Terjebak Gairah Sang Mafia

Jeevan memojokkan Queen dan mengungkung tubuh wanita itu pada lemari pakaian, membuat Queen tidak dapat bergerak banyak dan hanya bisa pasrah dibuatnya.

Lelaki itu mencengkeram kedua tangan Queen, menaruhnya di atas kepala dan memberikan seringaian iblis pada Queen sambil mengecupi pipi sebelah kanan wanita itu.

"Lo bilang hadiahnya bukan adegan mesum, kenapa lu giniin gue?" tanya Queen.

"Saya gak bilang begitu, kamu salah dengar kali," sangkal Jeevan yang tak henti-hentinya memberi sentuhan di tubuh sang wanita.

"Mmhhh stop it!" Queen semakin tak kuasa menahan diri saat Jeevan menyentuh ceruk lehernya dengan bibirnya dan sepertinya meninggalkan bekas disana.

Jeevan seolah tuli, bukannya berhenti dia justru semakin bringas menyerang tubuh Queen dengan berbagai sentuhan serta kecupan.

Queen semakin mengejang, ia dapat merasakan hawa panas mulai menjalar di tubuhnya. Mungkin sebentar lagi pertahanan nya akan goyah.

"Kamu suka ini sayang?" goda Jeevan.

"Berisik lo! Bisa gak gausah banyak bicara? Langsung aja ke intinya supaya cepet, gue males lama-lama bareng lu!" sentak Queen.

"Kamu itu bisa tenang sedikit gak sih? Mulut kamu kasar banget dari kemarin, kayaknya perlu saya kasih hukuman deh. Sudah seringkali saya peringati, kamu gak boleh bicara begitu sama saya Queen! Bibir kamu cuma boleh buat saya cium atau hisap junior saya," tegas Jeevan.

"Bodo amat! Lo pikir gue perduli sama kata-kata lo? Enggak!" ucap Queen.

"Okay, kamu sendiri yang nantangin saya! Saya akan bikin kamu gak bisa jalan Queen!" geram Jeevan.

Dengan tidak sabaran, pria itu langsung melu-mat kasar bibir Queen dan memaksanya membalas.

Kedua tangannya juga bergerak aktif menelusuri tiap inci tubuh Queen tanpa ada yang terlewati.

Sreekkk...

Satu tarikan berhasil membuat pakaian yang dikenakan Queen robek, wanita itu kini setengah telanjang. Tanpa basa-basi, Jeevan juga bergerak cepat melepas penutup gunung Queen.

Merasa sudah diambang kenikmatan, Jeevan langsung saja melepas gesper nya dan menurunkan resleting celana yang ia kenakan hingga miliknya menyembul keluar.

"Kamu lihat kan punya saya udah tegang? Dia begini cuma karena kamu Queen," ucap Jeevan.

"Lo bener-bener gila ya? Lo mau perkosa gue lagi sekarang?" ujar Queen.

"Tentu saja, tapi kali ini bukan pemerkosaan sayang. Kita melakukannya atas dasar suka sama suka," ucap Jeevan membelai wajah Queen.

"Cih najis! Gue gak sudi ngelakuin itu sama lu Jeevan!" bentak Queen.

"Kamu keras kepala sekali ya? Baiklah, saya akan bikin kamu gak bisa jalan sampai besok Queen!" kesal Jeevan.

Jeevan pun memposisikan miliknya di tengah-tengah paha Queen, menyingkap rok Queen sambil terus memainkan bagian atasnya.

Setelah siap, Jeevan langsung menghentakkan pinggulnya memasuki inti Queen. Seketika wanita itu mengerang menahan sakit sekaligus nikmat.

"Engghh kurang ajar! Stop!" rengek Queen.

Jeevan tak mau mendengarnya, ia terus memompa dengan kasar dan cepat hingga Queen tak berdaya.

Satu kaki Queen diangkat olehnya agar lebih memudahkan prosesi itu, Jeevan benar-benar liar saat ini.

Drrttt

Drrttt

Tiba-tiba ponsel lelaki itu berdering, karena tak mau terganggu Jeevan menyerahkan ponsel itu pada Queen dan memintanya mengangkat nya.

"Angkat!" suruh Jeevan.

"Ta-tapi—"

"Jangan bantah!" bentak Jeevan.

Queen pun menjawab telpon tersebut dengan bagian bawahnya yang masih dibombardir oleh Jeevan.

📞"Halo bos! Sesuai rencana, mereka udah masuk perangkap. Sekarang gadis-gadis itu sedang menuju ke dalam, bos bisa lakukan apapun yang bos mau sama mereka!" ucap Tom.

Queen terdiam sesaat dengan satu tangan menutup mulutnya menahan desa-han.

📞"Maksudnya apa? Gadis-gadis siapa yang lu maksud?" Queen mengatakan itu dengan hati-hati karena tak mau Tom mengetahui apa yang sedang dia lakukan bersama bosnya.

Jeevan yang sebelumnya asyik memompa, kini terdiam setelah mendengar ucapan Queen mengenai gadis-gadis.

"Queen, berikan ponselnya!" pinta Jeevan.

•

•

TOK TOK TOK...

Dinda datang seorang diri ke kediaman orang tua Queen, ia berniat memberitahu ayah Queen perihal kabar mengenai Queen yang diculik.

Meski sudah berjanji sebelumnya bahwa ia tidak akan mengatakan itu, namun Dinda tak memiliki pilihan lain karena menurutnya hanya Salman lah yang bisa membantunya menyelamatkan Queen.

Tak lama akhirnya pintu terbuka, muncullah sosok pria dewasa dengan tatapan dingin menatapnya.

Ceklek

"Cari siapa?" tanya Salman ketus.

"Siang om! Saya Dinda, teman satu kampus Queen. Kita sudah sering bertemu sebelumnya om," jawab Dinda dengan ramah.

"Oh iya iya, saya ingat siapa kamu. Ada apa kamu kesini Dinda?" ucap Salman kini disertai senyuman.

"Eee bisa saya bicara sebentar sama om? Ini penting om dan soal Queen," ucap Dinda gugup.

"Soal Queen? Memangnya ada apa sama dia? Atau kamu sudah tahu kemana Queen pergi?" tanya Salman penasaran.

"I-iya om, sebetulnya saya sama yang lain juga udah tahu apa penyebab Queen tiba-tiba menghilang dari rumah. Tapi, waktu itu kita belum berani cerita sama om. Makanya sekarang saya kesini buat ceritain semuanya," jawab Dinda.

"Yasudah, cepat kamu ceritakan ke saya semua tentang Queen!" pinta Salman.

"Om janji dulu sama saya, om gak boleh marah dan gegabah begitu saya cerita semuanya!" ujar Dinda.

"Ya ya cepatlah Dinda!" kesal Salman.

"Eee jadi sebenarnya..." Dinda menggantung ucapannya, ia masih ragu untuk menjelaskan semua pada Salman.

"Sebenarnya apa? Kalau bicara yang jelas Dinda, jangan buat saya emosi!" sentak Salman.

"Maaf om! Saya ragu aja buat cerita sama om, saya takut keputusan saya ini salah," ucap Dinda.

"Kamu bicara apa? Keputusan kamu sudah benar, saya ayahnya dan saya berhak tau dimana anak saya berada!" ujar Salman.

"Iya deh om, saya gak akan ragu lagi. Saya bakal cerita semua ke om," ucap Dinda.

"Haish, langsung saja pada intinya Dinda! Om tidak sabar ingin mengetahui dimana Queen!" kesal Salman.

Dinda mengangguk kecil, menyatukan jari-jarinya sambil menggigit bibir bawahnya.

"Queen diculik sama mafia om," ucap Dinda.

"Hah apa??!" seketika Salman terkejut bukan main, jantungnya seakan berhenti berdetak begitu mendengar kabar mengenai putrinya yang hilang.

"Kamu jangan asal bicara Dinda! Saya lagi serius, tolong kamu jangan main-main sama saya!" sentak Salman sembari menekan dua bahu Dinda.

"Eee sa-saya jujur kok om, emang begitu yang terjadi. Lepasin saya om, sakit!" lirih Dinda.

"Kamu gak bohong sama saya?" tanya Salman dan tentu saja diangguki oleh Dinda.

"Lalu kenapa kamu baru cerita sekarang kalau Queen diculik? Bisa-bisanya kamu sembunyikan berita sepenting ini dari saya?! Kamu tidak tahu betapa paniknya saya mencari-cari Queen, ha?" sambungnya.

"Ma-maaf om! Queen yang minta buat rahasiain semuanya dari om, dia gak mau bikin om cemas katanya," ucap Dinda tampak ketakutan.

"Siapa mafia yang berani menculik anak saya itu? Katakan Dinda!" tanya Salman.

"Umm, na-namanya Jeevan om. Lengkapnya Bryce Jeevan Ivander kalau gak salah," jawab Dinda.

Deg!

"Jeevan? Jadi laki-laki sialan itu yang menculik putri saya?!" umpat Salman dalam hati.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...