NovelToon NovelToon
I Love You My Husband

I Love You My Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Terpaksa Menikahi Suami Cacat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Reinkarnasi / Mengubah Takdir
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rani

"Jika ada kesempatan kedua, maka aku akan mencintai mu dengan sepenuh hatiku." Kezia Laurenza Hermansyah.

"Jika aku punya kesempatan kedua, aku akan melepaskan dirimu, Zia. Aku akan membebaskan dirimu dari belengu cinta yang ku buat." Yunanda Masahi Leir.

Zia. Cintanya di tolak oleh pria yang dia sukai. Malam penolakan itu, dia malah melakukan kesalahan yang fatal bersama pria cacat yang duduk di atas kursi roda. Malangnya, kesalahan itu membuat Zia terjebak bersama pria yang tidak dia sukai. Sampai-sampai, dia harus melahirkan anak si pria gara-gara kesalahan satu malam tersebut.

Lalu, kesempatan kedua itu datang. Bagaimana akhirnya? Apakah kisah Zia akan berubah? Akankah kesalahan yang sama Zia lakukan? Atau malah sebaliknya.

Yuk! Ikuti kisah Zia di sini. Di I Love You my husband. Masih banyak kejutan yang akan terjadi dengan kehidupan Zia. Sayang jika dilewatkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#22

"Jelas-jelas tuan muda yang bilang di mana sih dia sekarang? Tapi kok malah aku yang-- "

"Ngomong apa kamu? Jangan ngedumel sendirian, Deswa."

"Ah, aku gak ngomong apa-apa kok tuan muda. Cuma sedang berkeluh kesah pada hujan yang-- " Seketika, ucapan Deswa terpotong. Karena saat ini, perhatian pria itu sedang teralihkan pada sesuatu, yang baru saja matanya lihat ketika melihat ke sisi jalan.

"Deswa."

"Tuan muda. Itu ... sepertinya nona Zia."

"Zia. Di mana?"

Setiap kali mendengar nama Zia, Yunan akan lebih antusias dan bersemangat dari pada membahas hal-hal yang lainnya. Jadi, semakin yakin pula Deswa kalau hal yang paling penting bagi tuan mudanya adalah gadis tersebut.

"Di sana, tuan muda. Di bawah pohon samping jalan sana. Nona Zia sedang main hujan-hujan di bawah pohon itu kek nya."

"Ngomong apa kamu, Deswa? Berapa umur gadis itu sekarang. Mana mungkin main hujan-hujan. Putar balik. Aku ingin melihatnya."

"Baiklah."

Mobil itupun langsung mundur dengan cepat. Dan, benar saja, yang sedang duduk di bawah pohon itu adalah Zia. Entah sudah berapa lama Zia berdiam diri di sana, seluruh tubuhnya malah sudah basah kuyup karena di guyur hujan.

"Zia."

"Itu benar Zia, Deswa. Cepat! Bantu aku turun. Aku akan menghampirinya."

"Lho? Jangan, tuan muda. Jangan turun. Hujannya terlalu lebat. Biarkan saja saya yang turun. Tuan muda tunggu saja di mobil."

"Tidak, Deswa. Jika aku tidak turun, aku tidak yakin kamu bisa membujuk Zia untuk masuk ke mobil. Zia itu agak keras kepala. Dia sangat sulit untuk di bujuk."

Seketika, Deswa terdiam. Hatinya berucap. 'Ternyata, tuan muda kenal nona Zia dengan sangat baik. Sejak kapan? Kapan tuan muda mengenal Nona Zia?'

Benak Deswa bekerja dengan sangat keras untuk memikirkan semua pertanyaan yang muncul dalam benaknya. Namun, jawaban dari pertanyaan itu sama sekali tidak ia temukan. Semuanya masih misteri yang tidak bertepi.

"Deswa."

"Tuan muda."

"Kenapa masih bengong? Bantu aku turun sekarang juga!"

"Ah, ba-- baik, tuan muda. Laksanakan."

Dalam hujan yang turun dengan deras-derasnya itu, Deswa membantu Yunan turun dari mobil. Setelahnya, mendorong kursi roda Yunan mendekati Zia.

"Kezia. Apa yang sedang kamu lakukan di sini? Apa yang ada dalam pikiran mu, Zia? Kenapa main hujan-hujanan?"

Zia yang sedang tadi tertunduk, langsung mengangkat wajahnya secara perlahan. "Kak Yunan."

"Zia. Ayo masuk mobil sekarang juga!"

"Gak mau. Pergilah! Aku mau tetap di sini."

"Zia. Jangan keras kepala. Kamu bukan anak kecil lagi, bukan?"

"Lalu kenapa kalau aku bukan anak kecil? Apapun yang aku lakukan, aku akan tetap melakukannya asal hatiku bahagia."

"Kezia. Ulurkan tangan mu sekarang juga."

"Gak mau."

"Kezia Laurenza! Ulurkan!"

"Nggak!"

"Astaga." Yunan berucap pelan. "Jika kamu tidak ingin mendengarkan apa yang aku katakan, maka aku akan panggilkan para anak buah untuk melakukannya."

"Deswa."

"Tuan muda."

"Panggil beberapa pengawal untuk menggendong Zia."

"Tidak perlu!" Bantah Zia dengan cepat. "Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu masih saja melakukan hal konyol sekarang?"

"Karena kamu yang memaksa. Aku tidak akan memikirkan rasa malu. Karena yang akan malu bukan aku. Aku hitung sampai tiga, jika kamu tidak mengulurkan tangan mu padaku, maka aku akan panggilkan pengawal untuk memopong kamu sampai ke rumah."

Zia terdiam. Benaknya berpikir lagi. Kenangan masa lalu langsung terbayang. Di masa lalu, ucapan Yunan memang bukan sebatas ucapan saja. Ucapan itu akan benar-benar Yunan lakukan.

Zia langsung merasa merinding. Sungguh tidak akan lucu jika pengawal itu benar-benar datang hanya untuk memopongnya untuk di bawa pulang. Wajahnya sudah tidak akan bisa ia selamatkan lagi.

Zia pun tidak punya pilihan. Ingin bertahan, tapi itu bukanlah pilihan yang harus ia ambil. Karenanya, dia pasrah. Memilih mendengarkan apa yang Yunan katakan. Mengulurkan tangan secara perlahan.

Seketika, tangan yang Zia ulurkan langsung Yunan tarik hingga si pemilik tangan sampai jatuh ke dalam pelukan Yunan. Wajah Zia seketika memerah. Namun, sebelumnya, Zia sudah menduga kalau hal itu akan terjadi. Soalnya, di kehidupan yang lalu, hal itu sudah sering Yunan lakukan.

Namun, walaupun begitu, tetap saja, debaran jantung Zia masih tetap terasa. Detak jantung yang berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya, langsung bisa Zia rasakan setelah tubuhnya jatuh ke dalam pelukan Yunan.

"Jangan nakal."

Zia hanya terdiam. Setelahnya, Yunan langsung mengeluarkan perintah untuk menjalankan kursi rodanya pada Deswa. Eh ... yang diberikan perintah masih dalam keadaan berkelana. Jadinya, perintah itu sama sekali tidak Deswa lakukan.

Bagaimana tidak? Dia yang sejak tadi jadi pengamat, tidak bisa untuk mencerna apa yang sedang terjadi di depan matanya saat ini. Si tuan muda yang dingin bahkan seolah tanpa emosi, tanpa ekspresi, bahkan juga bisa di sebut tidak punya perasaan. Yang biasanya lebih mirip patung atau robot bergerak. Sekarang memperlihatkan sisi yang berbeda. Sisi asli sebagai manusia yang punya perasaan dan juga punya segala kelemahan yang di miliki oleh manusia. Sungguh, ini adalah hal yang sama sekali tidak pernah Deswa bayangkan sebelumnya.

"Deswa."

"Deswa!"

"Tuan muda! Apa yang terjadi?"

"Apa yang terjadi? Kenapa kamu tanya aku? Harusnya, aku tanya kamu apa yang sedang terjadi pada dirimu. Dorong kursi rodanya. Segera kembali ke mobil."

"Baik, tuan muda."

"Turunkan aku, Yunanda."

"Kamu diam saja. Jangan banyak bicara. Jangan buat aku manggil pengawal untuk bawa kamu pulang."

Zia langsung terdiam. Tapi dalam hati, dia sedang mengomeli Yunan. 'Dasar pria suka bikin kesal. Di kehidupan dulu dan di kehidupan kali ini, kamu tetap saja sama, Yunanda Masahi. Tetap saja suka ngancam orang lain. Bikin kesal saja.'

Merekapun masuk ke mobil. Yunan langsung mengulurkan handuk ke Zia. Sedang dirinya, masih belum dia pikirkan lagi. Padahal, bukan hanya Zia yang basah. Dia juga ikut-ikutan

basah gara-gara guyuran hujan barusan.

"Aku gak papa."

"Keringkan saja rambutmu. Setidaknya, hingga kita tiba ke tempat-- "

"Aachim." Zia malah bersih. Ucapan Yunan langsung terpotong.

"Kepalaku pusing," ucap Zia lagi.

"Ber-- " Yunan menggantung kata-kata yang ingin ia ucapkan. Dia ingin meminta Zia untuk bersandar di bahunya. Namun, dia ingat bagaimana bencinya Zia di kehidupan yang lalu. Rasa itu membuatnya trauma untuk meminta sesuatu.

Namun, tanpa di Yunan minta, Zia di kehidupan kali ini langsung menyandarkan kepala di bahu Yunan. Ketika Yunan menoleh, dia melihat mata Zia terpejam. Satu tangannya ringan menyentuh dahi Zia. Tangannya yang dingin langsung bisa merasakan panasnya suhu tubuh Zia. Jantung Yunan langsung berdebar agak kencang.

"Suhu tubuhmu sangat panas, Zia."

"Deswa! Jalankan mobilnya lebih cepat lagi. Sepertinya, Zia sudah mulai demam."

"Baik, tuan muda."

1
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Patrick Khan
lgsg di acc carmer gk tu zia😄
Cindy
lanjut kak
Patrick Khan
yunan lgsg kawatir pikiran emaknya zia.lgsg bilang tidak tinggal sendiri😂😂😂
Rani: khkhkhkh ... iya lho. yunan pnuh pertimbangan kan yah
total 3 replies
Musdalifa Ifa
next up Thor 🙏
Rani: yuhu ... laksanakan 👍
total 1 replies
Cindy
lanjut kak
Rani: siap laksanakan 😘
total 1 replies
Musdalifa Ifa
suka banget ceritanya, semangat up ya Thor💪
Rani: yuhu ... 😘😘😘 makasih
total 1 replies
Cindy
lanjut kak
Rani: yuhu👍👍👍👍
total 1 replies
Patrick Khan
apa iya kena hujan bisa badan panas🤔🤔
Rani: gelamun apa kamu hayo?
total 5 replies
partini
ini dua duannya balik ke masa lampau
Rani: iya. mereka berdua sama. yg satu mau balikan. yg satu mau menghindar. gitu
total 1 replies
partini
wah keren cerita nya
Rani: makasih buanyak. ikuti sampai akhir yah
total 1 replies
partini
cinta bertepuk sebelah kaki nyesekk
Rani: kahkahkah... jaman sekarang udah main kaki aja yah. gak main tangan lagi🤣
total 1 replies
Patrick Khan
ratu maksa bgt..kesan nya gk ada cwo yg mw sm dia🤣🤣
Rani: wwkwkwkwkw... Yunan anak orang kaya mah walau lumpuh tetap aja dapat untung🤭
total 1 replies
Patrick Khan
lanjut
Rani: 👍👍👍👍😘
total 1 replies
Moh Rifti
up
Rani: 👍👍👍👍👍
total 1 replies
Moh Rifti
lanjut
Rani: yuhu....
total 1 replies
Moh Rifti
👍👍👍
Rani: 😘😘😘😘😘🤭
total 1 replies
Moh Rifti
next
Rani: 😍😍😍😍😍😍
total 1 replies
Moh Rifti
up👍👍👍😍😍
Rani: siap👍😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!