Arawinda Bethany gadis polos dan lugu tapi dia sangat hiperaktif dan pecicilan, sikapnya yang hiperaktif dan pecicilan hanya untuk menarik perhatian sang Daddy yang membenci nya, karena gara-gara melahirkan Ara istrinya meninggal. Sampai pada suatu hari ada insiden, 'Ara berharap saat bangun nanti Ara bisa merasakan kasih sayang seorang ayah,' Ara membatin sebelum kehilangan kesadaran. Arawinda Bethany membuka matanya dan melihat orang-orang yang tidak dia kenali, orang-orang memanggilnya dengan sebutan Bella bukan Ara. Ara melihat wajahnya yang berbeda dan membuat Ara bingung tapi setelahnya dia mengerti bahwa dia sedang ber transmigrasi ketubuh seorang Arabella Arshana. Arabella Arshana seorang gadis polos dan lugu sama seperti Arawinda Bethany tapi bedanya Arabella cupu dan pendiam. "Iyuhhh Ara gak suka pake kacamata. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
daddy
Didalam mobil Panglima terus memperhatikan Ara yang sedang menonton kartun upin-ipin di ponselnya sendiri. Panglima tersenyum lalu mengelus pipi Ara sayang.
Ara yang merasa kan sentuhan dari Panglima pun lantas menoleh kearah sang empu.
"Abang listen, jantung Ara debar-debar.. Ara sick? " tanya Ara dengan polosnya.
Panglima terkekeh mendengar ucapan polos dari Ara, "bukan sakit. " jelas Panglima.
"Really? Tapi jantung Ara berdebar dug dug dug, " Ara mempraktekkan bunyi jantung dengan lucunya membuat Panglima gemes.
"Apakah setiap berdekatan dengan ku jantungmu akan seperti itu? " Panglima malah bertanya.
"Hu'um, apakah abang bawa penyakit buat Ara? Huhu Ara gak mau sakitt.. "
Panglima menggeleng kan kepalanya, "kamu sini deh, dengerin juga jantung abang. " Panglima menarik pelan tubuh Ara menggunakan sebelah tangannya agar Ara mendekat.
Ara nurut saja, dia memegang dada bidang Panglima lalu menempel kan telinganya di dada bidang itu seakan mendengar kan sesuatu.
"Abang sick juga? " Ara mendongak menatap Panglima yang sedang fukos menyetir itu, saat Ara menempel kan telinga pada dada bidang Panglima dan dapat Ara dengar dan rasakan bahwa jantung Panglima juga berdetak sepertinya.
Panglima tersenyum manis lalu mengelus lembut pipi chubby Ara, "itu bukan sakit, tapi itu tanda bahwa abang menyukai mu dan sayang sama kamu. " jelas Panglima.
"Berarti kalau jantung nya dug dug dug itu tanda nya suka dan sayang? " tanya Ara.
"Tergantung, jika kamu merasa nyaman dideket orang yang buat jantungmu berdebar berarti kamu menyukai nya, tapi jika jantung kamu berdebar tapi perasaan mu gelisah berarti itu bukan suka tapi gelisah atau ada tanda bahaya. " jelas Panglima dengan lembut.
Ara menganggukkan kepalanya lucu tanda mengerti apa yang dimaksud Panglima, "Ara nyaman dekat abang, " Ara memeluk tubuh kekar Panglima.
Panglima terkekeh lalu membalas pelukan Ara dengan sebelah tangannya, karena sebelah tangannya lagi menggenggam setir.
"Abang juga sayang kamu. " ucap Panglima.
"Berarti kita pacaran? " tanya Ara walaupun dia belum mengerti apa itu pacaran, dia mengingat penjelasan sang bunda saat sarapan tadi.
Panglima menunduk untuk melihat Ara yang sedang ngedusel di dada bidangnya, tangannya terulur lagi untuk mengelus lembut pipi Ara.
"Untuk sekarang abang belum nembak kamu, tunggu abang minta persetujuan dari daddy dan bang Bagas kamu dulu. " Panglima berniat akan meminta izin juga kepada daddy dan abangnya Ara yang dulu dia tidak ingin nanti setelah pacaran keluarga Ara yang dulu tidak menyetujuinya, jadi dia harus izin dulu agar hubungan mereka tenang.
Ara melepaskan pelukan nya dan menatap Panglima dengan mata berkaca-kaca, "abang mau bunuh Ara? " tanya nya polos.
Alis Panglima terangkat sebelah, "ngapain abang bunuh kamu? " heran Panglima saat mendengar ucapan Ara.
"Tadi kata abang tembak-tembak. " ucap Ara dengan bibir manyun.
Panglima terkekeh gemes, "bukan itu maksudnya little girl. " gemes Panglima.
Ara mengerjapkan matanya polos, "terus? " tanya nya.
"Abang akan menyatakan perasaan abang dan mengajak kamu berpacaran setelah mendapat izin dari daddy dan juga abang kamu dulu. " jelas Panglima.
Ara memiringkan kepalanya menatap polos kearah Panglima, "daddy? Bang Agas? " ujar nya dan Panglima menganggukkan kepalanya.
"Abang kenal daddy? " tanya Ara.
"Kenal, " sahut Panglima.
Ara menundukkan kepala nya saat menyebutkan kata 'daddy'. Ara merindukan daddy nya, Ara ingin merasakan pelukan daddy nya yang tak pernah dia dapatkan sebelum nya. Air mata Ara jatuh dan Panglima menyadari itu. Dia bingung kenapa gadisnya yang ceria mendadak menangis, apakah gadisnya sangat merindukan daddy nya?.
Panglima menepikan mobilnya ke tepi jalan, "heyy, kenapa hm? " tanya Panglima saat sudah menepikan mobilnya tersebut.
"Ara kangen daddy hikss, " isak Ara.
Panglima membawa Ara kedalam pelukannya, "tenang ya, nanti kita temui daddy Ara sama-sama yahh. " Panglima mengelus lembut punggung mungil Ara yang bergetar karena menangis.
Ara mengangguk tapi kemudian menggeleng, "Ara kangen daddy hikss, tapi Ara takut hikss.. " lirih Ara, walaupun Bagas sudah menjelaskan bahwa daddy nya tidak marah-marah lagi tapi tetap saja dia merasa takut, takut daddy nya akan marah saat melihat nya padahal wajahnya aja sekarang berbeda dan mana mungkin daddy itu mengira kalau dia anak nya, tapi karena Ara manusia yang polos jadi dia tidak tau.
"Takut kenapa hm? " bingung Panglima, kenapa gadisnya takut bertemu dengan sang daddy?, Panglima hanya tau tentang Ara yang ber transmigrasi ya guyss dan Panglima tidak tau bagaimana kehidupan Ara sebelum nya sehingga membuat Ara menjadi gadis polos, Panglima mengira polos nya Ara memang sifatnya tanpa Panglima tahu bahwa Ara selalu kena marah dan terus berada dirumah sampai-sampai sifat kekanak-kanakan nya itu tetap ada dan tidak menjadi dewasa.
Ara tidak menjawab dia membenamkan wajahnya di dada bidang Panglima dengan air mata yang masih membasahi pipi nya, selalu saja begitu jika dia teringat sang daddy maka dia akan menangis, menangis karena rindu dan takut bercampur menjadi satu.
Sedangkan Panglima diam dan tidak bertanya dulu, dia membiarkan gadisnya menangis dulu sambil mengelus punggung mungil Ara.
Lama mereka diam sehingga Panglima merasakan nafas Ara mulai teratur itu berarti Ara tidur kan? Panglima menunduk dan melihat gadisnya, benar saja sekarang Ara sudah tertidur didalam dekapannya.
"Cantik, " ucap Panglima saat memperhatikan wajah tenang Ara yang sedang tertidur.
"Ara cantik hihi, " entah sadar atau tidak Ara bersuara sambil cekikikan dengan sesegukan secara bersamaan.
Panglima gemes tapi dia bingung mendengar suara Ara, dia perhatikan lagi gadisnya itu dan terlihat bahwa Ara benar-benar tidur tapi kenapa gadisnya bisa menjawab ucapannya tadi? Ahh entah lah Panglima jadi bingung. Panglima mulai menjalankan mobilnya kembali dengan Ara yang berada dipangkuan nya, dia memindahkan duduk Ara ke pangkuannya agar lebih mudah untuknya menyetir.
****
"Daddy ikut kamu kesekolah yaa. " pinta Bram pada Bagas.
"Daddy gak kerja? " tanya Bagas.
"Kerja, tapi mau mampir dulu liat-liat sekolah udah lama daddy gak kesana. " ucap Bram.
Bagas menganggukan kepalanya, "iya dad. " ucapnya.
"Yasudah, mau berangkat sekarang atau nanti? " tanya Bram antusias.
"Daddy terlihat sangat antusias, kenapa dad? " tanya Bagas, dia yakin bukan tanpa alasan daddy nya mau kesekolah.
"Kamu bisa melihat semangat daddy, Boy. " Bram terkekeh. Benar dia sangat antusias kesekolah karena ingin melihat Ara anak dari sahabatnya itu, entah kenapa dia merindukan gadis kecil itu walaupun mereka tidak pernah bicara.
"Daddy mau bertemu Ara? " tebak Bagas karena akhir-akhir ini daddy itu suka menyebutkan kata Ara, Bagas sebenarnya ingin mengatakan bahwa Ara anak sahabatnya daddy itu adalah Ara anak daddy nya sendiri tapi Bagas takut daddy nya tidak percaya dan juga takut keluarga Arshana akan merasakan sesak jika mengetahui putri mereka meninggal dan roh nya digantikan dengan roh adeknya.
Bram tersenyum, "daddy rasanya ingin memeluknya. " ungkap Bram, padahal dia merasa sakit hati karena dia ingat bahwa dia tidak pernah memeluk putrinya sendiri tapi malah ingin memeluk putri orang, jika putrinya masih hidup mungkin putrinya itu akan menangis mendengar ucapannya yang ingin memeluk putri orang lain, itulah yang dipikirkan dan dirasakan Bram.
"Yaudah, kita berangkat sekarang dad? " tawar Bagas.
"Ayo, " sahut Bram. Mereka pun memasuki mobil sport milik Bagas dan pergi menuju BIHS.
***
Mobil sport milik Panglima memasuki parkiran BIHS, seperti biasa banyak kaum hawa yang menanti sang pemilik mobil keluar.
Tak lama Bryan juga datang menggunakan motor sport nya, dia segera turun dan menghampiri mobil Panglima.
Bryan mengetuk pintu mobil Panglima dan Panglima menurunkan kaca mobilnya.
"Apa? " tanya Panglima datar namun Bryan tidak menyahut dia memilih melihat adeknya yang sedang tidur dipangkuan Panglima.
"Lo sengaja dudukin Ara dipangkuan lo? " tanya Bryan datar.
"Iya, " sahut Panglima tanpa beban.
"Lo bukan siapa-siapa Ara yah, " ketus Bryan posisif.
"Bentar lagi dia milik gue, " ucap Panglima.
"Ck, buka pintunya cepat. " titah Bryan sambil berdecak. Panglima membuka pintu mobilnya.
"Dek, " Bryan segera membangunkan adeknya dengan menepuk-nepuk pelan pipi chubby Ara.
"Enghhh, " Ara melenguh dan menggeliat dipangkuan Panglima sehingga membuat sang empu menggeram menahan sesuatu.
"Dek bangun, udah sampai sekolah. " ucap Bryan.
"Bang Iyan, "ucap Ara dengan suara khas bangun tidur. Matanya masih enggan terbuka tapi dia merentang kan kedua tangannya ke Bryan.
"Iya dek, " Bryan membawa Ara dalam gendongan koalanya, "gue duluan. " ucap Bryan pada Panglima dan Panglima hanya berdehem.
Saat diperjalanan Ara membuka matanya sedikit saat melalui ruangan kepala sekolah dan samar-samar dia melihat orang yang dia rindukan dan ingin dia peluk.
"Daddy, " cicitnya pelan kemudian dia membenamkan wajahnya di ceruk leher Bryan, dia ragu dengan penglihatan nya jadi dia lebih memilih menenggelamkan wajahnya.
Bryan mengernyit saat mendengar ucapan Ara, 'daddy? 'Batin Bryan bingung.
Mungkin yg di uji Soal anak Tk 😅