"Jika kalian sudah tidak punya kepentingan di rumah ini, lebih baik kalian angkat kaki sekarang juga!" ucap Mentari tanpa menatap Demian dan Mentari yang berdiri di belakang punggungnya.
"Tidak, aku tidak akan pergi! Karena ini atas nama Demian bukan kamu!" ucap Gea menolak.
"Pelayan ... !" teriak Mentari dengan suara yang menggelegar hingga membuat pembantu dan Scurity di rumah tersebut melangkah tergopoh-gopoh menghadap majikannya.
"Iya, Nona!" jawab semua pelayan di rumah itu dengan sedikit membungkukkan badannya.
"Kalian kemasi barang-barang Demian ke dalam koper! Pastikan tidak ada yang tertinggal sedikit pun!" titah Mentari seraya menatap suaminya dengan tatapan tajam.
Deg
"Kau tega mengusirku?" tanya Demian dengan wajah tidak percaya.
Pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu melangkah untuk mendekati istri pertamanya itu, namun dengan sigap Gala menarik lengan Mentari hingga Mentari berdiri di belakang punggung orang yang ia cintai dengan Demian yang tidak bisa menyentuh wanita itu.
"Maafkan aku, Demian! Tapi aku tidak ingin rumahku dikotori oleh sampah yang memang seharusnya aku buang!" jawab Mentari yang masih di belakang Gala.
Demian kini manatap beberapa pelayan yang mengemasi barang-barangnya atas perintah Mentari. Sementara Gea semakin mengepalkan tangannya melihat perlakuan Mentari yang tidak pernah ia duga sebelumnya.
"Sayang, ayo keluarkan sertifikat rumah ini! Buktikan bahwa ucapan Mentari salah, tidak seharusnya kamu keluar dari rumah ini, karena yang seharusnya keluar itu dia, bukan kamu!" teriak Gea dengan wajah yang berapi-api.
Demian yang mendengarkan ucapan istri keduanya, ia kini melangkah menuju lemarinya dan mengambil sertifikat rumah tersebut.
Setelah itu, Gala kembali berdiri di samping Mentari hingga keduanya kini menatap ke arah Demian yang melangkah mendekati istri pertamanya tersebut.
"Rumah ini atas namaku, jadi kamu tidak berhak mengusirku dari rumah ini, karena ini adalah hadiah pernikahan dari Daddy Devan," ucap Demian seraya mengangkat sertifikat rumah tersebut tanpa membacanya lebih dulu.
Mentari tersenyum mendengar ucapan suaminya. "Benarkah? Coba kamu baca kembali nama di sertifikat itu!" Mentari menyunggingkan sudut bibirnya.
Demian pun membaca ulang berkas-berkas tersebut, seketika ia menatap Mentari dengan wajah terkejut. "Kapan kau mengubah sertifikat rumah ini? Dan kapan aku menandatanganinya?"
Demian begitu syok melihat nama di sertifikat rumah itu karena ia tidak pernah merasa tanda tangan.
"Aku mengubah nama di sertifikat itu sejak aku curiga bahwa kau tidak pernah mencintaiku," jawab Mentari dengan wajah datar.
"Tapi bagaimana bisa?" Demian menatap Mentri dengan wajah sendunya.
"Hah ... !" Mentari tergelak.
"Kamu lupa siapa aku?" tanya Mentari sambil menatap Demian tajam.
"Apa maksudmu?" tanya Gala bingung.
Gala yang berdiri di samping Mentari, dan Gea yang berdiri tidak jauh dari mereka bertiga, mereka hanya mendengarkan perbincangan suami istri tersebut tanpa menyelanya.
"Siapa saja bisa datang ke ruang kerjamu dan minta tanda tangan, apa kamu tidak mengoreksi apa saja yang kamu tanda tangani selama ini?" tanya Mentari menarik sebelah sudut bibirnya.
"Dasar licik!" Gea hendak melangkah mendekati Mentari.
Namun, Demian menghalanginya dengan memegang pergelangan tangan istri keduanya itu. "Cukup Ge! Lebih baik sekarang kita pergi!" Demian menatap Mentari dengan penuh luka.
Ia sadar bahwa ia menikahi Mentari memang hanya untuk membodohi wanita itu, namun yang ia kini tidak mengerti, ia merasa kecewa bukan karena tidak mendapatkan apapun dari wanita itu, tapi ada rasa sesak yang ia sendiri tidak mengerti perasaan itu apa.
Setelah itu, Demian pun mengambil barang-barangnya yang sudah di masukkan ke dalam koper oleh para pelayan.
Tanpa mengucapkan Apapun pada Gala dan Mentari, Demian menarik pergelangan tangan istri keduanya dengan wajah menahan amarah.
"Tunggu!" cegah Gala hingga Demian dan Gea mengehentikan langkahnya tepat di depan pintu kamar tersebut dan menoleh pada orang yang telah memanggilnya.
Gala pun membalikkan tubuhnya, sementara Mentari mengerutkan keningnya, lalu menatap orang yang dicintainya tersebut.
"Kenapa kamu mencegah mereka, Sayang?" tanya Mentari yang kini menatap wajah Gala dengan wajah bingung.
Sementara Demian semakin panas mendengarkan panggilan sayang sang istri pada Gala.
"Ada apalagi? Bukankah aku sudah menuruti keinginan kalian?" tanya Demian menahan emosi.
Gala mengehela nafasnya, lalu melangkah mendekati sepasang suami istri itu, dengan Mentari yang hanya memperhatikan orang yang dicintainya tersebut.
"Kenapa Sayang?" tanya Gea percaya diri.
"Cukup, Gea! Apa kau buta bahwa dia hanya mencintai Mentari bukan kamu, lalu untuk apa kau bersikap manis padanya?" Demian menatap istri keduanya dengan penuh amarah.
"Aku akan memberikan apa yang kalian inginkan!" ucap Gala tanpa basa basi.
"Apa maksudmu, Sayang?" tanya Mentari dengan wajah terkejut.
"Benarkah?" tanya Gea sumringah, sementara Demian hanya diam.
Meskipun tujuannya menikahi Mentari memang demi harta, tapi ia tidak mengerti dengan perasaannya yang tidak rela meninggalkan Mentari hanya untuk mendapatkan harta yang lebih banyak.
"Aku akan memberikan kalian 5 Miliar dengan syarat kalian pergi dari kota ini dan tidak akan pernah menganggu hubunganku dengan Mentari." Gala menatap Demian dan Gea bergantian.
Sementara Mentari semakin terkejut mendengar ucapan Gala, ia tidak mengerti dengan jalan pikiran orang yang ia cintai hingga memberikan uang yang cukup banyak pada kedua penghianat itu melebihi perjanjian yang Demian dan Mentari sepakati.
"Tidak, aku tidak setuju!" Mentari melangkah mendekati orang yang dicintainya tersebut.
"Apa yang kamu lakukan Gal?" Mentari kini menarik pria yang dicintainya hingga mereka saling tatap dengan tatapan yang berbeda.
"Apapun akan aku lakukan asalkan kamu tetap bersamaku," ucap Gala tersenyum lembut.
"Tapi ... !" Gala menempelkan jari telunjuknya pada bibir wanita yang dicintainya tersebut.
Sementara Gea menatap Gala dan Mentari dengan wajah malas, berbeda dengan Demian yang menatapnya penuh kekesalan.
Setelah mendengarkan ucapan orang yang ia cintai, Mentari menatapnya penuh dengan rasa haru, lalu memeluk Gala di depan Demian dan Gea, begitu pun dengan Gala yang membalas pelukan orang yang sangat berharga dalam hidupnya itu.
pemeran utama wanita (istri) bebas selingkuh bahkan membiarkan tubuhnya dijamah pria lain itu bukan kesalahan
sedangkan suami selingkuh adalah kesalahan paling fatal
*pelakor adalah wanita hina dan laknat sedangkan pebinor adalah lelaki sejati
kalian bangga dengan pemikiran munafik kayak gini yang kalian bawa kedalam novel kalian, miris
awal awal aja yg indah