Mawar. Gadis yang sengaja diberikan kepada orang lain oleh kedua orang tuanya hanya karena terlahir sebagai anak perempuan, tiba-tiba dijemput kembali oleh orang tuanya setelah dua puluh tahun hidup tenang bersama orang tua angkat nya dan dipaksa menikah dengan calon suami kakaknya.
"Kamu harus menikah dengan Abymana menggantikan posisi kakakmu," ucap Mahendra setelah tiba di rumahnya.
"Jadi, Anda menjemputku hanya untuk ini? Ternyata kalian orang tua yang tidak punya hati," ucap Mawar.
Plak!
Marisa menampar Mawar dengan keras.
"Turuti apa yang kami minta atau kamu tidak akan pernah melihat dunia ini lagi!" tegas Marisa.
Bagaimanakah kehidupan Mawar setelah menikah dengan Aby?
Apakah Aby akan menerima Mawar sebagai istrinya atau justru mengabaikan Mawar dan memilih tetap mengejar Jingga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lena Laiha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 23
"Selamat malam Om, Tante," ucap Roger saat melihat kedua orang tua Jingga berdiri di hadapannya.
"Selamat malam. Silahkan duduk," ucap Marisa.
"Terimakasih Tante." Roger pun kembali duduk di tempat semula.
"Ih jadi ini pemuda yang selama ini selalu diceritakan oleh Jingga," ucap Mahendra.
"Iya Pa, ini Roger pacar aku."
"Kamu kerja apa?" tanya Marisa.
"Mama kok nanya gitu?" Jingga cemberut karena merasa tidak enak pada Roger.
Roger tersenyum tipis lalu mengusap punggung tangan Jingga.
"Aku gak kerja Tante tapi usaha. Aku punya usaha kuliner dan sudah memiliki beberapa cabang di Jakarta maupun luar Jakarta."
"Berapa usiamu, Om lihat kamu masih muda tapi sudah punya usaha sendiri."
"Usia saya dua puluh tiga tahun Om. Sebenarnya bukan usaha sendiri tapi usaha milik orang tua karena aku adalah anak satu-satunya jadinya aku yang harus mengurus semua usaha milik orang tuaku."
"Kalau gitu kamu cocok sama Jingga. Tante setuju Jingga sama kamu."
"Terimakasih Tante tapi untuk menikah, aku masih belum siap karena ingin fokus mengembangkan usaha dulu agar nanti Jingga tidak kekurangan sesuatu apa pun."
"Kamu pemuda yang baik dan bertanggungjawab. Om harap kamu jangan mengecewakan Jingga."
"Tidak akan, Om, aku cinta sama Jingga."
"Roger, ini minumnya!" Jingga meletakkan segelas teh hangat di atas meja tepat didepan Roger.
"Terimakasih."
**********
"Selamat datang di rumah kami," ucap Aby kepada kedua orang tuanya.
"Rumah kamu kok berantakan gini? Kenapa?" tanya Ratu yang melihat pot bunga yang terguling dan ada beberapa barang yang berada tidak ditempatnya.
"Pagar rumah juga sampai penyok gitu? Kenapa By?" sambung Randy.
Mawar tersenyum sambil menatap Aby tapi dia tidak mengatakan sesuatu apapun.
"Itu ... itu. Itu bekas Frans dan yang lainnya ngejar anjing tetangga yang tiba-tiba masuk kedalam sini."
"Astaga, tetangga kalian ada yang punya anjing? Seram juga ya."
Dirga hanya diam sembari mengulum bibirnya menyembunyikan tawa yang sedari tadi disembunyikannya.
"Udah pada sampai ternyata. Ayo masuk, silahkan Tuan, Nyonya!" Salman langsung menyambut mereka saat tahu majikannya sudah tiba.
Aby menatap Salman seakan mengisyaratkan sesuatu.
Salman yang terlalu fokus melayani Ratu dan Randy tak menyadari bahwa Aby menatap dirinya dan mengisyaratkan sesuatu padanya.
"Kenapa sih gak peka banget, Salman ini," gerutu Aby didalam hatinya.
Mereka semua pun langsung masuk ke rumah milik Aby itu!
"Ma, Pa silahkan duduk dulu ya biar aku menyiapkan kamar untuk kalian semua dulu."
"Aby, gak usah nak. Mama rapiin kamar sendiri aja dan Nasya juga biar dia merapikan kamarnya sendiri. Dimana kamarnya."
"Kamar aku ada di lantai dua di urutan pertama. Selain itu semuanya kosong, kalian pilih aja mau yang mana."
"Mau minum? Biar aku yang buatkan," ucap Mawar.
"Nggak-nggak, kamu terluka kayak gini gak boleh terlalu banyak gerak," ucap Ratu.
"Biar saya yang membuatkan minum untuk kalian. Mau minum apa? Teh, kopi, susu atau sirup?" ucap Dirga.
"Gak usah repot-repot. Kami ke sini hanya untuk memastikan keadaan Mawar saja, tidak perlu dilayani seperti Raja. Kalau kami mau apa-apa, kami bisa mengambilnya sendiri," ucap Randy.
Ady dan Mawar mengangguk pelan, ada rasa takut di hati mereka. Takut orang tuanya Aby tahu kalau ternyata hubungan mereka tidak sebaik yang mereka bayangkan.
Bersambung