Pertemuan dalam keadaan yang tidak biasa membuat keduanya memiliki hubungan hingga bertahun-tahun lamanya.
Tapi karena adanya ambisi dan keegoisan untuk balas dendam membuat ia memilih jalan pintas untuk memanfaatkan keadaan yang terbuka lebar di hadapannya.
Tapi gadis itu harus hamil di luar nikah hingga menghancurkan masa depannya dan membuat seluruh keluarganya dikucilkan dari Lingkungan serta kehidupan keluarganya, sedangkan pria itu menghilang hingga bertahun-tahun lamanya.
Fariz dan bundanya menjadi penyemangat hidupnya hingga bangkit dari keterpurukannya dan memulai kehidupan baru bersama seorang gadis kecil yang imut dengan pipi chubby yang sudah empat tahun lebih menemaninya.
Menjadi single parent diusianya yang masih muda dan tanpa ada ikatan pernikahan menjadi polemik tersendiri yang dihadapinya dan harus berpindah-pindah tempat demi psikis buah hatinya.
Makassar menjadi kota pelabuhan terakhir mereka untuk memulai hidup baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 23
"Bunda! Apa boleh Rubi minta dibuatkan rujak buah!" Lirihnya Rubi yang malu-malu sendiri dengan permintaannya tersebut yang kebingungan dengan apa yang ia ingin makan padahal makanan itu adalah Sangat jarang ia makan dan konsumsi.
"Rujak buah!" Beo Bu Humairah dengan menautkan kedua alisnya.
Kebingungan dan perasaan yang lain dirasakan oleh Bu Humairah, tapi ia segera menghilangkan pikiran negatifnya dari pikiran dan benaknya.
"Ya Allah… apa sebenarnya penyakitnya anakku ya Allah… aku sangat takut dan khawatir dengan kondisi anakku, semoga saja penyakitnya anakku hanya masuk angin saja," batinnya Bu Humairah.
Rubi merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya karena ia sangat kesulitan jika harus duduk terlalu lama. Ia lebih suka jika berbaring.
"Tunggu Bunda sayang! Bunda akan membuatkan kamu rujak buah, semoga saja masih ada penjual buah dan sayur yang lewat depan rumah, kamu bisa tungguin bunda kan Nak!" Ujarnya Bu Humairah sembari menarik selimutnya Rubi hingga ke bagian dadanya.
Rubi hanya menganggukkan kepalanya lalu tersenyum tipis. Rubi bahagia mendengar perkataan dari bundanya jika akan segera dibuatkan rujak buah seperti yang diinginkan oleh putrinya itu. Bu Humairah berjalan tergesa-gesa disaat ia mendengar suara teriakan penjual sayur keliling.
"Syukur Alhamdulillah… masih ada Mang sayur," cicitnya lalu membuka pintu rumahnya.
Langkahnya sedikit terburu-buru karena ia tidak ingin terlambat, padahal penjual sayurnya mangkal di depan pintu masuk rumahnya Bu Dewi tetangganya sendiri.
"Assalamualaikum Bu Haji," sapanya Bu Dewi.
"Waalaikum salam Bu Dewi, tidak perlu sapa dengan sebutan embel-embel pakai haji segala Bu, itukan haji bukan titel ataupun gelar tapi ibadahku kepada Allah SWT," tuturnya Bu Humairah yang menyanggah pembicaraan dari Bu Dewi.
"Benar sekali apa yang dikatakan oleh Bu Humairah, saya juga sepaham dengannya, tapi tumben beli sayurnya lambat, biasanya sudah beli jam segini?" Ujarnya Bu Ria yang memilih beberapa jenis sayur segar kualitas swalayan tapi harga pasar tradisional.
Bu Humairah tersipu sebelum menanggapi perkataan dari Bu Ria," iua nih Bu, sebenarnya saya sudah masak tapi, tiba-tiba putriku menginginkan makan rujak buah," jawabnya Bu Humairah yang masih setia memilih buah yang ingin ia beli.
Semua ibu-ibu yang kebetulan ada di sana menatap ke arah Bu Humairah. Raut wajah mereka nampak kebingungan dan keheranan dalam waktu yang bersamaan.
"Pengen makan rujak! Apa Rubi hamil muda Mbak Humairah? Setahu saya hanya wanita hamil saja yang biasanya sangat ingin makan rujak buah yang rasanya masam, iya gak ibu-ibu apa salah apa yang aku katakan?" Sahutnya Bu Salamah adik sepupunya Pak Aziz suaminya Bu Humairah.
"Ish… ish Ibu Salamah, emang hanya ibu hamil muda saja yang mau makan rujak, saya juga tidak hamil tapi sering buat rujak kok, jadi Ibu tolong jangan dibawa ke arah yang negatif gitu," tampiknya Bu Ria.
Bu Humairah hanya terdiam tanpa berniat untuk menanggapi perkataan dari adik sepupunya keluarganya sendiri. Karena memang sebenarnya ingin membalas perkataan dari Salamah tapi, sudah diwakilkan oleh Bu Ria.
"Sepertinya ada yang tidak beres dengan anaknya di Rubi gadis yang sok suci, sok alim itu, seperti aku harus menyelidiki semua ini," batinnya Bu Salamah.
Bu Salamah sedari dulu, selalu saja mencari masalah dengan mencari-cari kekurangan dan kesalahan anggota keluarganya Bu Humairah seolah dia memiliki kebencian dan dendam khusus untuk Bu Humairah.
"Betul sekali apa yang dikatakan oleh Bu Ria, emang ini Ibu Salamah sedari dulu selalu mencari masalah dengan Bu Humairah, apa Bu Salamah cemburu karena Bu Humairah jadi janda kaya raya sedangkan Bu Salamah janda yang ditinggal suaminya dengan banyak hutang saja!" Sarkasnya Mang Udin penjual sayur yang sangat mengetahui dengan pasti karakter dan tabiat dari Bu Salamah tetangganya sendiri.
Semua orang tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan dari Mang Udin. Sedangkan Bu Salamah dengan raut wajahnya yang memerah menahan amarahnya segera meninggalkan tempat tersebut dengan menghentakkan kakinya dengan kuat saat berjalan.
"Mang Udin kalau ngomong selalu ada benarnya saja, iya gak ibu-ibu?" Imbuhnya Bu Diya yang kebetulan juga ada ditempat tersebut.
Bu Humairah hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan mereka lalu berpamitan kepada para ibu-ibu tetangganya.
"Jadi berapa semua belanjaannya Mang Udin?" Tanyanya Bu Humairah.
"Totalnya ada 125ribu Bu," jawabnya Mang Udin.
"Ini Mang, makasih banyak, saya permisi duluan yah ibu-ibu, assalamualaikum," tuturnya Bu Humairah seraya berjalan ke arah pintu pagar rumahnya.
Hatinya sedikit sedih saat adik sepupunya sendiri yang seolah ingin memfitnah anaknya. Ia segera berjalan ke arah dapur tanpa menunggu lama lagi, dia segera membuat dan mengolah bahan rujak tersebut.
Sedang di dalam kamar Rubi, ia tak henti-hentinya memuntahkan cairan yang ada di dalam perutnya saat ia akan menyantap makanan yang sudah disajikan dan dibuat khusus oleh bundanya sendiri.
"Ya Allah… apa yang terjadi padaku ini?" Lirihnya Rubi lalu berdiri meninggalkan meja dan sofa yang ada di dalam kamarnya.
Tapi, tanpa sengaja tangannya menyenggol kalender yang ada di atas meja. Dia segera menundukkan tubuhnya lalu memungut benda tersebut. Ia memeriksa kalender tersebut dan matanya melotot saking kagetnya melihat tanggal yang dia warnai dan lingkari.
Rubi menutup mulutnya saking tidak percayanya," ya Allah… ternyata aku sudah lebih dua bulan belum datang bulan," gumamnya Rubi.
Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungannya terhadap First Love Rubi Salman dengan caranya:
Like Setiap babnya, Rate bintang lima, Favoritkan agar tetap mendapatkan notifikasi, Bagi gift poin atau koinnya dan klik iklannya juga yah kakak readers...
Mampir juga dinovel aku yang lain:
Merebut Hati Mantan Istri.
Duren, i love you
Bukan Yang Pertama
Cinta Pertama
Makasih banyak all readers… I love you all..
by Fania Mikaila Azzahrah
Takalar, Minggu, 20 November 2022