Pengenalan Tokoh
Isma Wulandari(29th) janda muda yang memiliki 2 orang anak, Refa(9thn) dan Rafa (3thn). Suaminya meninggal 2 tahun lalu, karena penyakit ginjal yang dideritanya. Sepeninggal suaminya Isma bekerja keras menghidupi diri dan kedua anaknya dengan profesinya sebagai seorang penata rias, atau bahasa kerennya MUA.
Andika Maulana Hartanto(39th) seorang duda yang berprofesi sebagai seorang dokter specialis di sebuah rumah sakit. Dika dan istrinya bercerai tiga tahun yang lalu, dan dari pernikahannya itu, dia dikaruniai anak laki-laki bernama Reyhan yang sekarang berusia -+16 tahun.
Dika mempunyai wajah yang tampan, tak heran jika banyak wanita yang berusaha mendekatinya, apalagi semenjak ia menyandang status duda. Namun sayangnya tidak ada satupun dari mereka yang bisa merebut perhatian Dika, kecuali Isma.
Pertemuannya dengan sang Mua terasa membekas dihati abang duren itu.
Lalu bagaimana kisah mereka selanjutnya? Yuk kita simak kisah selengkapnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom's chaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nonton part 2
Film telah lima menit di mulai, ketika Isma dan Dika masuk ke dalam bioskop. Mereka duduk di baris ke dua dari atas. Karena ini bukan weekend, jadi penonton tidak terlalu banyak. Hanya tiga baris di depan yang terlihat penuh.
Isma sudah mulai menikmati film yang sedang diputar. Ternyata sebuah Film komedi yang dipilih Dika. Dika duduk disebelah kiri Isma. Ia terus memandang Isma yang sedang tersenyum menikmati film komedi itu.
Kamu memang cantik Isma. Senyum kamu sangat manis. Aku selalu teringat senyumanmu itu. Selama ini banyak sekali wanita cantik yang aku temui, tapi satupun dari mereka tidak membuatku merasakan seperti apa yang aku rasakan padamu. Sejak melihatmu, aku merasa ada sesuatu yang berbeda, aku merasa hidup kembali. Apa kamu mampu menghapus nama Chintya dihatiku?Dan.......Apa aku sudah mencintaimu?. Dialog Dika Dalam hati.
Karena merasa Dika memperhatikannya, Isma menoleh ke arah Dika." Kenapa dok?." Tanyanya.
"Tidak apa-apa." Jawab Dika sembari tersenyum.
Pandangan Isma kembali ke layar bioskop. Entah dia sadar atau tidak, Dika mengelus pipi kiri Isma dengan lembut, tangannya berhenti disana, dan berkata:" Kamu manis Isma."
Degggg......jantung Isma berdegup kencang seketika, mendengar ucapan Dika. Wajahnya merah, ia menjadi sangat gugup, dan tidak mengatakan apapun. Walau dihatinya saat ini, seperti ditumbuhi ribuan bunga. Isma berusaha menjauhkan tangan Dika dari pipinya. Tapi tidak berhasil.
"Apa yang anda lakukan dokter?. Lepaskan tangan anda." Titah Isma yang terlihat gugup.
Dika tersenyum melihat Isma yang sedang gugup itu, dan tiba- tiba saja cuuuuup.... Dika mengecup pipi Isma cukup lama, membuat sang empu tersentak kaget. Jantung Isma semakin berdetak kencang, hingga Dika bisa mendengarnya. Pipinya semakin merah seperti buah tomat, dan wajahnya terasa panas.
Sadar Isma sadar. Kenapa kamu membiarkannya? Seharusnya kamu menolaknya.
Isma tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Selama ini dia selalu menghindar dari pria-pria yang mendekatinya.Tapi sekarang dia malah membiarkan dokter Dika mencium pipinya. Tidak...aku tidak membiarkannya, dia menciumku tiba-tiba. Mana aku tau dia mau menciumku. Lagipula kenapa dia berani sekali melakukannya?. Apa karena tanah itu?. Apa dia menganggapku wanita seperti itu?. Gumam Isma dalam hatinya.
Isma kembali berperang, dengan hati dan fikirannya. Dika menciumnya tiba-tiba seperti ini, membuatnya sangat terkejut, tapi juga merasakan sesuatu. Dia sama sekali tidak menyangka Dika akan berani melakukannya. Walau ini bukan pertama bagi Isma, ia tidak menampik, kalau dia merasa bahagia. Apa aku mencintainya?.Batin Isma.
Merasa tidak ada penolakan, Dika semakin berani. Tangannya merangkul bahu kanan Isma, mengarahkan tubuh mungil Isma kehadapannya, membuat wajah mereka berdekatan. Bahkan jaraknya kurang dari lima sentimeter.
Dika memandang wajah Isma yang sudah semakin merah. Walau hanya cahaya dari layar bioskop yang menerangi, Dika masih bisa melihat wajah Isma yang merah itu. Isma memandang wajah Dika, yang kelihatan berkali-kali lipat lebih tampan, dilihat dari jarak sedekat ini, membuat Isma tidak berani memandangnya terlalu lama. " Lepaskan dok. Jangan seperti ini." Ucap Isma..Ia berusaha melepaskan rangkulan tangan Dika, tapi Dika malah semakin mengeratkan rangkulannya. "Maaf dok, jangan seperti ini. Saya...."
"Saya apa?." Tanya Dika memotong ucapan Isma sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Isma. Dengan cepat Isma memalingkan wajahnya ke arah layar bioskop. Tapi tangan Dika memegang dagunya, dan mengarahkannya kembali kehadapannya. Dika semakin mendekatkan wajahnya. Isma tau, yang sekarang Dika incar adalah bibirnya. Bibir Dika sudah hampir menyentuh bibirnya, namun kembali Isma memalingkan wajahnya.
Dika terlihat sedikit kecewa. Isma tersenyum dalam hatinya, melihat kekecewaan di wajah Dika. Isma tak munafik, sebenarnya ia pun menginginkannya, tapi hatinya berkata untuk tidak melakukannya.
Dika kembali mengarahkan wajah Isma ke wajahnya. Ia menatap mata Isma, seolah-olah meminta persetujuan Isma, untuk menciumnya. Dan kini kembali bibirnya sudah hampir menyentuh bibir Isma. Dan lagi-lagi, Isma memalingkan wajahnya, membuat bibir Dika hanya menyentuh sudut bibir, dan sebagian pipi Isma.
"Maaf dokter, saya tidak bisa. Saya tau, kita berdua sama-sama kesepian.Tapi itu bukan alasan untuk kita melakukannya, walau hanya sekedar ciuman. Kita tidak ada hubungan apapun. Maaf!! Bukannya saya munafik. Tapi saya bukan wanita seperti itu." Ucap Isma.
"Apa kamu mau kita berdua menjalin hubungan?." Tanya Dika.
"Bukan begitu. Maksud saya...."Isma belum menyelesaikan kata-katanya, karena Dika memotong pembicaraan.
"Sudahlah, saya mengerti. Maafkan saya. Saya yang salah, tidak bisa mengendalikan diri. Kamu wanita baik, mungkin itu sebabnya saya menyukai kamu, sambil mengecup kening Isma. Dika akui dalam hatinya dia memang sangat tergoda melihat wajah cantik Isma, hingga rasa itu membuatnya gemas dan ingin mencium Isma.
Hati Isma menghangat mendengar ucapan Dika. Isma tidak bermaksud membiarkan Dika mengecup keningnya. Semua terjadi tiba-tiba, hingga dia tidak sempat menghindar. Tapi biarlah semua sudah terlanjur terjadi. Dan menurutnya kecupan dikening menandakan kasih sayang, berbeda dengan ciuman yang kadang ujung-ujungnya membangkitkan nafsu. Dan kenapa juga Dika seberani itu pada Isma ?. Mungkin setan sudah hadir diantara mereka, merasuki hati dan fikirannya.
Tbc☘️
Vote, like dan komentarnya ya🤗
tapi jangan prustasi ya Feb.
tetep aja berjuang, Khan janur nya belum melengkung...