Seorang gadis yang berasal dari masa depan bertransmigrasi pada masa lalu di tubuh gadis bodoh keluarga petani yang miskin.
Mereka sebenarnya adalah keluarga bangsawan yang dijebak dan diasingkan.
Bisakah gadis ini dengan sistem pertanian yang mengikutinya bertransmigrasi mengubahkan dan mengangkat kembali harkat dan martabat keluarga nya...
Atau musuh-musuh ayahnya justru akan menghalangi jalannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Liyo Owi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Organisasi bayangan hitam
Jauh di suatu tempat di pegunungan yang tersembunyi di dalam kelebatan vegetasi hutan.
Sebuah nada kemarahan terdengar;
"Bagaimana mungkin, kita mengirim dua puluh orang pembunuh tetapi tidak ada satupun yang kembali. enam belas orang terbukti terbunuh tetapi empat orang hilang. Kemana mereka pergi? apakah mata-mata kita sudah menemukan keberadaan mereka".
Di depan pria yang sedang marah itu berlutut seorang pemuda yang rupanya sedang memberikan laporan
"Siap Tuan, mata-mata kita sudah melaporkan bahwa keempat orang itu ada di desa Genteng menjadi penjaga bayangan desa tersebut ".
"Kurang ajar, beraninya mereka mengkhianati kita, mereka mencari kematian mereka sendiri".
Hal seperti itu belum pernah terjadi selama ini. Organisasi pembunuh bayaran itu selalu royal kepada anggotanya dan mereka juga sangat disiplin dan setia. Jadi hal itu sungguh menjadi pukulan yang besar bagi organisasi pembunuh itu karena dari keempat orang yang membelot itu, seorang diantaranya adalah seorang pimpinan cabang di kabupaten yang selama ini tidak diragukan kesetiaannya.
"Tidak mudah menangani mereka, kirimkan dua puluh orang pembunuh dari propinsi, bunuh mereka tanpa ampun dan jangan sampai ada saksi".
"Siap tuan"
Pemuda itu bangkit berdiri dan menghilang dari tempatnya.
Pria itu tetap berdiri terdiam di tempatnya sambil memandang melewati jendela ke arah selatan pegunungan tersebut.
Dia berpikir bahwa organisasi mereka selama ini selalu berhasil dalam melakukan tugasnya untuk melaksanakan tugas yang berbahaya
Mengapa tugas kali untuk membunuh seorang pemuda dari ibukota yang adalah tuan dari sebuah rumah makan saja begitu menyulitkan bahkan membuat mereka kehilangan dua puluh anggota mereka.
Organisasi pembunuh Bayangan hitam ini selalu berkomitmen tinggi dalam melaksanakan tugas mereka dan mereka tidak akan berhenti kecuali target mereka sudah terbunuh.
"Boss, kami mendapatkan berita bahwa organisasi pembunuh Bayangan hitam sudah mengirimkan dua puluh pembunuh ke desa ini untuk membunuh kami".
Salah satu pengawal bayangan desa itu yang merupakan mantan anggota organisasi pembunuh Bayangan hitam memberikan laporan kepada Joan.
"Ok, mari siapkan sambutan hangat bagi mereka".
Jauh dari bayangan mereka bahwa Joan akan ketakutan mendengar berita ini, dia malah kelihatan begitu santai dan tenang.
"Hello, ini pembunuh profesional, boss. Bahkan tingkatan mereka lebih tinggi dari kami, mereka para pembunuh di tingkat provinsi, apalagi ada dua puluh orang yang akan datang. Mereka bukan turis yang akan berlibur kemari!".
Begitulah pemikiran mereka dan terus terang meskipun kekuatan mereka tidak sebanding dengan pembunuh di tingkat provinsi ini tetapi mereka tidak takut menghadapi para pembunuh yang akan datang ini. Mereka hanya sedikit kuatir dengan keselamatan nona mereka, tetapi mereka tidak menunjukkan kegelisahan mereka dan hanya menjawab pendek
"Siap boss".
Joan sangat menantikan kedatangan para pembunuh ini, dia seperti mendapatkan durian runtuh. Bingung-bingung cari tenaga penjaga siap pakai, kok ada yang mau mengirimkannya gratis ke pintu rumahnya dan tidak perlu bayar uang makelar lagi
"Ha, ha, ha. Betapa beruntungnya aku".
Joan bergumam dan senyam-senyum sendiri yang alhasil membuat anak buahnya jadi takut bossnya malah stres sampai jadi gila sendiri.
Wah kalau Joan tahu apa yang lada dalam pikiran anak buahnya pasti senewen dia.
He, he, he
Author juga ikutan ketawa, apa ikut jadi stres dan gila juga mikirin ide untuk ngelanjutin cerita ini biar menarik dan bisa dapat like, vote dan hadiah keren dari pembaca setia. Apalagi kalau kontrak disetujui, hehehe.
Kalau ini ketawa seneng.....
"Baik, gak usah dibicarakan lagi, lanjutkan tugas kalian dan nanti malam kita tunggu kedatangan mereka di sini".
"Siap bossque".
Jawab mereka serentak dan merekapun segera menghilang dari tempatnya masing-masing kembali ke pos mereka di atas pohon rimbun depan gerbang desa.
Joan melanjutkan pekerjaannya untuk mengawasi pembangunan yang sedang dikerjakan di seluruh desa itu. Andi dengan setia mengekor dibelakang nya tanpa kata-kata.
Memang dia jarang berbicara tetapi tindakannya membuat hangat hati Joan. Andi selalu giat berkerja dan tidak pernah sekalipun menolak perintah Joan seperti isteri kecil.
"Isteri kecil".
Gurauan yang biasa diucapkan oleh penduduk desa karena selalu melihat Andi mengekori Joan ke mana-mana dan mereka juga tahu Andi tidak bisa makan makanan masakan orang lain kecuali yang dimasak oleh Joan sendiri.
Tubuh Andi juga semakin sehat bahkan racun ditubuhnya pun sudah sepenuhnya disembuhkan karena penggunaan air mistis murni yang diminumnya setiap hari bahkan tenaga dalamnya juga meningkat banyak, hanya ingatannya saja yang belum kembali dipulihkan.
Joan suka tersenyum menanggapi gurauan tersebut dan dia tidak pernah serius menanggapi gurauan itu karena dia tahu dari penampilan Andi bahwa kemungkinan besar Andi adalah keturunan keluarga bangsawan atau dari pemimpin sekte besar di negeri itu. Itu tampak dari tindakan dan perilaku nya yang selalu sopan tetapi juga angker.
Hanya saja cara makannya saja yang mengejutkan karena dia suka sekali menjilati sisa bubur di mangkok nya sampai bersih.
Melihat hal seperti itu, Joan tidak merasa jijik malah cenderung kasihan karena sepertinya Andi tidak mendapatkan cukup makan sebelumnya. Tetapi belakangan ini sebenarnya dia sudah mulai bisa makan makanan yang lain karena Indra pengecapnya sudah kembali hanya karena sudah terbiasa dan orang lain termasuk Joan tidak mengerti tentang Andi yang sebelumnya kehilangan indera pengecap nya, maka Andi tetap makan makanan yang khusus dimasak oleh Joan
Hari itu berlangsung seperti hari yang lain, rutinitas yang biasa dikerjakan. Penebangan pohon, pembangunan pagar, rumah utama dan sarana lainnya terus berlanjut.
Balai pertemuan sudah diperbesar dan juga arena bela diri untuk kegiatan olahraga penduduk desa sudah selesai dikerjakan.
Proyek kompor biogas sudah selesai dan sudah diatur kelompok pekerja untuk mengelola perawatan dan kebersihan wc umum.
Penduduk desa senang dengan kompor biogas karena mereka tidak perlu lagi mencari dan mengeringkan ranting kayu untuk bahan bakar kompor bakar mereka.
Kegiatan sekolah juga sudah dimulai. Joan mengaturnya seperti kurikulum pendidikan di Jaman modern dengan jam belajar delapan jam sehari dengan istirahat makan dan tidur siang di bangku mereka masing-masing atau murid-murid juga bisa berkultivasi selama jam istirahat siang.
Ruang pelatihan ketrampilan bagi perempuan lajang yang belum menikah selalu dipenuhi dengan canda tawa dan Joan sudah membuka berapa cabang toko mereka di kota untuk menjual hasil kerajinan dari desa itu yang tentu saja secara otomatis juga meningkatkan taraf hidup masyarakat desa tersebut.
Tuan Wang tidak lagi berkerja sebagai pedagang beras lagi karena dia juga sudah berkerja sebagai salah satu manajer di sana dan dia juga mendapatkan keuntungan ganda karena Joan tidak membeli tanah ladang miliknya tetapi menyewa tanah itu untuk menanam bibit padi mistis dari hasil ruang dimensi pertaniannya. Jadi tuan Wang lah yang mengatur jalur distribusi penjualan beras itu sebagai beras premium istimewa karena beras yang dihasilkan dari ladang itu sebenarnya hanya memberikan setengah manfaat daripada beras yang dihasilkan dari ruang dimensi pertaniannya.
Anak pertama tuan Wang masih bersekolah di ibukota dan tuan Wang berencana untuk memanggilnya pulang kalau dia sudah menyelesaikan pendidikannya. Tuan Wang bahkan berencana menjodohkan anaknya dengan Joan.
Tuan Wang sebenarnya juga sudah mencoba untuk melamar Joan tetapi ayah Joan menolak dengan sopan dan mengatakan bahwa itu terserah Joan untuk memutuskan pilihannya untuk menikah. Biarlah saat anak itu pulang, kalau dia bertemu Joan dan memang ada jodoh pasti akan ada jalannya. Tidak perlu dipaksakan.
Tuan Wang menganggap bahwa itu keputusan yang sangat baik, jadi dia berharap liburan sekolah minggu depan, anaknya bisa kembali untuk berlibur dan bertemu Joan.
Biasanya anak itu tidak suka untuk berlibur di desa tapi saat dia mendengar cerita ayahnya tentang kemajuan desa itu, dia menjadi tertarik untuk datang.
genteng wetan opo genteng kulon