perjalanan seorang anak yatim menggapai cita cita nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Narik lagi
Pagi harinya Hadi kembali meloper koran, namun bila hari minggu tak banyak yang ia antarkan, karena hanya ada beberapa koran saja yang datang, koran Post kota, lampung Post dan Sriwijaya post, satu ciri khas koran Pos Kota bila hari minggu ada karikatur Doyok, dan Ali oncom, walau cuma sedikit tetapi lucu dan sering membuat orang tertawa.
keuntungan dari ngeloper koran selain dapet uang juga Hadi bisa membaca bebas novel atau buku lain yang ada di kios mas agus. dengan syarat jangan rusak, kalau rusak Hadi di suruh membayar setengah harga.(dulu buku sangat berharga, bahkan ada tempat khusus yang menyediakan sewa dan baca buku, seperti buku kho ping kho, atau wiro sableng)
" Mas sudah beres, aku pulang dulu yah" pamit Hadi setelah selesai mengantarkan koran minggu pagi itu
" oh udah beres, ini gaji bulan ini yah" mas Agus memberikan uang Rp 18000 pada Hadi. Ya memang cuma segitu, karena ia di bayar 600 seharinya. Mungkin kecil sekali di jaman sekarang hanya saja cukup besar di waktu iyu. Bensin saja hanya Rp 250 perak perliter.
" makasih yah mas" ucap Hadi sambil berlalu, mas Agus hanya mengangguk
" Dah selesai kau mengantar Koran, jam delapan ikut abang narik, hari ini pembukaan Pameran di pasar malem di Way Halim, kita narik biasa sampai jam 2, nanti abis magrib kita jalan lagi gimana?" tanya bang ginting yang melihat Hadi baru pulang
" siap saja bang" sahut Hadi, baginya bisa menghasilkan uang walau pun kecil akan di jalani, ia tak pernah menolak suatu pekerjaan yang bisa menghasilkan uang, hanya saja karena masih remaja dan tak ada yang membimbingnya, ia tak pernah berpikir uang itu halal atau haram, ia hanya berpikir bagaimana caranya mendapatkan uang untuk menyambung hidupnya, dan lagi ia besar di lingkungan mahasiswa walau baik terhadapnya tetapi mereka sering bermain judi, minum minuman keras seperti vodka atau topi miring , Hadi yang dalam masa emasnya di cekoki oleh hal hal yang seperti itu membuat ia lambat laun mulai terbawa arus. ia mulai ikut minum, dan menjadi penengah bagi yang sedang berjudi, selain mengambil uang tengah, Hadi juga mengawasi jika ada penggerebegan saat mereka bermain judi. ia akan membunyikan kode khusus saat ada orang yang mencurigakan datang.
seperti yang di bilang bang Ginting, jam delapan mereka mulai menarik jurusan Terminal Rajabasa - Tanjung Karang, perawakan Hadi yang bongsor membuat orang tak akan menyangka jika ia masih duduk di SMP kelas tiga. dan cara bicara Hadi pun seperti orang dewasa karena sehari harinya bergaul dengan orang dewasa yang kuliah, ucapannya berbobot, tak seperti anak seusianya.
" basa basa basa," saat mangkal di pasar tengah Hadi berteriak memanggil penumpang, ada beberapa orang yang membantunya di sana hanya saja nanti harus memberi uang tips saat akan berangkat(calo), penuh RP 200 kalau cuma beberapa orang hanya Rp100,
" berangkat bang" ucap Hadi setelah mobilnya penuh, ia memberi uang 200 pada calo yang membantunya mencari penumpang
Hadi ikut menarik angkot sampai malam, karena ada pasar malam yang biasanya ramai, namun saat melintasi jalur dua sebuah mobil biru langit seperti mobil yang di kenekinya di kepung oleh mobil kuning gading, mobil jurusan Tanjung karang - way halim,
" bang deketin bang, bang Herman kayanya ada masalah!" seru Hadi yang mengenali mobil itu
bang Ginting dengan cepat menepikan mobilnya , ia mengambil kunci roda yang ada di pintu mobil sedangkan Hadi mengambil kayu balok yang biasa di pakai mengganjal ban
" bugh"
" buk"
di trotoar Bang herman meringkuk karena empat orang memukulinya, para penumpang berteriak histeris melihat itu
Wuuut
Wuuut
Plaaak
braaak
Aaaaargh
aaaargh
Aduuuh
Hadi dan bang Ginting yang datang langsung memukuli dengan tongkat dan kunci roda membuat tiga terkapar. tinggal yang satu bengong di dekat bang Herman
bugh
aaargh
Herman yang melihat lawannya bengong memukul selangkangan nya membuat musuhnya menjerit dan pingsan di tempat
" loe ga Apa apa bang?" tanya Hadi sambil membantu bang herman berdiri
" sakit dikit, bangsat beraninya keroyokan" gerutu bang Herman sambil berdiri
" apa masalah kau sampai begini Man!?" tanya bang Ginting,
" ibu ini ga mau naik mobil dia karena sudah penuh, dan naik mobil aku, tau tau dia malangin mobil dan memukuliku." ucap bang herman
Bang ginting mendekati empat sopir dan kenek way halim itu
"plaak"
" kau kalau berani satu lawan satu, macam banci saja kau main keroyokan!" tegur bang ginting sambil menampar salah satu dari mereka , mereka semua terdiam
" ayo berangkat, abis ini kau pulang saja Man, dan kalian ku tandai muka kalian kalau ada apa apa sama temanku, habis kalian!" ancam bang Ginting dengan mengacungkan kepalannya
Bang ginting dan Hadi kembali menarik angkot mengantarkan penumpangnya ke Way Halim.
" maaf yah bu, tadi ada teman yang di keroyok" ucap Hadi pada penumpangnya yang rata rata ibu ibu
" iya nak kami juga lihat, cuma kami telat ini jadinya" seru salah satu ibu sedikit ngedumel
" iya bu tenang saja nanti saya minta sopir nya ngebut" sahut hadi
" eh , jangan jalan kaya tadi aja, nanti kalau ngebut malah ga sampe ke Pameran tapi ke rumah Sakit Abdul muluk, hiii" seru seorang ibu
Hadi dan bang Ginting menarik sampai jam 10 malam karena pagi hari Hadi harus mengantar kan koran, dan bersekolah
" bang cuci mobil dulu lah sekalian mandi" ajak Hadi setelah mengantarkan penumpang terakhir di jalan kopi dekat simpangan Unila
" eh iya, untung kau ingatkan , ayo lah, kita kesana, ke cucian mana bagusnya?" tanya bang Ginting
" di cucian Bunda aja bang, bisa mesen kopi dan makan mie, lapar dikit nih perut" sahut Hadi sambil mengelus perutnya
" he he he , iya aku lupa kita makan tadi pukul 5, pantas saja cacing di perutku seperti mau Demo" bang Ginting tertawa kecil dan melajukan kendaraannya menuju Cucian bunda yang hanya melewati radio Patrol sedikit.
saat sampai di sana hadi langsung meminta sabun , pada warung yang ada di dalam kawasan pencucian mobil itu, ia juga memesan kopi untuk nanti bersantai setelah mencuci mobil
" Hadii?" saat sedang mencuci mobil seorang wanita seusia Hadi memanggil
" eh ica, apa kabar" ucap Hadi saat tahu siapa yang memanggilnya, menaruh selang yang di bawanya dan mengulurkan tangan, Ica teman satu sekolahnya waktu SD dulu dan anak bunda pemilik cucian, karena dulu ia pernah tinggal di kontrakan milik bunda selama beberpa tahun sebelum ayahnya membeli rumah di kawasan Untung Suropati.
" kabarku baik, kamu lagi nyuci mobil siapa?" tanya Ica , sambil menyambut uluran tangan Hadi
" mobil tetangga, aku habis ikut narik" jawab hadi , mereka berbincang bincang hingga Ica permisi pulang karena waktu sudah larut malam
selesai mencuci Hadi dan bang Ginting pulang dengan perut kenyang, malam itu karena ada Pameran di Way Halim Hadi mendapat uang Rp 70 ribu, uang yang besar bagi Hadi, namun Pameran seperti itu hanya 10 hari, dan adanya setahun sekali.
Seperti biasa pagi harinya Hadi berangkat ke sekolah, dan hari ini ia lumayan pagi datangnya bukan karena apa apa tetapi malas menerima ocehan Mardiana ketua kelas yang cerewetnya minta ampun bila yang piket kelas terlambat datang, dan hari ini ia piket. Mardiana orangnya cantik dan bahenol kalau jalan seperti Bebek yang pantatnya megal megol. Sedikit tomboy tapi kalau bisa mengambil hatinya ia akan sangat baik. Hadi salah satu orang yang bisa mengambil hatinya hingga sering di bawakan makanan atau di traktir saat kegiatan Pramuka karena Hadi ketua pramuka dan. Mardiana wakilnya, Rini bendaharanya.