Warning terdapat beberapa part area 21+ Harap bijak.
*Sekuel dari cerita MENIKAHI IBU SUSU BABY ZAFA.
Velia Agatha Hartanto (23) Putri seorang konglomerat. Hidupnya sejak kecil bergelimang harta. Semua keinginannya selalu dituruti oleh orang tuanya. Ia begitu dimanja. Namun bukan berarti dia gadis yang sangat manja. Justru gadis itu ratunya pembuat onar.
Rian Al Fares (33) seorang duda beranak satu yang selalu tampil menawan. Diusianya yang sudah berkepala tiga tak membuat dia ingin melepas status duda yang di sandangnya. Sampai suatu hari ia bertemu dengan Velia si gadis aneh versi pengamatan Rian.
Akankah bisa tumbuh benih-benih cinta di hati keduanya. Simak terus kisahnya disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23. Amnesia?
***********
Pagi itu Veli terbangun lebih dulu. Ia merasa kebas tangannya karena ada jarum infus yang terpasang di punggung tangan kanannya dan jangan lupakan telapak tangannya yang juga terbungkus kasa dan plester. Veli juga melihat tangan Rian melingkar posesif di perutnya.
Berulangkali Veli memijat kepalanya yang masih terasa berdenyut. Dan gerakan Veli membangunkan Rian yang sedang terlelap.
"Kau sudah bangun? Bagaimana, apa ada yang sakit?" tanya Rian langsung terduduk menatap Veli.
"Kenapa aku bisa dirawat? apakah sakit ku semakin parah?" tanya Veli. Ia seperti melupakan kejadian yang kemarin menimpanya.
"Sayang, apa kau tidak ingat kejadian kemarin?" tanya Rian, alisnya sampai bertaut melihat Velia yang seperti orang amnesia.
"Aku panggilkan dokter dulu." Ujar Rian turun dari ranjang dengan wajah datarnya." Veli mengernyitkan alisnya bingung dengan sikap Rian barusan.
"Apa aku salah bicara?" gumam Veli.
.
.
.
Setelah dokter memeriksa Velia. Dokter memanggil Rian untuk membicarakan kondisi Velia.
"Bagaimana Dokter?" tanya Rian tanpa basa basi.
"Seperti dugaan anda. Nona Veli mengalami amnesia. Efek yang ditimbulkan dari GHB ini sangat bermacam-macam dan salah satunya yang dialami nona Velia.
"Tapi apakah itu akan mempengaruhi dia kedepannya?" Tanya Rian khawatir.
"Tidak tuan .. Selama tuan sedikit demi sedikit mau memberikan penjelasan kepada nona Velia."
setelah berkata demikian Dokter meninggalkan ruangan itu. Rian kembali duduk di dekat brankar Velia.
"Apa aku berbuat sesuatu yang salah?" tanya Velia, ia merasa tak nyaman dengan sikap diam Rian.
Rian menatap Velia dalam lalu mencoba mengatur nafasnya. Emosinya membuat dirinya melupakan perasaan Veli.
"Tidak, kau tidak salah." Ujar Rian membelai wajah Veli yang masih sedikit pucat.
"Lalu kenapa? kenapa kau mendiamkan diriku?"
"Sayang, aku diam karena aku merasa akulah penyebab semua sakit yang kau rasakan sekarang." Ujar Rian tatapan tajamnya berubah sendu.
"Kau tidak perlu merasa seperti itu. Aku baik-baik saja." Kata Velia mengusap lengan Rian. Sebetulnya ia sangat ingin mencium Rian agar Rian berhenti merasa bersalah. Tapi dirinya terlalu malu untuk melakukannya.
"Makanlah aku akan menyuapi dirimu." Rian mengambil nampan makan yang ada di nakas lalu mulai menyuapi Velia. Velia hanya menurut. Tanpa sanggahan tanpa perlawanan. Dia hanya ingin menikmati segala perhatian yang Rian berikan. Saat Rian sudah selesai menyuapi Veli ponsel miliknya bergetar.
Panggilan dari Dian, pasti putrinya saat ini sedang mencarinya. Dan benar saja, baru terhubung sudah tampak wajah sembab Zafrina.
"Putri papi kenapa menangis hemb?"
"Papi, kenapa Ina dijemput papa Gerry lagi? apa Ina nakal papi?" tanya gadis itu bibirnya mengerucut dan Rian benar-benar gemas.
"Bukan begitu sayang, papi sedang menemani mami Veli. Karena mami Veli sedang sakit. Jadi sementara waktu Ina tinggal dirumah mama dulu ya. Ina bisa puas main sama adik² Ina dan Zafa." Kata Rian masih berusaha membujuk Zafrina.
Hidung gadis itu memerah menandakan dirinya sudah terlalu lama menangis.
"Baiklah papi .. Love you!"
Zafrina menyerahkan ponselnya pada Dian. Wanita itu tersenyum pada Rian.
Dulu sebelum mengenal Velia mungkin jantung Rian akan berdebar menatap senyum teduh Dian. Tapi sekarang dia memiliki Velia yang mampu menggeser posisi Dian di hatinya.
"Maaf aku menghubungi dirimu pagi-pagi. Karena dari semalam dia rewel. Sepertinya sejak ada Velia, Zafrina semakin bersemangat tinggal bersamamu." Kata Dian.
Rian hanya tersenyum saling melirik dengan Velia yang terbaring mendengarkan suara merdu Dian. Karena Rian menyalakan speaker ponselnya.
"Maaf jika harus merepotkan kalian." Kata Rian.
"Zafrina juga putriku. Tidak ada kata merepotkan jika itu demi anakku." Kata Dian.
"Terimakasih .." Ujar Rian.
"Sampaikan salam ku untuk Veli, semoga lekas sembuh." Dian mengakhiri panggilan teleponnya.
.
.
.
"Beruntung Zafrina memiliki ibu yang penyayang dan mencurahkan segala perhatiannya untuk Zafrina." Kata Velia tersenyum kecut.
"Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Rian.
"Aku merasa iri dengan Zafrina."
"Iri ..?" Beo Rian, Velia mengangguk. Ia mere*mas ujung selimutnya.
"Aku iri dengan Zafrina karena aku bisa melihat sendiri bagaimana mantan istrimu memperlakukan Ina. Sedangkan aku, sejak kecil hingga dewasa hanya bergelimang harta saja. Mama sibuk dengan urusannya sendiri. begitupun juga papa. Itu alasannya yang membuat aku mencari pelarian. Mencari seseorang yang mau menyayangiku berada di sisiku dan selalu menemani diriku melewati semua suka dan duka kehidupan ku. Dan semua itu ku dapat dari .."
"Sshh .. jangan sebut lagi namanya. Aku akan menggantikan dirinya. Untuk menemanimu dalam suka dan duka. Memberimu dukungan disaat saat terpurukmu. Aku akan ada di setiap kau membutuhkanku. Jadi jangan pernah menyebut nama pria lain di hadapanku." desis Rian. Rasanya ia tak akan bisa menahan emosi jika mendengar namanya disebut. Ba*jing*n itu hampir saja menodai istrinya. Dan lagi obat ilegal yang diberikan pada Velia bisa saja mengancam nyawa wanita itu.
.
.
.
Daniel dan Bianca datang terburu-buru ke rumah sakit. Setelah Daniel menelepon balik Rian tadi pagi. Rian hanya mengatakan jika Velia masuk rumah sakit. Dia belum menceritakan semua kronologi kejadian yang dialami Velia.
"Sayang .. ada apa denganmu?" tanya Bianca begitu dirinya melihat Veli terbaring dengan wajah pucat.
"Veli ga apa-apa ma. Mama tenang saja." Ujar Veli.
Sementara Bianca menemani Veli, Rian membawa Daniel keluar ruangan. Daniel menatap curiga ke arah menantunya. Kenapa harus sembunyi-sembunyi dari istrinya dan Veli?
"Ada apa Rian?" Tanya Daniel saat mereka sudah duduk di kursi taman tak jauh dari kamar rawat Velia.
"Veli masuk rumah sakit setelah kakak angkatnya menculiknya kemarin." Ujar Rian.
"Apa ..?"
"Lihatlah .. !" Rian memperlihatkan rekaman dirumah David yang ia minta dari Joe Asistennya.
Daniel mengepalkan tangannya tak terima."
"Dia juga mencampur obat-obatan terlarang di minuman dan makanan Veli." Ujar Rian lagi.
"Benar-benar anak kurang ajar." Desis Daniel.
Ia akan membuat perhitungan pada David nanti. Daniel benar-benar kecewa terhadap David. Inikah balasan untuk dirinya yang telah merawatnya.
Daniel dan Rian kembali ke kamar Veli. Wajah Rian tampak begitu tenang dan berbanding terbalik dengan sang mertua yang menampilkan wajah gusar dan tak tenang.
"Apa kau baik-baik saja sayang?" Daniel mendekat ke brankar Velia. gadis itu mengangguk.
"Iya papa Veli baik-baik saja"
Setelah berbincang sebentar Daniel dan Bianca berpamitan pulang. Tinggallah Rian dan Veli dikamar itu Velia tampak terbengong menatap keluar jendela. Rian mendekat dan mengusap kepala Veli.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Rian meletakkan dagunya diatas kepala Veli.
"Aku merasa seperti ada yang terlewat. Apa aku melupakan sesuatu?" Gumam Velia. Dan Rian masih bisa mendengar ucapan Velia.
⛅⛅⛅⛅⛅⛅⛅
Maaf ya up nya ga tertib
selamat pagi dan selamat beraktifitas kak author moga sehat selalu