NovelToon NovelToon
CEO Tampan Dan Istri Rahasia

CEO Tampan Dan Istri Rahasia

Status: tamat
Genre:Romantis / Perjodohan / Berbaikan / Dijodohkan Orang Tua / Tamat
Popularitas:3.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: LIDIA KAY

🖤 Ini adalah novel pertamaku
🖤 Beberapa bab awal agak boring (maklum, baru nulis)
🖤 Sabar melewati bab awal dijamin bakal ketagihan bacanya (Ciee pede boleh dong)
🖤 Alurnya limited edition, no plagiat, gak ada duanya (Kalau ada, aq dong yang duluan buat..🤪)
🖤 Yang udah sabar baca sampe akhir, semuanya pada baper parah dan gagal move on (Kenyataan nih, no hoax)
🖤 Season 2 bakal bikin baper dan gagal move on makin akut
🖤 Season 2 berkisah tentang duda playboy beranak satu, dengan ibu sambung yang keras kepala
🖤 Alurnya original, makin fresh from panci, romantisnya makin dapet, konfliknya makin greget (Seriusan nih..)
🖤 Novel ini punya spin off berjudul PASUTRI yang ceritanya tentang anak-anak mereka dan disitu ceritanya bagusss banget, meskipun gak booming karena authornya hanya remahan (Gak percaya, buktiin sendiri)
🖤 Masih bilang gak suka juga? bohong banget.. karena itu gak mungkin..!! (maksa🤣)

Bissmillahirramanirrahim.. 😇
Ini adalah karya pertamaku 🤗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LIDIA KAY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Point penting perjanjian

Arini hanya bisa termanggu ditengah kamar, dengan tatapan kosong. Belum bisa menata hatinya dengan baik manakala sosok tampan itu sudah keluar lagi dari balik pintu kamar mandi.

Masih mengenakan celana casualnya saat ia masuk tadi.. tapi..

‘God..’ atasannya kini sudah tidak melekat ditubuh kekarnya melainkan berada didalam genggaman tangan kanannya yang kemudian dilemparkan begitu saja ke keranjang pakaian yang ada disudut kamar, tepat disebelah pintu kamar mandi.

Dengan bertelanjang dada memamerkan dada bidang dan perut six pack nya, melangkah acuh kearah wadrobe, wajah Tian nampak basah dan segar seperti habis dibasuh, Arini tercengeng menyaksikan pemandangan maskulin itu terlebih lagi saat harus menyaksikan bulir-bulir air bening menetes dari ujung anak rambut lelaki itu.

‘Oh my Lord.. sungguh pemandangan yang menyenangkan..’

Batin Arini seketika kacau balau, menyadari bahwa ia memiliki seorang suami yang setampan Tian, bukankah sudah seharusnya dirinya banyak bersyukur ?

Seandainya saja mereka dipertemukan dengan cara yang lebih baik.. Arini berandai-andai, menyadari bahwa dirinya lah istri lelaki menawan ini, namun sayangnya ia sama sekali bukan pemilik hati suaminya.

“Tutup mulutmu, nanti dimasuki nyamuk baru tau rasa,” ujar Tian acuh seperti biasa tanpa menengok.

Mulut Arini sontak mengatup saat kalimat ejekan itu berhasil mengembalikan kesadaran sekaligus mempermalukan dirinya.

Tian mengambil selembar kemeja bewarna abu-abu dari dalam wadrobe dan mengenakannya masih dengan sikap acuh tak acuh.

“Pak Tian mau keluar lagi ?”

“Hemm,”

“Sudah malam begini, mau kemana lagi, Pak..?”

“Wah.. wah.. apa sekarang saya harus laporan dulu kalau saya mau pergi kemana ?”

“Bukan begitu maksud saya..” Arini meringis putus asa menghadapi Tian yang masih sibuk mengancingkan kancing kemejanya satu persatu.

“Sebaiknya kamu tidur saja, karena besok kamu harus ke kantor. Ingat, cuti kamu sudah habis.”

“Tapi Pak Tian..”

“APA lagi ??”

“Bukankah kita harus bicara ?” Arini bersikukuh.

“Bicara apa ??!”

“Beberapa hari yang lalu waktu di restoran Pak Tian bilang kita harus bicara terlebih dahulu kan..?”

Ucapan Arini seperti mengingatkan Tian bahwa memang benar ia pernah mengatakan hal tersebut. Tian memijit keningnya kesal sambil membuang nafasnya kasar.

“Iya, saya memang bilang begitu tapi sepertinya semua itu tidak perlu lagi.”

“Tidak perlu lagi ? Tapi kenapa, Pak ?”

Padahal Arini sangat menantikan moment itu. Moment dimana mereka bisa bicara empat mata, duduk bersama dan membahas akan dibawa kemana rumah tangga mereka saat ini. Tentu saja yang Arini harapkan mungkin saja dengan begitu ia bisa mengubah sedikit saja pandangan Tian terhadap dirinya.

“Iya, tidak perlu lagi, karena saya lihat kamu sudah sangat mengerti apa yang harus kamu lakukan dan bagaimana kamu harus bersikap tanpa perlu saya bicara panjang lebar. Kamu sudah banyak membuktikannya tadi.” Ucap Tian lagi dingin.

“Saya ?” tunjuk Arini. “Tapi saya merasa belum melakukan apa-apa..” kilahnya bingung.

“Benarkah ? Padahal sejauh ini kelihatannya kamu sudah melakukan banyak hal. Kamu paham dengan apa yang saya ucapkan bahkan sampai pada titik dan komanya, kamu bisa dengan nyenyak tidur di sofa, kamu tidak menanyakan dan tidak pernah khawatir sama sekali meskipun saya tidak pulang berhari-hari, dan di sisi lain kamu juga menjadi menantu yang sangat manis untuk nenek. Kalau sudah begitu, apalagi yang mau saya bicarakan ?” ketus Tian, yang sejujurnya jauh dalam lubuk hatinya juga bingung mengapa dia harus sekesal itu saat menguraikan semua sikap Arini yang seperti tidak terpengaruh dengan kehadirannya sejauh ini.

“Tapi Pak Tian..”

“Teruskan saja sikapmu yang seperti itu. Sikapmu yang seperti itu semuanya sudah benar. Jadi sekarang tidak perlu lagi bertanya saya mau kemana. Jangan mengurusi urusan saya, dan jangan pernah bertanya apa-apa..!!”

Arini terdiam mendapati kalimat ketus itu.

‘Kata siapa dia tidak mengkhawatirkan Tian ? Dia bahkan uring-uringan setiap hari dan tidak bisa tidur nyenyak setiap malam, hanya karena mengkhawatirkan Tian. Dia selalu memikirkan Tian setiap saat, tapi mengungkapkan semua perasaannya itu, apakah penting bagi lelaki dihadapannya ini ?’

Melihat Arini yang hanya diam membuat Tian merasa semakin gusar, dan hal itu membuat Arini semakin tidak mengerti kali ini apa lagi yang salah dari dirinya sehingga Tian bisa segeram ini.

‘Apa Tian marah karena ia telah lancang memberhentikan Wati ?’

Sementara Tian yang melihat ekspresi kebingungan diwajah Arini sontak merutuki dirinya sendiri. Tian bahkan tidak mengerti mengapa dia bisa sebegitu kesalnya dengan semua sikap Arini yang terlihat begitu wajar menghadapinya, sementara sebaliknya, setiap detik ingatannya selalu mengarah pada wanita yang masih berdiri kebingungan dihadapannya ini tanpa ia kehendaki.

Saat dikamar mandi tadi Tian bahkan sempat berfikir bagaimana ia begitu ingin sekali menyeret Arini keatas ranjangnya, menunaikan kewajibannya yang sudah beberapa hari ini tertunda, dan membuat wanita itu takluk padanya.

Tapi mengingat bahwa di malam pertama mereka dengan sombongnya ia sudah telanjur mengucapkan bahwa ia tidak akan pernah meminta Arini selain wanita itu yang akan datang merangkak keatas ranjangnya dengan kesadaran penuh, akhirnya Tian hanya bisa menyesali perkataannya yang arogan itu.

Sial ..!!

Melihat sosok Arini saat ini Tian bahkan mulai sangsi apa iya istrinya yang keras kepala ini mau merangkak keatas ranjangnya begitu saja ?

Lalu, apakah Tian yang harus menjilat ludahnya sendiri ?

Cihh.. sejak kapan ??

'Astaga Tian.. cepat sadarlah..! Kamu adalah Sebastian Putra Djenar.. dan yang ada dihadapanmu ini hanya seorang Arini Ramdhan yang entah dibagian mananya yang menarik dari wanita ini sehingga kamu selalu terbayang-bayang dengan sosoknya yang serba pas pasan ini..!'

Terbayang-bayang yang ada dibenak Tian adalah terbayang-bayang dalam artian begitu penasaran ingin menikmati semanis apa seorang Arini Ramdhan.

Apakah rasanya akan berbeda karena Arini kelihatannya memang berbeda dengan Lusy, Helena, dan begitu banyak wanita cantik yang berseliweran dalam hidup Tian selama ini.

Tian yang merasa benaknya kian pening memilih berbalik dan melangkah keluar. Sebaiknya ia memang harus menjaga jarak dengan Arini. Karena kalau tidak Tian tidak tau lagi bagaimana ia harus menghadapi Arini yang justru terlihat nyaris tanpa beban. Tian merasa situasi hatinya yang kacau saat ini sungguh mengganggunya..!

“Pak Tian, tunggu sebentar,”

“Ada apa lagi, Arini ?”

Terdiam sejenak. Karena Arini tak kunjung bicara Tian memutuskan untuk kembali berlalu.

“Kenapa Pak Tian tega membohongi nenek seperti itu ?”

Tian yang sudah berbalik mendadak urung melangkah. Pertanyaan Arini cukup ampuh menahan pergerakan tubuhnya.

“Kalau tidak berbohong lalu saya harus bilang apa ?” ucap Tian kemudian, sinis.

Entah kenapa Arini justru merasa semakin kesal melihat sikap acuh tak acuh itu. Seumur hidup Arini bahkan tidak ingat apa ia pernah membohongi ayahnya atau tidak, lalu bagaimana bisa lelaki ini malah terlihat biasa saja setelah mengucapkan bualan yang begitu banyak kepada nenek Saraswati.

“Tetap saja saya merasa bahwa berbohong seperti itu tidak benar, Pak Tian..” keluh Arini lagi bersikukuh. Ia berucap sungguh-sungguh untuk meyakinkan Tian bahwa betapa lelucon lelaki itu membuatnya tidak nyaman bahkan merasa berdosa, apalagi saat mengingat sorot mata Saraswati yang berbinar-binar bahagia.

Tian berbalik tiba-tiba, dua tangannya berada didalam saku celananya saat ia berdiri tegak sambil menatap Arini dengan intens tepat di kedua manik matanya dengan tatapan yang mengira-ngira. Arini sontak mengalihkan pandangannya jengah.

“Jadi menurutmu saya harus berkata jujur kepada nenek bahwa ia tidak akan mendapatkan pewaris keluarga Djenar seperti yang ia impikan ? Apa saya juga harus mengatakan bahwa di malam pertama kita, kamu bahkan memutuskan untuk tidur di sofa ?”

Arini terbelalak. Sejujurnya Arini merasa malu mendengar ucapan Tian yang begitu berterus terang, tapi Arini bersusah payah menahan ekspresi wajahnya agar tidak berubah.

Kalimat barusan memiliki muatan yang begitu pesimis, seolah-olah menyiratkan bahwa yang terjadi dimalam pertama mereka semata-mata hanya karena kesalahan Arini dan kalau pun itu adalah kesalahan, maka Tian menyiratkan seolah kesalahan itu seperti sesuatu yang sudah tidak bisa diperbaiki lagi.

“Tapi.. itu.. itu karena Pak Tian.. ” ucap Arini gugup sementara Tian masih tersenyum sinis.

“Karena saya ? kapan saya pernah menyuruhmu tidur di sofa ? kamu sendiri yang belum apa-apa sudah memutuskan untuk tidur disana dan tidak bersedia memenuhi kewajibanmu sebagai istriku.” geram, dengan telunjuk yang mengarah lurus ke sofa yang membisu disudut kamar.

“Tapi, Pak..”

“Malam itu kamu bertanya dimana kamu harus tidur, kan ?”

“Iya, tapi..”

“Pertanyaan macam apa itu ?”

“T-Tapi.. saya kan hanya bertanya..”

'Apa dia bilang tadi ? hanya bertanya ? astaga..’

Tian nyaris tersedak menerima ungkapan polos itu.

“Apa kamu tidak sadar pertanyaan bodoh kamu itu mengisyaratkan bahwa sejak awal kamu sudah menolak saya ?”

Bola mata Arini nyaris lompat dari tempatnya. Bagaimana mungkin Tian bisa menyimpulkan bahwa ia yang menolak kehadiran lelaki itu ? Padahal sebaliknya justru Tian lah yang menolak nya sejak awal !

“Saya hanya mencoba memastikan apakah kamu benar-benar sudah siap menjadi istri saya. Tapi ternyata.. kamu langsung memutuskan begitu saja untuk tidur di sofa. Lalu kamu mau saya harus bagaimana ? Menyeret paksa kamu untuk naik keatas ranjang saya.. ?” Arini semakin terbelalak. Ucapan itu terdengar begitu vulgar ditelinga polos Arini. Lalu mengapa Tian tidak merasa jengah sedikit pun saat membahas kekacauan di malam pertama mereka ?

Arini merasa sangat malu mendengarnya tapi lain hal-nya dengan Tian, lelaki itu malah memasang tampang masa bodoh.

”Tapi malam itu Pak Tian bilang saya bukan tipe, Pak Tian..”

“Kamu memang bukan tipe saya..!” sambil menatap Arini dari atas sampai kebawah.

“Appa..??” darah Arini langsung bergejolak mendengarnya, terlebih saat menerima tatapan mengejek Tian padanya.

“Jadi hanya itu yang ingin kamu dengar ? kamu melupakan kewajibanmu hanya karena tidak mendengar saya mengatakan bahwa kamu tipe saya..?"

Arini terdiam, sungguh situasi saat ini membuat dirinya teramat sangat malu.

"Dengar, Arini, kalau saya harus repot mencari wanita yang sesuai dengan tipe saya, maka hari ini bukan kamu yang jadi istri saya.”

“Cukup..!” Arini nyaris berteriak. Kelopak matanya sudah berkaca-kaca. Sungguh perih sekali mendengar kalimat demi kalimat yang meluncur tanpa perasaan itu. Dimata Arini lelaki dihadapannya ini seolah-olah sudah mati rasa, karena mampu mengucapkan semua hal yang melukai harga dirinya sampai bertubi-tubi.

“Pak Tian, Saya mengerti.”

Suara Arini sudah bergetar, bibirnya pun bergetar saat berucap, namun Arini tetap berusaha untuk mengontrol emosi yang sedang meledak-ledak didadanya.

“Saya memang sama sekali bukan tipe, Pak Tian, dan saya tau saya hanya istri untuk menyenangkan hati nenek Saraswati. Pernikahan kita hanyalah demi mewujudkan perjodohan orangtua semata. Sampai disini saya paham. Tapi Pak Tian jangan lupa, saya juga bersedia menikah bukan karena saya sedang mengejar-ngejar Pak Tian seperti pacar-pacar Pak Tian atau wanita-wanita tipe Pak Tian yang ada diluar sana. Saya bersedia menjadi istri Pak Tian demi biaya operasi dan kesembuhan ayah saya. Itu saja.”

Arini tau saat ini ia sedang mengingkari hatinya sendiri.

Sejujurnya Arini sangat menyukai Tian, bahkan sejak pertama kali melihat lelaki itu dirinya sudah sangat jatuh cinta.

Penolakan Tian padanya selama ini sangat melukai hatinya, dan membuatnya patah hati. Namun dalam situasi saat ini Arini merasa perlu membela sedikit harga dirinya agar Tian menyadari bahwa ia masih punya sekeping harga diri sebagai wanita yang itu berarti ia tidak akan mungkin melemparkan dirinya begitu saja pada lelaki angkuh itu seperti yang dilakukan wanita-wanita yang mengelilinginya selama ini.

“Begitu ya..?” Tian malah menyahut santai.

“Memang begitu adanya. Saya yakin Pak Tian juga paham kan..?”

“Tentu saja saya paham semuanya. Tapi sayangnya, kamu lupa satu hal. Kamu sudah mengabaikan poin perjanjian antara saya dan kamu.”

“Saya mengingat semua point perjanjiannya.”

“Oh ya ?”

“Tentu saja. Semua point perjanjian itu bahkan dengan jelas menyiratkan betapa saya harus berusaha menyembunyikan diri karena Pak Tian sangat malu untuk mengakui bahwa saya istri Pak Tian, kan..?”

Tian tertawa kecut. “Sudah saya bilang kamu pasti lupa point pentingnya.”

“Dan sudah saya bilang kalau saya masih mengingat semua point perjanjiannya.” Tegas Arini, tetap ngotot.

“What the hell..”

Umpat lelaki itu perlahan, raut wajahnya sudah terlihat kesal setengah mati.

“Lalu bagaimana dengan point tentang pewaris keluarga Djenar ? Bagaimana mungkin kamu lupa bahwa kamu harus kasih saya dan nenek pewaris keluarga Djenar terlebih dahulu sebagai ganti biaya pengobatan ayahmu ?”

Arini terhenyak. Sementara wajah tampan itu melengos.

“Bagaimana sekarang ? Sudah paham dimana letak point pentingnya, hhmm..?”

Tian menatap Arini lagi sambil mengangkat alis lebatnya, membuat Arini gelagapan. Seluruh perbendaharaan kata yang dimiliknya rasanya seperti terbang menguap entah kemana.

“Apa lagi yang mau kamu jelaskan saat ini ?” tantang Tian, sama sekali tidak melepaskan pandangannya yang mengintimidasi.

Arini tertunduk membisu, diam seribu bahasa.

“Jadi menurutmu, karena kamu tidak sedang jatuh cinta dan tidak sedang mengejar-ngejar saya, lalu kamu bebas melakukan apa saja ?”

Tian tertawa mengejek, sedangkan Arini semakin terhenyak.

“Arini, kamu ini lucu sekali. Kamu pikir saya peduli kamu mau cinta dengan saya atau tidak ? atau sedang mengejar-ngejar saya atau tidak ? Dengar, saya hanya ingin kamu menepati janji. Berikan nenek saya pewaris keluarga Djenar, itu saja ! karena selain dari itu.. saya tidak peduli. Saya tidak punya waktu untuk mengurus masalah percintaan dan perasaan. Mengerti ?!” Tegasnya penuh penekanan.

Arini semakin tertunduk lesu, bahkan rasanya lututnya seperti tidak mampu lagi menahan berat tubuhnya sendiri. Nyali Arini langsung menciut, kepercayaan dirinya mencelos begitu saja.

“Saya dan kamu menikah karena sama-sama memiliki tujuan. Apa tujuan kamu sudah jelas saya paham, tapi sebaliknya sejauh mana kamu memahami apa tujuan saya..?”

Tian berucap perlahan namun penuh penegasan. Arini semakin tertunduk dalam, menyadari bahwa ternyata tidak ada satu pun dari ucapan lelaki dihadapannya ini yang salah. Tian tentu tidak segan bermain-main dengan harga diri seseorang seperti dirinya.

‘Arini Ramdhan.. seharusnya sejak awal kamu menyadarinya. Kamu pikir siapa dirimu ?’

Saat ini Arini merasa dirinya nyaris menangis.

“Cepatlah berdamai dengan harga diri kamu, lalu segera putuskan kapan kamu siap untuk naik ke ranjang saya dengan kesadaran diri kamu sendiri. Kamu harus tau, bahwa saya tidak pernah memaksa seorang wanita.”

Arini menelan salivanya yang terasa begitu pahit.

.

.

.

Bersambung..

Meskipun Cuma 1 bab tapi panjang kan ? hehehe... disini, author pemula ini sangat berusaha sekuat tenaga agar bisa menyenangkan dan memuaskan para pembaca.

Pliss.. jangan lupa selalu tinggalkan jejak disetiap bab yah.. biar performa dari karya author ini bisa lebih meningkat.

Lophyuu all… 🤗

1
Ayu Wardhanii
.
Aminah Aqhifa
Luar biasa
Jolanda Lengkey
ikutan senang/Joyful/
Jolanda Lengkey
pengantin baru.sah2 aja/Smile/
Jolanda Lengkey
semakin seru/Tongue/
Jolanda Lengkey
serius/Joyful//Drool/
novitta. fitriani
Luar biasa
novitta. fitriani
Lumayan
Sekar Windari
Luar biasa
Sekar Windari
Lumayan
Kiki
Luar biasa
Andika Cristian
sangat menarik
Nok iik15
Kecewa
LIDIA KAY: gak ngaruh author tolol, yg busuk hati.. ni novel udah lama, mau kamu nilai bintang brpapun udh gk ngaruh🤪
total 1 replies
Nok iik15
Buruk
LIDIA KAY: tolol, bela2in bikin akun bodong buat komen hate. gk ngaruh begoo🤣🤪
total 1 replies
Mehammad Naufal
Lumayan
LIDIA KAY: terimakasih🙏
total 1 replies
Mehammad Naufal
manyala euyyy
LIDIA KAY: terima kasihh🙏
total 1 replies
naysa nurmanysah
Kecewa
LIDIA KAY: ini pasti akun bodong dr otor berhati busuk tp berkedok pembaca. kasian bgt si Naysa, hidupnya gk tenang krn pengen naik dg jelekin karya orang lain... hahaha... kasiaaaan... 🤪
total 1 replies
naysa nurmanysah
Buruk
LIDIA KAY: Hellehh.. hatter berkedok pembaca. paling juga akun bodong sesama otor tapi yg hatinya busuk. kasian bgt idup lo NAYSA NURMANSYAH, bulan ramadhan gni ikatannya lepas y? ckck... kasian ...🤪
total 1 replies
Apt Sumber Agung
Luar biasa
LIDIA KAY: terima kasih🙏
total 1 replies
Helen Nirawan
kan bener ,arini di kawin in cuman buat lahir k anak bis itu di buang ,fk dianggap ,merid aj sembunyi2 ,gl blh org tau ,malu py bini dr kampung ,gk keren ,gk cakep , gk seksi,gk cantik,gk modis dll dll ,amit2 py laki model gt ,mending lu minta cerai lah ,kan udah tuh kawin krn amanah ,skr tggl cerai ny ,klo tian kmpret mo anak bikin sendiri sono ama tembok /Toasted//Toasted/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!