OM DUDA, NIKAH YUK!

Kita bergeser ke rumahnya Adele sejenak.

Ketika Adele sudah berpamitan berangkat sekolah, Anton bertanya kepada mama Zada.

"Ma ... "

"Apakah Adele masih pergi main ke rumah sebelah?" tanya Anton.

Mama Zada menganggukkan kepalanya. "Masih."

"Kenapa nggak Mama larang saja sih?" gemas Anton.

"Bagaimana kalau tuan Ragil dan tuan Arfan orang jahat?"

"Apakah selama ini kamu pernah mendengar mereka menjadi orang jahat?" tanya mama Zada.

Anton menggelengkan kepalanya. "Nggak pernah sih."

"Tapi 'kan tuan Ragil seorang pengusaha yang sukses pasti sudah banyak catatan hitamnya." Kata Anton.

"Jangan suudzon dulu dengan orang lain, Anton." Ucap mama Zada.

"Kamu hanya mendengarnya saja dan tidak tahu kenyataannya, nanti jatuhnya fitnah," nasihat mama Zada.

"Sebenarnya Mama juga ingin melarang Adele. Tapi 'kan kamu tahu sendiri bagaimana susahnya melarang dia?"

"Harus dengan cara yang super halus dan lembut sekali supaya Adele tidak mengira kita jahat."

"Kecuali memang tuan Ragil dan tuan Arfan sudah berbuat jahat kepadanya, barulah kita bisa melarang Adele secara terang-terangan."

"Selagi Adele masih main ke sana, itu artinya mereka memperlakukan Adele dengan baik." Anton dan Candra diam mendengarkan.

"Semua orang di kompleks ini sudah pada tahu siapa Adele dan bagaimana sifatnya. Mereka semua tidak ada yang membencinya dan pada baik dengannya."

"Dari pemilik rumah, sampai pembantu dan satpamnya. Mereka semua mengenal Adele dan Adele juga suka bermain dengan mereka selayaknya anak kecil yang mencari teman bermain," ujar mama Zada.

"Kemarin Adele ke sana lagi, tapi sepertinya tuan Ragil dan tuan Arfan sedang pergi. Entahlah mereka sudah kembali atau belum, Mama tidak tahu," kata mama Zada lagi.

"Pokoknya kalau ada apa-apa sama Adele, Mama segera beritahu Anton, Ma," ucap Anton.

Mama Zada menganggukkan kepalanya. "Iya, pasti."

Setelahnya Anton berpamitan kepada sang mama dan juga sang istri untuk pergi ke kantor.

Kembali kepada Adele lagi.

"Adele ko' jam segini belum berangkat sekolag?" tanya Arfan mengalihkan pembicaraan.

"Adele mau ketemu sama om Ragil," jawabnya polos.

"Tuan Ragil masih tidur, Adele."

"Nanti siang saja ya selepas pulang sekolah," kata Arfan.

Adele langsung cemberut memajukan bibirnya sangat panjang. "Iya, baiklah."

Adele berangkat dulu, Om, Tante," pamitnya sambil menyalami tangan mereka berdua.

"Eh ... " Isha sangat terkejut dan bengong disalami begitu oleh Adele.

Sedangkan Arfan antara terkejut dan tidak, tapi masih merasa aneh saja dengan sikapnya adele.

"Assalamu'alaikum," ucapnya.

"Wa'alaikumussalam," jawab Arfan sedangkan Isha masih terpaku.

Adele melambaikan tangan dengan wajah sedih sambil berlalu ke luar rumah untuk berangkat ke sekolah diantar oleh pak Riyan.

Arfan membalas lambaian tangannya Adele, begitu pula dengan Isha.

Setelah Adele sudah tidak terlihat lagi, Isha bertanya kepada Arfan.

"Tuan, tadi ... " ucapnya.

Arfan mengangguk sambil menghadap Isha. "Iya, dia Adele."

"Gadis lugu, polos dan masih seperti anak kecil yang suka sekali main ke sini untuk mengganggu tuan Ragil," kata Arfan.

"Selama ini dan selama saya menjadi sekretaris plus orang kepercayaannya, cuma Adele saja yang berani berbuat nekat kepada tuan Ragil."

"Dan kamu tahu ... " Arfan bercerita kepada Isha.

Isha mendengarkannya sangat serius sekali. "Tuan Ragil sedikit pun tidak bisa marah sama dia."

Arfan tersenyum tipis. "Aneh sekali 'kan?"

"Kamu sudah bertemu dengannya. Nanti lain kali jika dia ke sini lagi kamu harus bisa berteman dengannya." Perintah Arfan.

Isha menganggukkan kepalanya. "Baiklah saya mengerti, Tuan."

"Oh ya, nanti ada tiga orang pembantu baru yang akan datang ke sini."

"Kamu awasi mereka supaya mereka tidak menjadi orang yang membocorkan rahasia tuan Ragil."

"Jika sampai kamu dan mereka mengkhianati tuan Ragil. Saya bersumpah saya sendiri yang akan merobek mulut dan merusak wajah kalian berempat," ancam Arfan sangat kejam sekali.

"Ba-Baik, Tuan," jawab takut dari Isha.

"Kamu bisa masak, nggak?" tanya Arfan.

"Engh, saya hanya bisa masak masakan rumahan, Tuan," jawab Isha.

"Lain kali saja kalau kamu ada waktu, masakanlah untuk kami."

"Kalau ada pembantu, ikutlah masak bersama mereka."

"Mengerti?" kata Arfan.

"Mengerti, Tuan." Jawabnya sambil menganggukkan kepalanya.

"Sekarang bersihkan rumah ini. Soal gaji dan yang lainnya nanti akan saya urus."

"Siap, Tuan."

Arfan lalu berbalik badan dan ingin pergi dari situ. Ketika Arfan akan berjalan menjauh, tiba-tiba ada anak buah yang datang memanggil.

"Tuan Arfan," panggilnya.

Arfan berhenti lalu berbalik badan menghadap sang anak buah. "Ada apa?" tanyanya.

"Ini. Tadi nona Adele menitipkan ini untuk tuan Ragil," sang anak buah memberikan kotak bekal makanan untuk Ragil.

"Kenapa tadi Adele tidak menitipkannya sendiri kepada saya?" ujar Arfan.

"Engh ...  maaf, Tuan."

"Sebenarnya tadi kami cuma bercanda saja sama nona Adele. Dan salah satu dari kami membohonginya dengan mengatakan jika tuan Ragil sedang sakit."

"Eh, nona Adele malah memberikan itu kepada kami untuk dititipkan kepada tuan Ragil sambil berkata ... " sang anak buah menjeda ucapannya.

"Berkata apa cepat katakan!" tegas Arfan.

"Berkata katanya tuan Arfan tidak mau jujur sama dia," jawab sang anak buah sambil menunduk.

"Argh, kalian ada-ada saja."

"Lain kali kalau sama Adele jangan suka bicara sembarangan jika tidak mau tuan Ragil menembakmu!" kata Arfan.

"Baik, Tuan. Maaf," jawabnya.

"Sudah sana kembali ke depan," perintah Arfan dan sang anak buah lalu berpamitan kembali berjaga di depan.

Isha yang masih ada di situ hanya diam saja dan ikut mendengarkan, setelahnya Arfan naik ke lantai atas untuk memberikan kotak bekal milik Adele kepadanya.

"Tuan ... " panggilnya sambil mengetuk pintu.

"Iya," jawab Ragil langsung membuka pintunya.

"Ada apa, Arfan?" tanya Ragil.

"Dan apa itu?" Ragil menunjuk kotak bekal milik Adele.

"Ini Adele menitipkannya untuk Anda," jawab Arfan.

"Lho ko'? Kenapa?"

"Apa Adele tidak mau memakannya?" tanya Ragil lagi.

Arfan langsung menjelaskan dan menceritakannya kepada Ragil. "Dasar mereka. Iya sudah sini saya ingin melihat apa isi bekal makanannya," ucap Ragil menerima kotak bekal itu.

Ragil lalu membukanya dan matanya terpaku melihat isi kotak bekal yang ada di dalamnya.

"Ini ... " ucap Ragil.

Arfan juga ikut melihat. "Ada apa, Tuan Ragil?" tanya Arfan.

"Ke-Kenapa isi makanannya sama persis seperti yang pernah saya mimpikan?" ucapnya membuat Arfan terkejut.

Bersambung ....