Reu Suami Pengganti

Situasi semakin genting! Anne akhirnya memutuskan untuk membawa Lyox ke rumah sakit. Dia menyuruh pelayan untuk memanggil ambulans agar segera bisa membawa Lyox ke rumah sakit.

Saat mobil ambulans tiba, tim medis dengan hati-hati mengangkat Lyox ke atas tandu dan membawanya ke dalam mobil. Dokter terus memantau kondisi Lyox dan berkomunikasi dengan pihak rumah sakit untuk mempersiapkan perawatan lebih lanjut.

Anne sangat khawatir dan terus mendampingi Lyox selama perjalanan ke rumah sakit, berharap bahwa putranya akan segera mendapatkan perawatan yang tepat dan pulih dari demam tinggi.

Saat tiba di rumah sakit, Lyox segera mendapatkan perawatan. Anne dengan gelisah menunggu putranya di luar ruangan, hingga pemeriksaan selesai. Saat ini, ibunya dan kakaknya, Edward, dalam mobil lain juga sedang menuju rumah sakit.

“Ya Tuhan, jangan biarkan hal buruk terjadi pada anakku,” Anne berdoa dengan mata tertutup.

Tiba-tiba, ibunya berjalan mendekat ke arah Anne. “Bagaimana?” tanya ibunya dengan khawatir.

“Dia sedang mendapatkan bantuan oksigen,” jawab Anne.

Edward, yang ikut mendekat, menggumam kesal, “Astaga, ada saja masalah.”

Satu jam kemudian, Dokter keluar dari ruangan pemeriksaan dan memberi kabar baik, “Demamnya sudah turun, kalian bisa menjenguknya. Saat ini Lyox butuh istirahat yang cukup.” Anne langsung merasa lega dan bersyukur.

Di sisi lain, Jeha menemui Reu di ruang kunjungan tahanan dengan senyum dingin. “Kau terlihat pas dengan borgol itu,” ucap Jeha dengan nada hina.

Reu menatap Jeha dengan kesal, “Kau yang menjebakku! Kau memanipulasi semuanya!”

Jeha tertawa dan meminta petugas melepaskan borgol Reu. "Kau seharusnya tidak ketahuan jika memang penyamar yang baik," kata Jeha berbisik di telinga kanan Reu. Reu kemudian mendorong tubuh Jeha. Dia menarik kerah kemeja Jeha, tapi Jeha menyingkirkannya. “Tapi merebut istriku? Itu tidak ada dalam rencana,” kata Jeha dengan nada tajam.

Reu membalas tatapan Jeha dengan tatapan menusuk, “Kau telah membuatnya sengsara. Apakah kau pikir dia tidak tahu tentang perselingkuhan mu?”

Jeha tersenyum dan menghisap cerutunya, lalu menyodorkan surat perjanjian. “Apa kau lupa perjanjian kita?” ucap Jeha.

Kemudian, Jeha mengambil surat perjanjian itu lagi dan menyobeknya di depan mata Reu.

“Kau tidak akan pernah bebas, nikmatilah penjara ini!”

“Sialan! Apa yang kau inginkan sebenarnya?!” Reu mulai geram, kemudian menggebrak meja.

“Aku hanya ingin tahu, sampai mana Anne akan memihakmu. Wanita lumpuh itu benar-benar menipuku!” Jeha mengernyit kesal. Kemudian pergi meninggalkan ruangan.

Jeha mulai menyusun rencana, untuk memulihkan rekening di Swiss setelah Anne memblokirnya. Karena disitu, adalah aset terbesarnya untuk membuka perusahaan baru sesuai impiannya.

Jeha kembali ke rumah berniat bernegosiasi dengan Anne. Namun, para pengawal telah berjaga di luar rumah dan menahan langkahnya.

“Anda dilarang masuk ke dalam rumah ini lagi!” seorang pengawal suruhan Edward menentang Jeha.

Jeha kemudian mencoba menghubungi Bella, namun tidak ada jawaban.

“Sialan!” gerutu Jeha.

Mobil porsche putih mendekat. Jeha melihat kedatangan ibu mertuanya di dalam mobil, dia berlari dan menahan mobil itu untuk berhenti.

“Aku ingin bicara,” kata Jeha.

Ibu mertuanya membuka kaca jendela, dan melirik sinis. Kemudian, tangannya memberi isyarat kepada penjaga untuk membiarkan Jeha masuk kedalam. Jeha tersenyum, dan masuk kedalam mobil.

Setelah tiba di halaman rumah, dia keluar dan mengikuti langkah mertuanya ke ruang kerja.

“Aku hanya ingin bertemu Anne,” ucap Jeha.

“Dia di rumah sakit,” jawab ibu mertuanya dingin.

“Oh, kalau begitu aku ingin membicarakan dengan ibu saja,” sahut Jeha.

“Kau tidak bertanya, kenapa dia di rumah sakit?” Ibu mertuanya menatapnya tajam.

“Kenapa?”

Bukan jawaban yang diberikan, melainkan senyum dingin.

“Kau memang tak pantas disebut suami ataupun ayah,”

Jeha bingung dengan ucapan ibu mertuanya.

“Berapa yang kau inginkan, agar menceraikan putriku?” Ibu nya menyodorkan cek di depan Jeha.

“Tidak banyak, hanya 80 triliun,” jawab Jeha. Ibu mertuanya mengernyit, kemudian melempar asbak ke arah Jeha.

“Jangan bicarakan triliunan padaku, kamu tidak lebih dari seorang anjing yang dipungut putriku di jalanan,”

“Jika kau tidak memberikannya, maka aku tetap tidak akan bercerai dengan Anne,” jawab tegas Jeha.

Ibu mertuanya, menelpon seseorang. Kemudian, tidak butuh waktu yang lama. Dua orang pria bertubuh kekar masuk kedalam ruangan.

“Bereskan dia!” ucap Ibu mertuanya. Dua pria kekar itu mendekat dan akhirnya Jeha mendapatkan beberapa pukulan yang keras di dadanya. Jeha mencoba melawan, dan keluar dari ruangan. Namun, pengawal itu sangat kuat dan menghajar Jeha habis-habisan an hingga wajahnya babak belur.

Ibu mertuanya mendekat, dia menyodorkan dokumen perceraian.

“Tanda tangani ini, atau kau lebih memilih mati!”

Sebuah bolpoin ditegakkan erat-erat di sela jari Jeha.

Jeha melempar bolpoin itu, kedua pengawal itu melandaskan pukulan keras di pipinya.

Tubuh Jeha terkulai lemas dengan banyak memar di tubuh, dia tidak menyangka Ibu mertuanya se-arogan ini.

“Tanda tangani!” Ibu mertuanya, menarik rambut Jeha hingga kepalanya terangkat, kemudian menaruh bolpoin itu kembali ke sela jari Jeha. Namun, Jeha masih keras kepala dan tersenyum dingin.

Kemudian, Ibu mertuanya menatap Jeha kesal dan menginjak jari-jari tangan Jeha dengan sepatu high heelsnya dengan kuat.

“Aaaaaaa!” teriak Jeha.

“Kau ingin mati sia-sia, kan! Aku akan mengabulkannya!” ucap Ibu mertuanya, dengan sinis.

“Oke … oke. Aku … akan menandatangani nya!” jawab Jeha terbata-bata. Ibu mertuanya menendang bolpoin itu ke arah Jeha lagi.

Setelah surat perceraian itu ter-tanda tangani. Nyonya Igrid atau ibu mertuanya Jeha, mengambil kertas itu.

“Habisi dia dan buang di jalanan!” ucap Nyonya Igrid dengan lantang.

“Si … sialan!” Jeha merintih kesal.

Kemudian para pengawal itu memukul tubuh Jeha lagi hingga dia pingsan. Sesuai perintah Nyonya besar, mereka membawa tubuh Jeha masuk kedalam mobil. Kemudian, melemparnya di pinggir jalan yang sepi.

Disisi lain, Bella yang tadi dirumah mengetahui saat tubuh Jeha dibopong ke mobil. Mengikuti mobil penjaga itu diam-diam dari kejauhan. Lalu menyelamatkan Jeha dan membawanya pergi ke tempat persembunyian mereka.

“Sayang, sadarlah!” teriak Bella.

“Kamu jangan mati seperti ini, kita harus membalas dendam kepada mereka!” ucap Bella, sambil mengompres luka memar di wajah Jeha.