NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Ratu Iblis Alexia

Reinkarnasi Ratu Iblis Alexia

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Akademi Sihir / Dunia Masa Depan / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: Watashi Monarch

Genre : Action, Adventure, Fantasi, Reinkarnasi
Status : Season 1 — Ongoing

Kekacauan besar melanda seluruh benua selatan hingga menyebabkan peperangan. Semua ras yang ada di dunia bersatu teguh demi melawan iblis yang ingin menguasai dunia ini. Oleh karena itu, terjadilah perang yang panjang.

Pertarungan antara Ratu Iblis dan Pahlawan pun terjadi dan tidak dapat dihindari. Pertarungan mereka bertahan selama tujuh jam hingga Pahlawan berhasil dikalahkan.

Meski berhasil dikalahkan, namun tetap pahlawan yang menggenggam kemenangan. Itu karena Ratu Iblis telah mengalami hal yang sangat buruk, yaitu pengkhianatan.

Ratu Iblis mati dibunuh oleh bawahannya sendiri, apalagi dia adalah salah satu dari 4 Order yang dia percayai. Dia mati dan meninggalkan penyesalan yang dalam. Namun, kematian itu ternyata bukanlah akhir dari perjalanannya.

Dia bereinkarnasi ke masa depan dan menjadi manusia!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Watashi Monarch, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 - Menghilangnya Aurora

Setelah makan malam, Aurora langsung pergi menuju ke kamar Alexia sesudah berganti pakaian. Dia tidak pernah lupa memakai piyama bermotif bunga merah yang indah.

Belum lagi, dia membawa boneka dan selimut. Entah ke mana dia pergi, tetapi wajahnya tampak sangat bahagia.

"Senangnya~ bisa tidur bersama Alexia~"

Aurora bersenandung dan terus mengulanginya dengan wajah yang berbunga-bunga. Dia juga melompat-lompat seperti kelinci dan berputar menikmati suasana hatinya.

Sesekali ia berhenti dan menatap bulan yang bersinar di langit malam. Cahayanya menembus kegelapan malam dan mengusir rasa dingin yang membawa rasa kesepian.

Bintang-bintang juga tidak mau kalah, dan menunjukkan bahwa sinarnya bahkan mampu membawa kehangatan.

"Sepertinya rasa takutku pada hantu kali ini tidak buruk."

Aurora memeluk boneka rubah putih dan melanjutkan,

"Karena sekarang aku bisa menginap dan tidur bersama Alexia! Sudah lama aku tidak tidur bersama dengannya."

Hubungan mereka sempat renggang ketika Alexia jatuh dari lantai 4. Aurora sering datang dan menemaninya di kamar, tapi Alexia diam saja dan terus mengabaikannya.

Itulah awal di mana Alexia menjadi orang yang berbeda.

Tapi sekarang hubungan mereka mulai kembali seperti semula, jadi Aurora tidak terlalu mempedulikannya lagi.

"Aku harus cepat! Alexia mungkin sedang menunggu ...!"

Whoossh

Aurora mendadak berhenti setelah ada angin berembus dari arah belakang. Anginnya cukup kuat hingga mampu membuat Aurora yang memakai piyama bisa kedinginan.

'Aku ingat tidak ada jendela yang terbuka maupun pintu yang mengarah ke luar di sini, jadi bagaimana bisa ada angin berembus?' pikirnya sambil menoleh ke belakang.

Di belakangnya tak ada apa-apa yang bisa dilihat. Hanya ada kegelapan dan keheningan tanpa suara. Dia sempat berpikir bahwa ini ulah dari hantu, tapi Aurora tidak yakin.

Untuk mengusir pikiran buruk itu, Aurora berpikir positif.

"Sepertinya tadi hanya perasaanku saja." ujarnya sambil berbalik. "Lebih baik aku segera ke kamar Alexia sebe—!?"

Sosok berjubah tiba-tiba saja muncul di belakang Aurora dan membungkam mulutnya dengan sapu tangan. Dia berusaha melawan, namun Aurora tidak punya kekuatan.

'Ada obat bius di sapu tangannya ...?!' pikir Aurora.

Tubuh menjadi semakin lemas dan pandangannya juga kabur. Jangankan melawan, untuk bergerak saja Aurora kesulitan. Seluruh tubuhnya terasa berat untuk bergerak.

'Siapa orang yang menculikku?! T-tidak, Alexia... tolong ...'

Aurora tidak bisa melihat wajahnya karena tertutup oleh tudung dan masker. Selain itu, kegelapan juga menutupi seluruh sosoknya dan membuatnya tidak dapat dikenali.

Dia terlalu banyak menghirup obat bius di sapu tangan.

Alhasil, Aurora pun kehilangan kesadaran dan pingsan.

"Tugas ini terlalu mudah." ujar sosok berjubah tersebut.

Sosok itu menggendong Aurora dan menghilang seperti bayangan. Tak ada jejak yang tertinggal, kecuali boneka empuk yang tergeletak di lantai dan dilupakan sosok itu.

****

Sementara itu, di sisi lain...

Alexia berdiri di depan cermin dengan kedua mata yang terpejam. Ia mengambil nafas dan mengatur Mana-nya.

Setelah menunggu beberapa saat, Alexia perlahan-lahan membuka matanya. Mata emas yang menyala dan mirip mata kucing terlihat pada pantulan cermin di depannya.

"Seharusnya penyihir bintang 1 sepertiku sekarang tidak bisa menggunakan «Demonic Eye», tapi mungkin berkat lingkaran sihir yang terbentuk di hati aku bisa memakai kekuatan ini. Meski singkat, mata ini sangatlah berguna."

Alexia membatalkan perubahan matanya dan menghela nafas. Setelah itu, ia berjalan ke tempat tidur dan duduk.

"Aku harus sering menggunakannya agar terbiasa. Tapi untuk saat ini, aku perlu mengurus hal lain." gumamnya sambil melihat ke arah kasur. "Apa kasur ini tidak terlalu sempit dan kecil untuk digunakan tidur oleh tiga orang?"

Kasurnya tidak cukup untuk tiga orang, jadi Alexia segera menyiapkan tempat tidur lain untuk Siria. Kebetulan, dia punya kasur tak terpakai di lemari dan mengeluarkannya.

"Aku sebenarnya tidak masalah tidur bersama Siria, tapi jika dengan kakak... aku tidak tahu apa yang terjadi nanti."

Alexia pun mulai menyesali keputusannya saat itu.

Beberapa jam sebelumnya, Aurora menangis dan terlihat seperti orang yang sangat ketakutan. Semua masalah ini berawal dari Alexia yang tadi tidak sengaja menakutinya.

Sebagai permintaan maaf, Alexia bersedia mengabulkan satu permintaannya. Dan permintaan yang dia inginkan adalah tidur bersama, yang mana membuat Alexia ragu.

Alexia awalnya menolak, tapi Aurora terus memaksa.

Akhirnya, Alexia menyetujui permintaannya dengan satu syarat, yaitu Siria juga harus ikut menginap. Aurora tidak setuju dan menganggap itu tidak adil, tapi ia tidak punya pilihan karena Alexia akan menolak kalau Siria tidak ikut.

"Padahal dia yang membuat permintaan ini, tapi kenapa dia masih belum datang?" Alexia bertanya-tanya sambil bersandar di ranjang dan menatap ke arah pintu kamar.

Sudah dua jam berlalu, tapi Aurora masih belum datang juga. Alexia sempat berpikir jika dia tidak jadi menginap.

Namun, itu adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi.

Setelah menunggu lama, pintu kamarnya pun diketuk.

Tok tok tok

'Akhirnya dia datang juga.' batin Alexia, lelah menunggu.

"Ya, masuk saja, kakak." sahut Alexia dari dalam kamar.

Pintu dibuka dan orang yang ada di luar masuk, tapi yang ditunggu oleh Alexia tidak ada dan malah berbeda orang.

"Permisi," ucapnya dengan nada sopan dan ramah.

Dengan raut wajah bingung, Alexia pun berkata, "Siria?"

Dia menoleh ke belakang dan tidak menemukan Aurora.

"Di mana kakak? Kenapa dia tidak datang bersamamu?"

Siria berjalan mendekat setelah menutup pintu kamar.

"Nona Aurora tidak ada di sini?" tanya Siria dan menoleh ke sekeliling, tapi tidak menemukan Aurora sama sekali di dalam. "Saya pikir nona Aurora sudah datang. Soalnya tadi saya mengetuk pintu kamarnya tidak ada jawaban."

"Benarkah?" Alexia memastikannya lagi.

"Ya," Siria mengangguk ringan.

"Saya juga tidak bertemu dengan nona Aurora saat jalan ke sini, jadi saya pikir dia sudah ada di dalam." lanjutnya.

Suasana di kamar pun menjadi hening.

Alexia percaya bahwa Aurora bukanlah jenis orang yang akan membatalkan rencana tanpa pemberitahuan. Meski jika dia punya urusan, harusnya dia memberitahu Alexia.

Namun situasi ini menimbulkan banyak pertanyaan.

Di mana dia sekarang?

Dan kenapa dia belum datang?

Itulah yang sedang dipertanyakan oleh Alexia.

'Apa dia sedang melakukan sesuatu ...?' pikirnya.

Saat mereka sedang kebingungan, pintu pun diketuk lagi.

Tok tok tok

Alexia dan Siria sontak menoleh ke arah pintu kamar.

"Sepertinya aku berpikir terlalu berlebihan." ujar Alexia.

"Apakah itu nona Aurora? Tapi mengapa rasanya ..." Siria ragu karena kehadiran orang di luar pintu terasa familiar.

Alexia pun berjalan ke arah pintu, dan diikuti oleh Siria.

"Kenapa kamu terlambat, kakak?" Alexia membuka pintu dan terdiam setelah melihat orang yang berdiri di depan.

"M-maafkan saya, nona Alexia." ucapnya, sedikit takut.

Ternyata, seseorang yang mengetuk pintu bukan Aurora, melainkan pelayan yang biasanya bersama dengan Siria.

Siria mengintip dari belakang dan berkata, "Rhea?"

"Kenapa kamu ada di sini?" tanya Siria, penasaran.

Rhea menyodorkan boneka rubah ke Alexia dan berkata,

"S-saya hanya ingin mengantarkan boneka ini. Saya ingat ini adalah boneka yang sering dipeluk oleh nona Aurora."

Alexia mengambil boneka itu dari tangan Rhea dan terus mengamatinya. Setelah diperhatikan dengan baik-baik, Alexia ingat kalau Aurora punya boneka yang seperti itu.

'Ini benar-benar boneka kakak. Saat aku mengunjunginya waktu itu, aku melihat boneka ini ada di sana.' batinnya.

"Dari mana kamu mendapatkan boneka ini?" tanya Alexia.

"S-saya menemukannya tidak jauh dari sini, tepatnya di lorong sebelah sana." jawab Rhea sambil menunjuk ke arah kiri. "Itu tergeletak di lantai. Saya pikir nona Aurora tidak sengaja menjatuhkannya, j-jadi saya bawa ke sini."

Aneh.

Itu kata pertama yang melintas di benaknya.

Alexia yang dari tadi mencium bau tidak sedap di udara mencium boneka tersebut. Dan benar saja, ada bau obat yang melekat di sana. Siria yang juga mencium baunya segera mendekat dan memastikan tebakannya barusan.

"Ini ...?! Ini bau obat bius!" katanya dengan nada terkejut.

Alexia yang mendengar hal itu pun mengerutkan alisnya.

1
PORREN46R
spirit seperti roh gitu kan kak?
Cheonma: Sebenarnya sama aja sih,
total 1 replies
anggita
ikut ng👍like, iklan saja.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!