Kayla Ayana, seorang karyawan di sebuah perusahaan besar terpaksa menerima tawaran untuk menikah kontrak dengan imbalan sejumlah uang.
Ia terpaksa melakukan ini karena ia harus bertanggung jawab atas biaya rumah sakit seorang wanita yang mengalami kelumpuhan akibat tertabrak sepeda motor yang ia kendarai.
Tapi siapa sangka, ia yang dinikahi dengan alasan untuk menepis isu negatif tentang pria bernama Kalandra Rajaswa malah masuk terlalu jauh dalam kerumitan keluarga yang saling berebut warisan dan saling menjatuhkan.
Pernikahan kontrak diantara keduanya bahkan sempat dicurigai oleh anggota keluarga Kalandra.
Akankah Kayla dan Kalandra mampu menyembunyikan fakta tentang pernikahan kontrak mereka?
Akankah cinta tumbuh diantara konflik-konflik yang terjadi?
Ikuti kisah Kayla dan Kalandra di Istri Bar-Bar Sang Pewaris.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fie F.s, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Percayalah
Kayla membulatkan matanya saat Kalandra mengatakan akan tidur di ranjang juga. Itu berarti keduanya akan tidur di ranjang yang sama. Dan hal itu sangat tidak mungkin.
"Kalau begitu, lebih baik aku tidur di lantai saja," ucap Kayla dengan wajah cemberut.
"Terserah padamu. Yang penting aku sudah menawarkannya padamu," ucap Kalandra tak kalah acuh.
Sungguh pria yang tidak ada pengertiannya sama sekali. Tidak gentle karena membiarkan seorang gadis tidur di lantai sementara dirinya merasa nyaman tidur di ranjang. Seharusnya dia mengalah dan tidur di lantai menggantikanku. Batin Kayla.
Kayla bersandar di sofa setelah merasa kenyang saat menyantap beberapa potong martabak.
Ia menatap lantai yang dingin yang malam ini akan kembali menjadi tempatnya terlelap.
Sementara ranjang empuk itu sungguh menggoda untuk ditiduri. Ah, aku tidak mungkin tidur seranjang dengannya. Batinnya berkecamuk.
"Terima saja tawaranku. Karena dalam surat perjanjian tidak ada larangan untuk tidur seranjang."
Kayla mengiyakan dalam hatinya.
"Yang penting kita tidak ada kontak fisik berlebihan dan kamu tidak wajib untuk melayaniku."
Kalandra beranjak sari sofa dan berjalan menuju ranjang. Ia meletakan bantal di kanan dan kiri serta meletakkan guling di tengah.
"Kalau ingin, kamu bisa tidur di sana!" Tunjuk Kalandra pada setengah ranjang yang kosong.
"Aku tidur duluan, Kay. Besok aku harus bekerja." Kalandra menarik selimut menutup tubuhnya hingga ke dada.
Kayla menghela nafas. Dia fikir, dia saja yang harus kerja besok pagi? Aku juga harus bekerja.
Kayla mengambil selimut di lemari. Ia memandang selimut di tangannya lalu bergantian dengan ranjang kosong disamping Kalandra. Hatinya berkecamuk. Antara tidur di lantai atau tidur di ranjang.
Kayla akhirnya mengambil dua selimut dan dia tidur di lantai. Ia belum siap jika tidur seranjang dengan Kalandra. Tidak ada yang tahu, pria itu akan khilaf atau tidak. Apalagi saat kemarin, Kalandra menegaskan bahwa pria itu masih menyukai lawan jenis.
***
"Kay, kamu tidak bangun?" Kalandra mengguncang tubuh Kayla yang masih tertutup selimut seluruhnya.
"Sudah lewat jam 6, Kay!" Kalandra mengguncang tubuh Kayla lagi.
Kayla menyibak selimut dan terlihat Kalandra sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Rambut tersisir sempurna dengan wajah bersih seperti habis bercukur, dan tak lupa parfum yang maskulin membuat Kayla terpesona.
"Kay, are you oke?" tanya Kalandra saat melihat Kayla mematung dengan posisi telentang.
Kayla terkesiap. "Ah, ya. Aku baik-baik saja!" Kayla menatap jam dinding. Sudah jam 06.15.
"Astaga! aku terlambat! Aku belum memasak!" Kayla segera bangkit dan berusaha merapihkan selimutnya.
"Jangan fikirkan soal memasak!"
"Dan ini, biar ku bantu. Segeralah mandi!" Kalandra membantu melipat selimut Kayla.
Tanpa basa basi Kayla segera masuk ke dalam kamar mandi. Ia menyelesaikan ritualnya dengan secepat mungkin di ruangan berukuran 2x3 meter itu.
Kayla lupa membawa setelan kerjanya. Ia keluar dari kamar mandi dengan menggunakan bathrobe, lalu segera kembali setelah mengambil pakaianannya di dalam lemari.
"Pelan-pelan saja, Kay! Jendra tidak akan memarahimu karena terlambat!" ucap Kalandra agak keras.
"Jangan mencampuri urusan pekerjaanku dengan melibatkan keakraban kamu dengan Pak Jendra!" marah Kayla dari dalam kamar mandi.
"Harusnya kamu beruntung!" jawab Kalandra.
"Tidak ada yang beruntung! Dia sangat galak dan sedikit gila!" sahut Kayla.
"Kamu sedang menjelekkan temanku, kay!"
"Aku tidak peduli, emang nyatanya pak Jendra seperti itu! Kamu temannya, ku rasa kamu lebih faham."
Kalandra duduk di meja kerjanya memeriksa file yang dikirim di emailnya yang akan dia bawa untuk meeting nanti.
"Aku lebih dari faham."
"Bagus kalau begitu!" Kayla keluar dari kamar mandi. Ia segera duduk di depan cermin rias yang letaknya sejajar dengan meja kerja milik Kalandra.
Kayla memoles wajahnya dengan cekatan. Ia merapihkan alis, memakai eyeshadow berwarna nude dan lipstik juga berwarna nude.
"Kamu tampak pucat!"
Kayla menoleh ke kiri dan tampak Kalandra seperti sedang memperhatikannya.
Kayla lalu menatap wajahnya di cermin. Memang riasannya tampak natural. Tapi tidak pucat juga.
"Dari pada merah, aku takut di sebut seperti tante-tante."
Kalandra tertawa.
"Ayo, mas!" ajak Kayla untuk segera keluar dari dalam kamar. "Aku tidak ingin jadi bahan sindiran mertua dan iparku."
Keduanya keluar dari kamar dan tampak semua orang sudah berkumpul di meja makan.
"Maaf semuanya, aku tidak memasak pagi ini."
"Maaf ya, Bi. Kayla tidak ikut membantu di dapur." Ucap Kayla pada Bi Marni yang sedang menyiapkan hidangan di meja makan.
"Tidak apa-apa, Non. Memang seharusnya Non Kayla tidak perlu membantu."
Kayla dan Kalandra segera sarapan karena mereka harus segera berangkat ke kantor.
"Bagaimana tidur kalian?" tanya Oma.
"Sedikit terganggu, Oma. Tapi, it's okey! Tidak masalah." Kayla tertawa kecil. Ya, tidurnya terganggu karena Kalandra membawakannya makanan enak saat tengah malam.
Oma tertawa. "Sudah menjadi hal biasa, kalau pengantin baru tidur dengan saling mengganggu satu sama lain. Apa lagi Kalandra pulang malam kan?" tanya Oma dan Kayla mengangguk.
Kalandra cari aman, ia tidak ingin terlibat dengan pembicaraan yang saling salah faham itu.
Kayla berangkat dengan di antar supir, seperti kemarin. Sementara Kalandra berangkat sendiri.
"Hati-hati, Pak! Jangan sampai lecet!" Pesan Kalandra pada Pak supir saat Kayla sudah masuk ke dalam mobil.
Kayla tersenyum karena merasa Kalandra perhatian padanya. Pagi-pagi sudah membuatku melting.
"Mobil baru soalnya," lanjut Kalandra sambil tertawa.
Pak Darmo tertawa. "Siap Mas!"
Kayla seketika cemberut kesal. Ia sudah besar kepala tapi ternyata pria itu sedang mengkhawatirkan mobil barunya.
Oma menyaksikan kepergian sepasang suami istri itu. Dan ternyata Gia serta suaminya juga ada di teras.
"Hati-hati, Mas!" ucap Gia sambil merapihkan kerah kemeja Reyga.
"Hem..." Jawab Reyga acuh. "Aku pergi dulu." pamitnya.
"Oma, Rey pergi dulu. Kalau bosan, Oma bisa meminta supir untuk mengantarkan Oma kemanapun oma mau."
"Pergilah! Oma tidak akan bosan di rumah karena Oma punya pekerjaan," jawab Oma sekaligus menyindir Gia yang tidak melakukan apapun di rumah selain bermain ponsel dan mencari gara-gara.
Reyga pergi dengan mobil mewahnya. Gia melambaikan tangan meski tidak ada balasan.
"Semua orang bisa berubah jika berada di tangan orang yang tepat."
"Lihatlah Andra, dia bisa bercanda dengan istrinya. Bahkan di depan kita."
"Dia yang kaku dan dingin bisa luluh di hadapan istrinya."
"Kandang sebuah hubungan tidak butuh kedudukan. Siapa suami dan siapa istri. Menjadi teman dan sahabat jauh lebih baik selama saling menyadari tanggung jawab masing-masing."
Oma tak menunggu respon dari Gia. Ia langsung masuk meninggalkan Gia yang memutar bola matanya jengah.
Gia merasa oma terlalu berlebihan menyikapi hubungan Kalandra dan Gia yang menurutnya terlalu banyak kejanggalan.
"Kelak, aku akan membungkam mulut wanita tua itu dengan membuktikan kebusukan Kayla dan membongkar pernikahan mereka yang hanya sandiwara," gumam Kayla.
Ia masih yakin, pernikahan Kalandra dan Kayla hanya untuk menyelesaikan masalah Kalandra mengenai gosip dan warisan. Ia masih curiga dengan ditemukan dua selimut di lantai kamar Kalandra oleh asisten rumah tangga.
"Kayla, kelak kamu akan menangis dan bersujud di kakiku!" gumam Gia.
mlhan marH dia