Mengisahkan tentang perjuangan seorang gadis kampung yang mencoba mengadu nasib di ibukota, perjalanan hidup membuat dia bertemu dengan seorang pria kaya yang punya sejuta kenangan pahit
Kisah cinta mereka di mulai dengan segudang permasalahan yang hadir, hingga gadis tersebut harus mendapatkan pelecehan di hari pernikahan nya
Apakah gadis tersebut tetap akan menemukan kebahagiaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triana mutia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selamat Beristirahat
Sedangkan di tempat lain di sebuah ruang kerja yang sangat mewah ada seorang pria yang sudah cukup berumur sedang melihat beberapa berkas
"Apa maksud anak ini? kalo kamu cuma mau main-main saya ga akan halangi kamu, tapi kamu ga bisa membuat dia menjadi sesuatu yang serius di dalam hidup kamu" membanting data-data tersebut ke atas meja kerjanya
"Terus awasi mereka, saya ga mau ada satu kejadian pun yang terlewatkan"
"Baik pak" meninggalkan ruangan tersebut, sedangkan pria tersebut langsung meraih ponselnya dan menghubungi seseorang
"Apa maksud ini semua?"
"Itu urusan pribadi saya anda ga berhak mencampuri urusan saya"
"Gimana juga kamu adalah anak kandung saya, dan saya ga akan membiarkan kamu melakukan sebuah kesalahan di dalam hidup kamu" sedikit menaikkan nada suaranya
"Itu menurut anda tapi tidak bagi saya, saya tidak pernah menganggap anda sebagai orang tua lagi setelah semua kejadian itu" dengan tegas dan langsung memutuskan sambungan teleponnya
"Kurang ajar dia bahkan sekarang udah berani mutusin telpon dari saya" membanting ponselnya ke sembarang arah
"Saya tau saya pernah berbuat kesalahan di masa lalu saya, tapi bagaimana pun juga kamu itu darah daging saya sendiri jadi saya ga mungkin ga perduli sama kamu"
"Kamu lagi apa?"
"Ga ada pak, apa pekerjaan bapak udah selesai?"
"Ya ayo pulang" Sekar segera mengeluarkan ponselnya
"Telpon siapa?"
"Kang Iwan"
"Siapa?"
"Orang yang bapak suruh antar jemput kami"
"Abis jemput adik-adik kamu dia langsung pulang, jadi kalo pulang kamu bareng saya"
"Tapi apa saya ga ngerepotin bapak? saya bisa naik. angkutan umum aja pak" dengan polosnya
"Dengan pakaian kayak gitu? apa kamu mau goda semua laki-laki di angkutan itu?" sinis
"Kalo gitu saya bisa naik taksi pak" dengan polosnya
"Ga boleh"
"Kenapa pak?" dengan polosnya
"Apa saya harus bilang kalo saya ga suka ada laki-laki lain yang berada di dekat kamu"
"Kamu kan udah di bayar mahal untuk urus semua keperluan saya, gimana kalo saya butuh sesuatu selama perjalanan pulang?"
"Oh ya.. Maaf pak saya ga kepikiran sampe ke situ, ayo pak kita pulang" tersenyum, Nino hanya bisa tersenyum tipis karena akhirnya dia pun berhasil melancarkan aksinya
Seperti biasa Ervan yang akan mengemudikan mobil sedangkan Sekar akan setia duduk di bangku belakang, sepanjang perjalanan Sekar berusaha menutup mulutnya rapat-rapat agar tak melontarkan kembali suatu masalah. Tak butuh waktu lama mereka pun tiba di depan rumah yang kini di tempati oleh Sekar
"Kalo gitu saya pulang dulu ya pak"
"Kamu mau pulang gitu aja?"
"Apa masih ada yang bapak butuhkan?" dengan polosnya
Nino hanya bisa memasang wajah kesal karena Sekar sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dia inginkan, Ervan melirik ke arah Nino melalui kaca spion dia mengerti apa yang di inginkan sang bos besar
"Apa kamu ga mau tawarin kita mampir? seenggaknya kamu kan bisa tawarin kita minum atau makan malam"
"Astaga maaf ya pak saya udah berbuat ga sopan, apa bapak mau mampir dulu saya bisa masakin makanan sederhana buat makan malam kita"
"Masa begitu aja harus saya yanng turun tangan pak" boleh tuh Sekar kalo ga merepotkan kamu, gimana kalo kita makan malam di sini aja pak?"
"Ya udah kalo mau kamu begitu Van"
"Kenapa jadi saya pak? tapi apapun yang membuat bapak senang saya akan lakukan pak" Ervan segera turun dan membukakan pintu mobil untuk Nino
Mereka pun mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah mewah tersebut, dan ternyata adik-adiknya Sekar sedang berkumpul di ruang tamu. Begitu melihat ada Nino di sana Ajeng segera berlari kecil dan menghampiri mereka serta mencium tangan mereka bertiga, Dimas pun mengikuti dari belakang
"Kak Nino apa kabar?"
"Baik sayang" mengelus ujung kepala Ajeng
Mereka semua berkumpul di ruang tamu sedangkan Ajeng memilih masuk ke dalam kamarnya dan mengganti pakaiannya, setelah itu dia langsung ke dapur untuk menyiapkan makan malam bagi mereka
"Gimana hari pertama sekolah?"
"Baik kak"
"Apa ada yang ganggu kamu?"
"Ga ada kak semuanya baik banget, cuma pelajaran di sini jauh lebih susah dari pada dulu di kampung" Ajeng memasang wajah cemberut, membuat Nino tertawa melihat tingkah lucu Ajeng
"Kak Nino yakin kamu pasti bisa kok"
"Ya dong kak aku harus bisa, karena aku harus bikin bangga kak Nino dan kak Sekar"
Semua menjadi tertawa melihat semua tingkah laku dan celoteh dari Ajeng, sedangkan Sekar dari dapur benar-benar menjadi terharu mendengar percakapan mereka
"Terima kasih pak, aku benar-benar ga sangka kalo mereka berdua bisa langsung bersekolah. Padahal aku udah memutuskan untuk mendaftarkan mereka sekolah lagi di taun depan"
Setelah selesai melaksanakan sholat isya secara berjamaah bersama adik-adiknya seperti yang biasa mereka lakukan, Sekar pun mulai menyiapkan makan malam untuk mereka dan mengajak Ervan serta Nino makan malam. Selesai makan malam mereka semua pun kembali ke ruang tamu
"Gimana kak masakan kak Sekar enak kan?"
"Ya.. Kakak kamu pintar masak"
"Kalo kak Nino udah punya pacar belum?"
"Ajeng kamu ga boleh gitu sayang" Sekar menatap tajam ke arah adiknya
"Aku cuma tanya kak Nino doang kok kak" tersenyum
"Kak Nino belum punya pacar kok"
"Kenapa kak Nino ga pacaran aja sama kak Sekar?"
"Ajeng kak Sekar ga suka kamu ga sopan begitu" tatapan Sekar membuat nyali Ajeng langsung menciut, sedangkan Nino hanya tersenyum melihat itu
"Kenapa kamu mau kak Nino pacaran sama kakak kamu?" pertanyaan dari Nino membuat semua orang langsung menatap ke arah dirinya
"Apa-apaan sih pak Nino? kenapa juga meladeni omongan anak kecil? kalo bapak begini terus saya takut saya benar-benar akan mati karena jantung saya meledak"
"Soalnya kak Nino baik dan ganteng, aku seneng banget kalo kak Nino jadi pacar kakak aku" Ervan dan Nino pun menjadi tersenyum, hanya Sekar yang menjadi salah tingkah dengan wajah yang mulai merona
Mereka pun kembali berbincang ringan sambil terus tertawa karena semua celoteh dari Ajeng, setelah cukup malam Ervan dan Nino berpamitan untuk pulang. Selama di dalam perjalanan Nino terus tersenyum mengingat semua perkataan Ajeng tadi
Setelah tiba di kediamannya Nino memutuskan membersihkan dirinya terlebih dahulu, setelah itu Nino kembali teringat ucapan Ajeng dan mulai meraih ponselnya lalu mengirimkan pesan kepada Sekar
"Lagi apa?"
Sekar merasa jantungnya bagaikan derap kaki kuda yang sedang berlari dengan sangat cepat melihat pesan yang di kirim oleh Nino, wajah Sekar pun kembali merona
"Di dalam kamar pak"
"Selamat istirahat mimpi indah ya"
Blush... Wajah Sekar semakin memerah melihat pesan terakhir yang di kirimkan oleh Nino, dia masih tak bisa percaya dengan apa yang dia baca
"Terima kasih pak, bapak juga selamat beristirahat"