Farid tidak menyangka jika ia akan bertemu dengan jodohnya yang tidak pernah ia sangka. 32 tahun membujang bukan tanpa alasan. Ia pernah sangat mencintai seseorang namun ia ia dikhianati hingga dirinya terluka dan sulit untuk percaya lagi kepada seorang perempuan. Namun pada suatu saat ada seseorang yang dapat mengetuk hatinya. Siapakah dia? Tentu saja dia yang akan menjadi jodohnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keceplosan
Entah kenapa Siena pun tidak berkutik. Bau maskulin yang menyeruak dari tubuh suaminya membawa kedamaian dalam dirinya. Nurani kelakian Farid terusik. Jantungnya berdetak sangat hebat. Jakunnya naik turun melihat bibir ranum di depannya. Farid mencoba mendekatkan bibirnya ke bibir Sirna. Ia menempelkan bibir itu. Tidak ada perlawanan dari istrinya. Ia pun memberanikan diri untuk sedikit mengulumnya. Siena pun memejamkan mata merasakannya. Namun sejenak kemudian, Siena ingat akan kejadian semalam. Saat ia melihat Farid berpelukan dengan Romi. Sontak Siena mendorong tubuh Farid sehingga Farid pun terjungkal.
"Au! "
"Up sorry."
"Ssshhhh.... " Farid mendesis kesakitan.
Bagaimana tidak, pinggangnya mengenai ujung ranjang. Sontak Siena membantunya untuk bangun. Walau bagaimana pun ia merasa bersalah.
"Maaf."
"Kamu harus tanggung jawab."
"Ah iya. Salah sendiri."
"Apa salahku? Apa salah mencium istri sendiri?"
"Ah tidak-tidak."
"Ish, kalau sampai bujang lapuk cerita sama Mami dan Papi bisa-bisa kena omel tujuh hari tujuh malam ini aku." Batin Siena.
Siena membantu Farid duduk di atas tempat tidur. Ia mencari salep di kotak obat yang ada di ruangan tersebut. Untungnya kotak obat tersebut lengkap.
"Ini pakailah salep."
"Pakaikan! Mana bisa aku pakai sendiri."
"Iya iya.... "
Siena menutup mata sambil menyingkap baju Farid dan juga menurunkan sedikit celana Farid. Pelan-pelan Siena mengoleskan salep di area tulang ekor dan pinggang Faris.
"Bukan di situ, tapi lebih ke bawah."
"I-iya."
Usalan tangan Siena membuat aliran darah Farid memanas. Apa lagi udara pagi memang kerap membangunkan sesuatu yang tidur.
"Oh tidak... kenapa jadi begini." Batin Farid.
Sekuat tenaga Farid menahannya. Namun sentuhan Siena justru semakin membuatnya tak berdaya. Padahal Siena memang sengaja ingin memancingnya karena Siena masih penasaran terhadap suaminya itu. Namun kali ini sepertinya persepsinya salah. Farid menahan tangan Siena, karena ia merasa Siena sepertinya sudah di luar jalur.
"Ke-kenapa?"
Tanpa menjawabnya, Farid menarik tubuh Siena sehingga tubuh Siena jatuh menimpa tubuh Farid. Tidak hanya itu, Kening Siena membentur bibir Farid.
Dag dig dug
Farid menangkup kedua pipi Siena. Hasratnya semakin menjadi. Ia pun mencumbu Siena dengan penuh cinta. Sesaat kemudian Siena memukul dada suaminya. Namun kekuatan Farid tidak dapat di lawannya. Kini kedua tangan Siena dikunci. Farid membalikkan badan Siena. Siena berbaring tak berdaya dengan tubuh yang meronta-ronta.
"Eh... lepaskan!"
"Kamu harus tanggung jawab!"
"A-ku nggak salah, ngapain tanggung jawab?"
"Oh ya?"
"Tolong lepaskan aku. Bukannya kamu tidak suka perempuan? ups!" Siena keceplosan.
Farid mendelik mendengar pernyataan istrinya. Kali ini ia paham kenapa istrinya itu tadi menolaknya. Rupanya istrinya sudah termakan isu tak sedap tentang dirinya.
"Apa katamu barusan? Coba ulangi lagi! "
"Tidak-tudak! Aku salah ngomong."
"Ehem... jadi kamu kira aku tidak menyukai perempuan begitu?"
"Iya... eh tidak!"
Farid menyeringai melihat ekspresi istrinya yang kalang kabut. Sepertinya ia harus memberi pelajaran kepada istrinya agar dia tahu kebenarannya.
Farid melepas tangan Siena namun ia menindih tubuh Siena.
"Ka-kamu mau apa?"
"Menurutmu?" Ujar Farid sambil membuka kancing piamanya.
Siena berontak. Ia memukul-mukul dada Farid. Farid mengikat tangan Siena dengan piamanya, lalu tangan itu ia kalungkan ke tubuhnya. Sehingga saat ini tubuh mereka berdempetan.
"Ih... mesum!"
"Salah kamu sendiri bilang aku tidak suka sama perempuan."
"Memang iya!"
Farid menyentil kening istrinya.
"Au sakit!"
"Maaf."
Cup
Farid mengecup kening istrinya.
"Dengarkan aku! Aku ini laki-laki normal. Aku suka perempuan. Kalau tidak, mana mungkin aku menikahi kamu."
"Jangan membela diri! Buktinya tadi kalian ber... "
"Kalian?"
"Iya tadi di balkon."
Farid berpikir sejenak.
"Astaghfirullah... kamu melihatku dan Romi berpelukan, lalu kamu langsung berpikiran yang tidak-tidak?"
Siena mengangguk pasrah.
"Huh, dasar bocil!"
"Ish, bocil gini juga bisa bikin bocil. Ups.... "
"Oh ya? "
"Tidak-tidak!"
Allahu akbar Allahu akbar....
Terdengar suara adzan shubuh berkumandang. Farid melepas ikatan tangan istrinya, lalu turun dari tubuh Siena. Ia menyuruh Siena pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berwudhu'. Siena mengelus dadanya, karena merasa lega. Di dalam kamar mandi, timbul pertanyaan besar dalam benak Siena. Setelah Siena keluar, gantian Farid yang masuk ke kamar mandi. Akhirnya mereka shalat Shubuh berjama'ah.
Selesai shalat dan berdo'a, Siena mencium tangan suaminya. Farid pun mencium kening istrinya.
"Jika ada sesuatu yang ingin kamu tanyakan, katakanlah! Jangan biasakan memendam pertanyaan sendiri dan mengira-ngira kebenaran."
"Em... aku.... "
Belum sempat Siena melanjutkan ucapannya, tangannya dijatuhi cicak. Alangkah terkejutnya Siena sehingga tanpa sengaja ia memeluk suaminya.
"Ma-af... tadi ada cicak."
Siena hendak melepaskan pelukannya, namun Farid menahannya.
"Biarkan seperti ini dulu."
Siena pun tidak menolaknya. Mereka berpelukan kurang lebih selama tiga menit.
"Siena... "
"Hem... "
"Sekali lagi aku katakan, aku ini laki-laki normal. Aku menyukai perempuan. Dan perempuan yang aku sukai saat ini adalah istriku."
Tiba-tiba hati Siena berbunga-bunga mendengar pernyataan Farid.
"Tunggu, jangan senang dulu Siena! Dia hanya berusaha merayumu. Ingat misimu! Jangan terlena dengan bujukannya. Kamu harus mempertahankan mahkotamu. " Batin Siena.
"Siena.. kamu mendengarku, kan?"
"Hem iya, aku dengar."
"Siena, meski aku ingin tapi aku tidak akan melakukannya sebelum kamu setuju. Aku bukan lelaki pemaksa." Batin Farid.
"Hoam.... aku mengantuk. Tadi tidurnya cuma sebentar." Ujar Siena.
"Ya sudah, lepas mukenahnya dulu. Lalu tidurlah!"
"Siap Pak bos!"
Farid masih tidak tega untuk melakukannya. Ia merasa istri kecilnya itu mungkin belum siap. Akhirnya mereka pun tidur lagi. Sepertinya Farid menang harus lebih bersabar. Ia tidak boleh memaksakan kehendaknya. Istrinya itu harus diberi pengertian pelan-pekan agar tidak berontak.
......................
Selama dua hari di hotel, Farid belum menjalankan misinya. Hati ini mereka akan pulang ke rumah utama. Farid dan Siena akan tinggal di sana untuk sementara waktu. Karena Ummi dan Abi tidak memperbolehkan mereka keluar, sebelum Faiza menikah.
Farid dan Siena baru saja sampai di rumah utama. Mereka disambut oleh saudara-saudara Farid yang lain. Ummi dan Abi sangat senang melihat anak menantu ya berkumpul.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam, pengantin baru. "
"Wah seger nih bang." Goda Furqon.
"Berapa ronde, bang?" Bisik Ficky.
Farid hanya bisa menggelengkan kepala mendengar kata-kata mereka.
"Ayo kakak ipar, masuk dulu. " Ujar Firda.
Firda dan Faiza menggandeng tangan Siena.
Meski usia Firda jauh lebih tua dari Siena. Namun demi menghormati abangnya, Firda tetap memanggil Siena dengan panggilan yang sopan. Kebetulan sudah saatnya makan siang, jadi mereka pun makan siang bersama. Suasana rumah Abi menjadi ramai. Apa lagi cucu abi yang sudah berjumlah 14 orang itu kini sedang bermain bersama.
Bersambung...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hayo kenapa Siena mual terus saat naik pesawat apa sudah ada tanda2 Hamidun? ataukah memang beneran sakit lambung? 🤔🤔😇😇😇🤫
Abang Farid makin posesif sama sang isteri yg masih imut nan cantik, meskipun pakai hijab ternyata pesonanya bisa membius rekan bisnisnya di negeri gingseng ini??🤩🤩🤩🤩🤫🤫
lanjut author