Terlahir serupa tidak membuat kehidupan Mawar Atmaja dan Melati Atmaja memiliki kisah yang sama, karena setelah kelahiran mereka, kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai, sehingga kedua saudara kembar itu harus hidup terpisah.
Sang kakak Melati dibawa Ibunya merantau di kota besar, sementara Mawar harus tinggal bersama ayahnya yang seorang petani di desa nya.
Sampai akhirnya keduanya sudah dewasa dan dipertemukan kembali, saudara kembar itu terlibat dalam cinta segitiga, sang adik kembar yang diam-diam mencintai suami dari kakak kembarnya, berniat ingin merebut Rafael Kusuma Hadinata, segala cara telah Mawar lakukan supaya Rafael tertarik padanya, karena iri dengan kehidupan Melati yang berkecukupan, serta memiliki suami yang tampan dan kaya raya, Rafael adalah seorang CEO di sebuah perusahaan besar batu bara, membuat Mawar semakin berambisi untuk memiliki apa yang saudara kembarnya miliki, sampai pada suatu malam semuanya terjadi begitu saja, Rafael dijebak oleh Mawar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi putri ang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEBENARAN TERUNGKAP
POV MELATI.
Selama tinggal di desa Ayahku, banyak pelajaran yang ku petik, tentang arti kehidupan yang sebenarnya, banyak orang yang mengira jika aku adalah Mawar, tapi aku sudah menjelaskan pada semua orang, jika kami ini kembar, dan akulah kakaknya beberapa kerabat Ayah datang mengunjungi ku, mereka semua terbelalak melihat wajahku yang sangat mirip dengan Mawar, tapi banyak perbedaan di antara kami, mereka semua mengatakan jika Mawar sedikit pemarah, dan mudah tersinggung, terkadang dia memiliki watak buruk, yang selalu mencemooh seseorang, tapi ku katakan pada mereka semua jika Mawar yang sekarang sudah berubah jauh lebih baik.
"Kau dididik oleh ibumu, karena itulah sikapmu sangat santun tidak seperti Mawar yang kasar itu."
"Tidak seperti itu bu, mungkin Mawar sedang banyak masalah saat itu, sehingga dia bersikap buruk, karena sebenarnya sifatnya sangat baik dan penyayang."
Ratih terkekeh mendengar ucapan Melati "Kau memang anak yang baik Melati, sebenarnya apa yang membuat mu datang kesini Nak?."
Melati menundukkan wajahnya dan tersenyum simpul seraya berkata "Aku sedang ingin berlibur saja bu, kebetulan sedang ada waktu senggang, jadi ku putuskan datang kesini sendirian."
Ratih adalah kerabat jauh Ayahnya, dia yang menjaga rumah itu selama ditinggal pergi pemiliknya, Melati memberikan beberapa lembar uang untuk Ratih "Bu, ini untuk jajan anak-anak di rumah ya, terimakasih sudah menjaga dan membersihkan rumah Ayah, setelah ini aku harus kembali ke kota, ada beberapa pekerjaan yang harus ku selesaikan."
"Loh kok buru-buru sih Mel, aku baru sempat menemuimu setelah kau tinggal disini dua minggu, karena ibu mertuaku sedang sakit di Rumah Sakit, sehingga aku tidak bisa datang kesini."
KEMBALI KE KOTA.
Melati memeluk perempuan paruh baya itu "Lain kali, aku akan datang kesini lagi bu, ada banyak hal yang harus ku selesaikan, aku sangat senang mengetahui jika Ayah memiliki keluarga yang sangat baik seperti ibu."
Setelah itu Melati berpamitan pada semua tetangga disebelah rumahnya, dia tidak menjelaskan akan pergi kemana, hanya mengucapkan selamat tinggal, dan ucapan terimakasih karena mereka semua sudah sangat baik padanya, anak dan menantu Ratih mengantarkan Melati ke Agent Travel, terlihat kesedihan ketika mereka akan berpisah, Melati keluar dari mobil itu dan melambaikan salam perpisahan, matanya berkaca-kaca, merasakan kehilangan orang-orang yang sangat baik padanya, meski dia hanya tinggal sebentar disana.
Mobil Travel segera berangkat menuju Kota, Melati menyenderkan kepalanya, dan terpejam selama perjalanan, tak terasa dia sudah sampai di Kota besar, dia memesan taksi online dengan tujuan ke butik nya, sopir Taksi online itu membulatkan kedua matanya, menatap terkejut dirinya seakan melihat hantu.
"Kenapa bapak melihatku seakan melihat hantu? apakah ada yang aneh dengan diriku," seru Melati dengan mengerutkan keningnya.
Dengan terbata-bata sopir itu menjawab pertanyaan Melati. "Ma maaf Bu, saya pernah melihat berita hilangnya ibu di media sosial dan media cetak, jika boleh tau, apakah nama Ibu Melati Atmaja, istri pengusaha kaya Rafael Kusuma Hadinata."
Sontak saja Melati tercekat, selama dua minggu di Desa, dia sama sekali tidak menggunakan ponselnya, jadi dia sama sekali tidak tau, jika kepergian nya sempat diberitakan, lalu Melati menghidupkan ponselnya, dan benar saja, berita tentangnya tersebar diseluruh jejaring sosial.
Melati mengeluarkan satu gepok uang berwarna merah, dia memberikannya pada sopir taksi online itu, sebagai uang tutup mulut. "Ini buat Bapak, tapi tolong jangan hubungi nomer yang tertera diberita itu, saya sedang ingin sendiri, dan menghindari suami saya, bisakan Bapak tidak memberitahu siapa-siapa jika saya sudah ada di Kota ini."
Sopir itu menganggukan kepalanya seraya menerima pemberian uang dari Melati. "Terima Kasih Bu, saya berjanji akan tutup mulut dan tidak mengatakan apa-apa."
Kemudian Melati turun di depan Apotik, dia ingin membeli masker penutup wajah, setelah darisana, Melati berjalan ke butik miliknya yang jaraknya tidak terlalu jauh, pegawai kepercayaan nya tersenyum lega, karena bosnya sudah kembali, dia menjelaskan berbagai masalah selama Melati tidak ada disana, dari cancelan pelanggan, sampai komplain nya beberapa customer, nampak Melati hanya menyunggingkan senyumnya seraya menepuk pundak pegawai nya itu. "Tidak apa-apa, yang namanya usaha itu ada pasang surutnya, kau tidak perlu merasa bersalah, Terima kasih sudah banyak membantu selama aku tidak ada."
Pegawainya nampak haru dengan sikap bijaksana Melati, berkali-kali dia mengungkapkan perasaan syukurnya, karena memiliki Bos yang baik hati seperti dirinya.
Lalu terdengar suara seorang Perempuan yang berteriak memanggil manager butik, dia sangat kecewa dengan hasil gaun yang di pesannya. "Ini pertama kalinya saya memesan gaun disini, karena rekomendasi dari beberapa kolega saya, mereka bilang hasil desain dan jahitan disini bagus, tapi ini apa, kenapa desainnya asal-asalan seperti ini." Seru nya dengan meletakkan gaun berwarna biru muda yang dipegangnya.
Dengan tergesa-gesa Melati menghampiri perempuan itu dan meminta maaf. "Maafkan atas pelayanan kami yang buruk, saya akan mengganti semuanya, desain yang lebih bagus dan jahitan yang rapi, Ibu juga tidak perlu membayarnya, saya akan memberikan nya gratis untuk ibu, sebagai permohonan maaf dari saya." Ucap Melati dengan menundukkan kepalanya.
Setelah Melati mendongakkan kepalanya ke atas, perempuan itu terkejut dan berbicara terbata-bata. "Me Melati, kau sudah kembali." Serunya dengan melangkah maju mendekati Melati.
Melati mengerutkan keningnya, dia bingung dengan reaksi perempuan yang sempat marah-marah di butik nya, lalu Melati mengingat wajah perempuan itu. "Kau, adalah Dokter yang pernah memeriksa Mawar bukan?."
Dokter itupun berubah sikap, dari kesal menjadi sendu, dia meminta waktu untuk berbicara empat mata dengan Melati. "Bisakah kau luangkan waktu sebentar, ada yang ingin ku jelaskan padamu tentang Mawar." Karena merasa hawatir setelah Dokter itu menyebutkan nama saudara kembarnya, Melati mengajak Dokter itu ke ruang kerjanya, pintu terkunci dari dalam, dan Melati berpesan pada pegawainya, untuk tidak mengatakan pada siapapun jika dia ada disana.
Dengan perasaan bersalah, Dokter itu menceritakan segalanya, tentang kebohongan besar Mawar, kehamilan palsunya yang belum terungkap pada siapapun, nampak Melati meneteskan air matanya mendengar penjelasan dari perempuan yang berprofesi sebagai Dokter itu. "Aku terpaksa mengatakan jika Mawar sedang mengandung, karena saat itu dia mempermainkan emosi ku, dia mengatakan padaku jika kau ingin merebut suaminya, karena tidak ingin kehilangan suaminya, Mawar berlutut dihadapanku memohon untuk mengatakan jika dia sedang mengandung, karena tidak tega padanya, aku melakukan semua ucapannya, dan setelah tau kaulah istri sahabat Tuan Rafael, aku merasa sangat berdosa telah membantu Mawar menyingkirkan mu, tolong maafkan saya Melati." Jelas Dokter Regina dengan mata berkaca-kaca.
Melati memeluk Dokter Regina seraya menyeka air matanya. "Saya sudah memaafkan mu Dok, semua ini bukan salahmu, terimakasih sudah mengatakan kebenaran ini padaku, tapi tolong simpan saja kebenaran ini, biar saja Mawar menikmati kebohongannya, cepat atau lambat dia akan tersiksa sendiri."
...Bersambung....