Julia Hart, seorang wanita 28 tahun terpaksa bekerja menjadi penyanyi di sebuah klub malam. Demi menghidupi ibunya yang sakit - sakitan. Serta harus menyekolahkan dua orang adiknya yang masih sekolah.
Setidaknya semua berjalan normal. Julia berusaha menjalani harinya dengan baik. Ia juga mengabaikan tatapan sinis penuh penilaian buruk, dari setiap orang yang menghujat pekerjaannya sebagai penyanyi klub malam.
Tapi kehadiran seorang lelaki berwajah malaikat nan polos, berhasil memasuki hidupnya. Namun sayang, Julia tertipu oleh lelaki yang ternyata seorang playboy dan suka mempermainkan hati wanita.
Mampukah Julia mempertahankan cintanya untuk lelaki itu?
Apakah lelaki itu memiliki perasaan yang sama, atau hanya ingin mempermainkan dan mencampakkannya seperti wanita murahan?
Ataukah memang takdir akan berpihak pada Julia dengan mendapatkan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22 Berbicara dengan keluarga
"200 juta?" Siena menatap Julia penuh tanya.
"Iya mama." Julia mengangguk dengan cepat.
"Tapi apa benar hanya itu saja?" Kembali Siena merasa ragu.
"Pak Xander menjamin perlindunganku selama berada di kota besar itu mama." Julia menenangkan mamanya.
Pagi ini Julia tidak menahan dirinya untuk bercerita. Sebenarnya ia ingin bercerita begitu pulang dari klub dini hari tadi.
Tapi ia juga tidak tega melihat mamanya yang tertidur nyenyak. Alhasil ia menunggu pagi ini, dan langsung mengatakannya.
"Kak Julia di bayar 200 juta untuk tampil menyanyi?!" Jeni yang sejak tadi berada di balik pintu dapur bersama Jena dan menguping, tidak bisa menahan keterkejutannya.
"Iya. Bukankah itu sangat bagus?!" Julia tersenyum melihat reaksi Jeni.
"Bukan sangat bagus lagi kak. Tapi luar biasa." Jeni sangat antusias.
"Bagaimana jika Kak Julia di culik. Terus organ dalam kak Julia di ambil dan dijual pasar gelap. Aku curiga dengan nominal bayaran itu." Jena bergumam ragu.
Menurutnya sangat janggal jika kakaknya yang hanya seorang penyanyi klub, di bayar begitu mahal. Itu adalah nominal bayaran seorang penyanyi terkenal, yang tampil dalam sekali manggung. Jena tidak bisa percaya semudah itu.
"Jena!"
"Jena!"
"Jena!"
Ketiganya langsung bereaksi dengan gumaman Jena. Gadis itu langsung terlonjak karena seruan serentak dari ketiganya.
"Apa?" Jena malah memandangi mereka dengan bingung.
"Bukankah ucapanku benar adanya?" Ia malah melirik ketiganya semakin bingung.
"Kalian tidak curiga dengan alasan di balik bayaran mahal itu?" Jena memperhatikan ketiganya dan menyampaikan hal yang ia curigai.
"Kalau aku sih tidak akan percaya begitu saja." Jena kembali bergumam.
Dengan geram, Jeni menghampiri kembarannya itu dan memukul lengannya kuat.
'Plak!'
"Akht!"
Jena mengaduh karena pukulan Jeni tidak main - main. Ia melirik Jeni kesal. Yang di balas oleh gadis itu dengan tajam.
"Pikiranmu itu perlu di bersihkan!" Jeni memperingatkan. Kesal oleh ucapan Jena sejak tadi.
"Aku hanya menyampaikan pemikiranku. Sangat mencurigakan jika kak Julia di bayar menyanyi sama seperti penyanyi terkenal. Jadi wajar jika aku curiga bukan?" Jena tidak mau kalah, malah semakin membara.
"Bukankah Tuan Xander sudah menjamin keselamatan kak Julia. Jadi mana mungkin pikiran burukmu itu akan terjadi!" Jeni membantah dengan cepat. Kesabarannya selalu diuji jika ia berhadapan dengan Jena.
"Ah! Aku memang tidak percaya dengan lelaki tua itu." Jena membalas santai.
"JENA!!"
Lengkingan suara Jeni yang menyebut nama Jena, di sertai dengan kekesalannya yang memuncak.
Siena dan Julia hanya bisa melongo melihat reaksi Jena soal tawaran ini. Dan keduanya lebih terkejut lagi dengan julukannya pada Xander.
"Apa sih Jeni." Jena ikutan kesal melihat reaksi adik kembarnya itu.
"Lelaki itu memang sudah tua bukan? Kita berusia 18 tahun. Dan lelaki itu 33 tahun! Selisih 15 tahun! Usia kita hampir separuh usianya. Jadi jelas ia memang sudah tua." Jena membeberkan dengan sengit. Siapa tahu Jeni lupa akan hal itu.
"Jena." Siena bersuara. Tidak suka dengan sikap sinis putrinya itu.
Jena langsung terdiam mendengar teguran itu. Langsung sadar jika ia telah berlebihan. Dan mama mereka tentu marah karenanya.
Tapi ia sejak awal memang tidak suka dengan Xander Jackson. Lelaki yang menjadi pemilik klub, dimana kakaknya bekerja.
Jena merasa lelaki itu penuh misteri. Seolah ada sesuatu yang di sembunyikannya.
Insting Jena selalu siaga jika membicarakan lelaki itu. Dan sekarang ia semakin curiga dengannya.
"Jena. Pak Xander adalah lelaki yang baik. Paling tidak itu yang kakak rasakan selama bekerja di klubnya 4 tahun ini." Julia mencoba menjelaskan.
Ia bisa melihat bagaimana Jena yang tidak menyukai Xander. Tapi ia juga tidak ingin Jena terus memelihara kecurigaannya pada lelaki itu.
"Jika bukan karenanya. Kakak tidak tahu bagaimana kehidupan kita bisa berjalan mulus. Bahkan kakak selalu berterimakasih padanya. Karena ia, kalian bisa sekolah dengan layak. Mama bisa berobat. Dan kakak bisa menjaga mama."
Jena semakin menunduk mendengar semua ucapan Julia. Kakaknya itu memang benar. Tapi, Jena selalu merasa ada alasan di balik itu semua. Itu yang membuat ia selalu curiga dengan lelaki itu.
"Jika bukan karena kebaikan pak Xander, Kakak tidak yakin bisa bekerja sebebas ini Jena. Meskipun kakak selalu mendapat cibiran dari orang di lingkungan kita. Tapi kakak tidak menyesal bekerja padanya. Ia benar - benar lelaki yang bertanggung jawab. Dengan menepati janjinya selama ini." Kembali Julia berkata.
"Seburuk apapun ia di luar sana. Tapi ia adalah lelaki baik yang mau membantu kita Jena. Jangan lupakan itu." Siena menatap Jena cukup tajam.
"Mama tidak mengajarimu untuk bersikap seperti ini, pada orang yang berjasa dalam hidup kita." Siena juga menambahkan.
"Maaf mama." Jena akhirnya bersuara, setelah terdiam cukup lama mendengar kemarahan mama dan kakaknya.
"Mama akan memaafkanmu. Tapi lain kali jangan bersikap buruk pada Tuan Xander seperti ini."
Jena mengangguk perlahan. Ia tidak berani membantah ucapan mamanya. Terlebih ia tidak ingin kedua wanita itu kecewa padanya.
Tapi dalam hati, ia masih tetap mencurigai Xander. Ia memilih diam dan mendengarkan pembicaraan mama dan kakaknya.
Mengacungkan tangannya yang terkepal erat pada Jeni yang mengejeknya. Dan membuat adik kembarnya itu melotot.
"Jadi apa keputusanmu Julia?" Siena menoleh pada putri sulungnya itu.
"Julia menerimanya mama. Acara itu adalah penggalangan dana untuk panti asuhan dan anak yatim. Yang akan hadir adalah pengusaha berpengaruh semua." Julia kembali menjelaskan.
"Pak Xander sudah mengatur semua fasilitas dan tempat tinggalku selama berada di sana. Jadi aku akan pergi." Julia menyampaikan keputusannya.
"Jika itu sudah jadi keputusanmu. Mama tidak akan melarangmu. Tapi kamu harus bisa menjaga diri. Mama hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu." Siena menatap Julia dengan senyuman.
"Julia ingin mewujudkan impian kita mama. Mempunyai usaha bakery kue sendiri. Dan dari bayaran itu, Julia bisa menabung untuk impian kita."
Binar mata Julia saat membicarakan impian itu membuat Siena tersenyum. Begitu juga dengan Jeni yang semakin antusias.
Ia bisa membayangkan jika mereka memiliki bakery sendiri. Ia beserta mama dan kakaknya itu akan bisa membuat aneka kue baru.
Melirik Jena yang tidak berbakat untuk membuat kue. Sepertinya saudara kembarnya bisa menjadi kasir. Ia bisa menakuti seseorang jika ada yang ingin berbuat curang.
Jena berbakat menakuti orang lain.
Jeni terkekeh geli dengan pemikirannya. Ia seketika diam dan geleng kepala, melihat tatapan ketiga yang lain tertuju padanya.
Sedangkan Jena yang memilih diam, telah mengambil tekad dalam hatinya. Ia akan menemui lelaki tua itu. Memperingatinya agar tidak berbuat buruk pada kakaknya, Julia.
Jena sangat yakin dengan instingnya. Lelaki itu baik pada Julia, karena ada sesuatu yang ia sembunyikan.
Dan Jena tidak akan membiarkan kakaknya terluka oleh perbuatan lelaki itu.
.........................
jadi strong woman Thor