Ketika penggemar webtoon <Tower of God>, Arkan, tidak sengaja bertransmigrasi ke tubuh Neon Argarither dan menjadi bagian dari karakter webtoon <Tower of God> itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echo Gardener, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Beberapa hari telah berlalu setelah Neon pergi dari lantainya ke tempat ia bertemu dengan Po Bidau Gustang, dan sekarang tepat di kediaman Keluarga Khun sudah tidak ada yang namanya ketenangan setelah 'Menara Merah' muncul secara tiba-tiba untuk menghancurkan sebagian kediaman mereka.
"Aku tidak mengerti apa yang membuat Ranker kedua itu menjadi gila. Tapi memang dia sebenarnya itu gila. Hanya saja... berani-beraninya orang gila itu menghancurkan kediamanku!" geram Khun Eduan menyaksikan sosok Ranker kedua atau ketiga Menara yang saat ini sedang menghancurkan kediamannya dari sebuah cermin shinsu miliknya.
"Ayah, orang itu bilang bahwa dia tidak akan berhenti menghancurkan bangunan sebelum kau menemuinya." kata Khun Marco Asensio dengan cemas sambil melihat ke cermin shinsu milik Khun Eduan.
Marco tidak pernah berpikir kalau seorang Ranker tertinggi yang non-aktif itu tiba-tiba saja mengunjungi kediaman mereka, tapi bukan untuk bertamu melainkan untuk menghancurkan kediaman mereka.
Ayah sangat membenci gangguan, apalagi jika ada gangguan sebesar ini, pikir Marco melirik Khun Eduan yang terlihat sedang tidak bersahabat itu.
Khun Eduan yang geram sekaligus mulai pusing karena melihat setengah kediamannya hancur itu mulai menghela napas berat. "Mau bagaimana lagi, sebaiknya aku menemuinya untuk meredakan kegilaannya, kalau tidak... bisa-bisa kediaman di Lantai ini akan musnah karenanya." gumamnya.
Khun Eduan melirik Marco, "Marco, kau beritahu yang lainnya untuk segera balik ke kediaman ini sekarang juga dan jangan lupa juga untuk suruh mereka membersihkan sisa-sisa kehancuran dari manusia gila itu. Setelah itu, tunggu di tempat biasanya untuk membahas perkara kejadian ini." perintah Khun Eduan kepada Marco.
Manusia gila katanya, pikir Marco sedikit terkejut.
"B-Baik! Tapi... bagaimana jika ada yang tidak datang?" tanya balik Marco.
Khun Eduan diam sebentar, kemudian mendengus kasar. "Hmph! Itu urusanmu." jawabnya, setelahnya dia menghilang dari pandangan Marco.
Pantas saja ada banyak anaknya yang sangat membencinya, bahkan ada yang ingin membunuhnya seperti orang itu, pikir Marco melihat ke tempat Khun Eduan sebelumnya berada dengan senyuman pasrah.
...****************...
Di lokasi kejadian,
"Oi, belut biru! Cepat keluar dari tempat persembunyianmu itu atau aku akan menghancurkan kediamanmu ini!" teriak si pelaku kehancuran dari setengah kediaman Keluarga Khun, alias Enryu.
Bzzz—!
Enryu melihat ke sebuah tombak yang terbuat dari shinsu berwarna biru itu mengarah tepat ke kepalanya dengan sangat cepat, tentunya Enryu yang tidak mau kehilangan kepala berharganya itu mulai menghindari dari serangan tersebut.
Bang!
Enryu bersiul. "Dia berniat memisahkan kepalaku dari tubuhku. Yah, tapi akhirnya keluar juga si belut biru itu." gumamnya.
Enryu melihat kedatangan Khun Eduan yang di kelilingi dengan kilatan shinsu berwarna biru seperti listrik dari tubuhnya.
"Hei, Menara Merah! Ingatanku mengatakan kalau kita tidak pernah ada dendam sebelumnya!" teriak Khun Eduan yang sudah tiba tidak jauh dari tempat Enryu berada.
Enryu yang sekarang berdiri di atas pohon tertinggi di tempat tersebut mulai menundukkan sedikit kepalanya ke bawah, memandang rendah Khun Eduan dan mendengus. "Memang tidak pernah ada dendam di antara kita." balasnya dengan seringai kecil terpampang di wajahnya.
Urat kekesalan mulai terlihat bermunculan di wajah Khun Eduan. "Lalu, untuk apa kau datang dan menghancurkan setengah kediamanku sekarang ini?" tanyanya dengan senyum yang amat terpaksa terpampang jelas di wajah tampannya.
Enryu terdiam memikirkan sesuatu, kemudian mendengus lagi. "Salahkan anakmu itu. Posisiku bisa terancam karenanya. Aku sangat membencinya." jawabnya sambil melipatkan kedua tangannya di depan dadanya dan mulai menyenderkan bahunya ke pohon tersebut.
Khun Eduan menaikkan salah satu alisnya. "Anakku? Dan posisimu bisa terancam karenanya?"
"Ya, itu benar."
"Apa maksudnya itu? Kau tahu kalau anakku itu ada banyak dan... aku tidak peduli dengan posisimu terancam atau tidak!" geram Khun Eduan.
"Tentu saja yang ku maksud adalah si itik biru itu. Kau harus peduli pada posisiku ini, karena kau adalah orang tuanya! Apa-apaan kau ini, huh? Orang tua tidak bertanggung jawab pada apa yang dilakukan anaknya? Cih! Benar-benar orang tua yang buruk. Bintang nol untuk orang tua sepertimu. Memangnya untuk apa kau memiliki banyak anak? Hanya sebagai alat saja, huh?" balas Enryu.
Astaga dragon bill! Berbicara dengan belut biru itu membuatku hampir naik darah, dan tentu saja dalam hal merawat anak... dia tidak bisa dibandingkan dengan Guruku sendiri, pikir Enryu.
"Biar ku tanya padamu, Menara Merah. Memangnya siapa itik biru yang kau maksudkan ini, hm? Dan kau menyebutkan keturunan Khun sebagai itik biru? Kau juga bilang aku harus bertanggung jawab pada apa yang anakku lakukan? Persetan dengan semua itu! Dan berani-beraninya kau bilang kalau aku adalah orang tua yang buruk?! Kurang ajar kau bedebah sialan mengataiku orang tua yang buruk! Kau bahkan belum merasakan bagaimana mengurus anak banyak yang sulit diatur! Dan lagi... untuk apa aku harus peduli pada posisimu itu, huh?! Memangnya itu penting buat hidupku dan keluargaku?!" teriak Khun Eduan yang sudah terlanjur kesal sambil menunjuk ke arah Enryu.
Seketika, Khun Eduan secara alami mulai tersadarkan diri dari semua ini dengan menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan.
Demi Dewa yang ada di Menara ini! Aku bisa naik darah saat berbicara dengan orang gila sepertinya! Dan bisa-bisanya aku terpancing oleh omongannya... ini seperti bukan aku saja, pikir Khun Eduan yang sudah kembali tenang.
Enryu melihat kalau Khun Eduan sudah kembali tenang seperti penampilan yang dirumorkan, tampan dan elegan.
Cih! Dia sudah tenang lebih cepat dari yang ku duga. Padahal aku masih mau membuatnya emosi sedikit lebih lama lagi, pikir Enryu menatap bosan Khun Eduan.
"Hei, Eduan. Sebaiknya... kau cepat bawa anakmu itu kembali ke tempat ini dan kurung dia di penjara kebanggaanmu itu." tanpa menggunakan basa-basi lagi, Enryu langsung berbicara ke intinya.
Khun Eduan menghela napas berat sambil menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal. "Sudah ku katakan kalau anakku itu ada banyak, jadinya mana paham aku maksud dari anak yang ma—"
"Itik bi—ehem... maaf, maksudku itu Esentia. Anakmu yang bernama Khun Esentia Gustav, dia adalah orang yang ku maksudkan itu." sela Enryu masih bersikap tenang.
Aku yakin dia tadi ingin menyebutkan itik biru lagi, pikir Khun Eduan dengan alisnya yang berkerut.
"Esentia? Kenapa dengan anak itu? Apa hubungannya dia dengan posisimu yang terancam itu?" tanya Khun Eduan sedikit khawatir dengan anak kebanggaannya itu.
Aku tidak pernah menyangka kalau Menara Merah bisa terancam oleh anak kebanggaanku itu. Aku tidak tahu posisi apa yang Menara Merah maksudkan itu, tapi hebat juga anakku yang satu itu! Hahaha! Dia bisa membuat Menara Merah merasa terancam akan posisinya, pikir Khun Eduan dengan senang sambil membayangkan bagaimana anak kebanggaannya itu bisa membuat peringkat kedua atau ketiga Menara ini menjadi gila karena terancam akan posisinya.
Khun Eduan terkekeh geli dan berakhir dengan tertawa lepas. Melihat Khun Eduan yang seperti itu malah membuat kekesalan dalam diri Enryu menjadi tidak terkendali lagi.
Lihat belut biru tua busuk mesum menjijikkan itu, menyebalkan sekali melihatnya tertawa begitu. Memang benar kalau buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Tidak anak tidak ayahnya, sama saja kelakuannya. Sama-sama mengesalkan! Ingin sekali ku melihat Keluarga Khun terkena kutukan yang membuat mereka sirna dari Menara ini, pikir Enryu membayangkan Keluarga Khun menghilang tidak tersisa dari Menara. Dan memikirkan itu membuat perasaan Enryu kembali menjadi lebih baik dan dia mulai terkekeh.
Khun Eduan batuk untuk membuat Enryu kembali fokus pada percakapan mereka.
"Memangnya posisi apa yang bisa membuatmu terancam seperti ini, nah, wahai Menara Merah?" tanya Khun Eduan kembali serius, namun jika lebih teliti lagi akan terdengar nada mengejek darinya.
Enryu kembali serius dan mulai menatap lurus mata biru Khun Eduan. "Tentu saja, posisi sebagai murid kesayangan dan kebanggaan nomor satu dari sosok termahsyur, Neon Argarither!" jawab Enryu dengan suara lantang.
Wussh—
Angin terbang melewati kedua orang itu.
Khun Eduan mengorek salah satu telinganya menggunakan kelingkingnya. "Hah? Apa kau bilang? Sepertinya aku tidak mendengarnya dengan baik. Coba bisa kau ulangi lagi, Menara Merah?" tanyanya, karena tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
Enryu mendengus. "Aku tidak tahu kalau Kepala Keluarga Khun sudah mulai tidak bisa mendengar. Sangat menyedihkan untuk orang rendah sepertimu." katanya dengan sedih.
Urat kekesalan sekali lagi mulai bermunculan di wajah tampan Khun Eduan.