NovelToon NovelToon
Ketika Suamiku Pergi

Ketika Suamiku Pergi

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ni R

Ditinggal saat sedang hamil, Elma terpaksa bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhannya seorang diri. Yang lebih menyakitkan daripada sekedar ditinggal, ternyata suami Elma yang bernama Dion secara diam-diam menceraikan Elma. Dan dibalik pernikahan tersebut, ada kebenaran yang jauh lebih menyakitkan lagi bagi Elma. Penasaran? Yuk baca ceritanya....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Apa Maksud Dari Pesan Ini?

Keesokan harinya, saat senja meluruh perlahan ketika bayang-bayang sore memasuki sudut-sudut rumah kontrakan Elma. Suasana tampak tenang, tirai menutup separuh jendela, aroma masakan ringan dari dapur menyisakan kehangatan yang samar. Di ruang tamu, Elma duduk di sofa menghadap ke jendela, wajahnya pucat namun tenang, bibirnya tertutup rapat seperti orang yang sedang menimbang kata-kata sebelum benar-benar mengungkapkannya.

Pintu depan diketuk keras. Suara itu pecah menembus keheningan, lalu terdengar langkah kaki yang terdengar kasar di telinga. Elma mengangkat kepala. Ia mengenali langkah itu sejak jauh. Diana melangkah masuk tanpa permisi, wangi parfum mahal mengiringi kehadirannya, senyum sinis terlukis di wajahnya, seperti penguasa yang tiba di wilayahnya sendiri.

“Lihat siapa yang masih berani menampakkan wajahnya,” sindir Diana sambil menutup pintu di belakangnya. “Kau berani tinggal di sini setelah semua yang terjadi? Sepertinya kegelapan cocok untukmu.” Suaranya dingin, namun penuh hiburan bagi dirinya sendiri.

Elma menatapnya diam. Tidak ada kecemasan yang terlihat, hanya sebuah ketenangan yang menimbulkan rasa tidak nyaman pada tamunya. Diana mendekat dan menertawakan Elma dengan nada keras dan mengejek. “Tidakkah kau ragu berjalan-jalan sendiri? Kau kehilangan anakmu, Elma. Tidakkah itu membuatmu hancur? Aku hampir tidak percaya kau masih bisa berdiri.”

Perkataan itu dilontarkan seperti jarum tajam. Sejenak udara di ruangan bergeser, tatapan beberapa tetangga yang sedang melintas sempat menyelidik melalui jendela. Namun Diana tidak peduli. Ia menikmati momen saat ini, mantan kakak iparnya datang.

Elma mengangkat dagu pelan. Suaranya tenang namun terdengar jelas. “Sebenarnya, aku merasa lega,” jawabnya, kata demi kata diucap tanpa ragu. “Bukan karena rasa sedih semata, tetapi karena aku tidak perlu membesarkan anak dari darah keluarga yang kejam seperti Dion.”

Diana mendengus, matanya menyipit. Sekilas ekspresi geli muncul di wajahnya karena ia mengira mendengar suatu kebodohan. “Apa yang kau katakan hah? Kau bahagia karena kehilangan janinmu? Sungguh kejam dan menjijikkan.” Ia tertawa, namun tawa itu terasa memaksa, seperti tawa yang mengisi kekosongan.

Elma menatap tajam. “Aku bersyukur karena anak itu tidak akan mewarisi kebencian, kebiadaban, dan ketidakadilan yang diwariskan oleh garis keluarga kalian,” katanya. “Lebih baik bagi aku kehilangan anak daripada harus membesarkan seorang yang kelak menjadi cermin dari kebengisan mereka.”

Diana melontarkan ejekan lagi. “Kau bukan Tuhan untuk menentukan nasib seorang anak, Elma. Siapa kau untuk mengatakan seperti itu?” Suaranya meninggi, ia menikmati benar-permainan kata yang menyakitkan.

Elma menjawab tanpa naik suara, namun setiap suku kata melukai lebih dalam daripada teriakan. “Aku bukan Tuhan. Aku hanyalah manusia biasa yang pernah percaya pada seorang suami dan keluarga. Sekarang aku hanya menuntut keadilan, bukan untuk bayi yang sudah tiada, melainkan untuk kebenaran yang harus dipertanggungjawabkan. Dan jika hukum karma itu nyata, kelak kau dan Dion akan merasakan akibat perbuatan mereka.”

Diana mengangkat bahu, meremehkan. “Karma? Baguslah kalau kau percaya dongeng. Hidup kami berjalan baik karena kami tahu bagaimana mempertahankan posisi. Tidak ada yang akan bisa menenggelamkan kami. Kau hanya coba menghibur diri dengan khayalan.”

Elma memandang Diana lama. Mata keduanya bertemu, di dalam tatapan Elma ada kepedihan yang berubah menjadi keteguhan. “Jangan anggap hinaanku sebagai upaya menipu diriku sendiri,” ia berkata pelan. “Ini adalah sumpah untuk tidak membiarkan penderitaan ini berlalu tanpa bekas. Kau mungkin tertawa sekarang, tapi tawa itu akan pudar ketika kebenaran mulai diungkap.”

Diana tertawa lagi, suara yang lebih keras kali ini, seperti ingin menutupi kegelisahan yang tiba-tiba menerpa di tenggorokannya. Ia berjalan mundur, menoleh ke arah pintu. “Baiklah, kalau hati nuranimu membawa kebencian, biarkan. Tapi jangan salahkan aku kalau nanti kau hidup sendiri dengan kebencian itu,” katanya sambil menyikut ringan meja di dekatnya, isyarat kecil bahwa ia merasa dirinya berkuasa.

Sebagai isyarat meninggalkan, Diana melangkah ke ambang pintu. Sebelum benar-benar keluar, ia menoleh dan menambahkan dengan nada meledek, “Satu hal yang harus kau ingat, Elma, mereka yang hidup enak seperti kami tidak mudah runtuh. Jadi, simpanlah dendammu untuk diri sendiri. Karena sampai kapanpun, kau tidak akan bisa menghancurkan keluargaku."

Lalu Diana tertawa, membuka pintu, dan melangkah pergi. Suara tumit haknya menutup jarak antara mereka. Di luar, angin sore berhembus, membawa kabar yang sederhana, bahwa sebuah pertemuan berakhir tanpa ada yang berubah secara kasatmata.

Sesaat setelah pintu tertutup rapat, Elma tetap duduk. Tubuhnya tidak gemetar, sebuah ketenangan yang sunyi menggulung hatinya. Air mata mengalir pelan, bukan karena ia menyesali kata-kata yang diucapkan, melainkan karena ingatan yang kembali, malam-malam kesendirian, saat derita membentuk dirinya, saat ia merasa rapuh dan sepi. Namun di bawah air mata itu, ada pikiran yang bekerja, merajut langkah-langkah.

Ia menutup mata sejenak, mengingat perkataan Amar tentang bukti-bukti yang sedang dikumpulkan. Kebencian di dadanya tidak lagi menjadi bara yang hendak menghancurkan secara buta, ia merubahnya menjadi rencana yang dingin dan terukur. Membalas bukan berarti meniru kejahatan mereka, pikirnya. Keadilan yang ingin dicapainya harus bersih dari jejak kekerasan yang sama.

Di luar, Diana mengemudi dengan perasaan senang setelah menghina Elma. Namun tawa itu kini terdengar sedikit tercekat, ia menatap telepon genggamnya, membaca pesan-pesan yang masuk yang membuat dada Diana merasa berdebar.

"Apa maksud dari pesan ini? Kenapa dia mengatakan kalau Fira akan segera hancur?"

Diana mencoba menghubungi nomor tersebut, tapi ternyata tidak aktif. Tanpa membuang waktu, Diana memutuskan untuk pergi ke rumah adik iparnya, Fira.

Suasana rumah kontrakan kembali sunyi, hanya dentingan jam dinding yang mengingatkan waktu. Di luar, hari mulai meredup. Elma menatap ke arah jendela, melihat bayang-bayang yang memanjang. Keteguhan di wajahnya kini tidak lagi sekadar menggema dari luka, ia menjadi keputusan, suatu jalan panjang menuju pembuktian.

Di sudut hatinya, ia membiarkan satu bisikan kecil tetap hidup, bahwa tawa Diana suatu saat akan berubah menjadi gema yang pahit, bukan karena dendam yang melukai, tetapi karena kebenaran yang terkuak, yang menyingkap topeng-topeng yang selama ini menutupi kenyataan. Dan ketika waktunya tiba, Elma percaya, tawa itu akan lenyap bukan karena pembalasan kasar, melainkan karena keadilan yang benar-benar menegakkan dirinya.

"Dibandingkan dengan Dion, Diana adalah orang pertama yang harus dibuat menderita. Aku tidak ingin bersikap jahat, tapi aku hanya ingin mengembalikan apa yang sudah mereka lakukan kepadaku," ucap Elma dengan senyum sinis.

Terlebih lagi Amar sangat mendukung rencana balas dendam Elma karena pria itu tahu betul seperti apa rasa sakit dan penderitaan yang selama ini dirasakan Elma.

1
Sunaryati
Kutunggu Amar segera lakukan
Sunaryati
Lanjuut skin seru, semangat Elma
R Ni: sipp kakak🌻🌻🌻
total 1 replies
Sunaryati
Mudah- mudahan lancar
R Ni: iya kakak🌻🌻🌻
total 1 replies
Vay
💙💙💙💙
R Ni: 🌻🌻🌻🌻🌻
total 1 replies
reti
makin seru ceritanya
R Ni: makasih kakak👍🏻👍🏻👍🏻
total 1 replies
Dwi Agustina
Semangat Anar dan Elma💪💪💪👍
R Ni: yeee semangat 👍🏻👍🏻
total 1 replies
reti
nikahin elma aja amar biar ada yang melindungi, toh elma sdh cerai.
R Ni: nanti kak👍🏻👍🏻
total 1 replies
reti
jahat banget dion sekeluarga. klo emang gak mau sm elma ya udah toh sdh cerai..
R Ni: mereka halal di goreng👍🏻👍🏻
total 1 replies
Vay
💙💙💙💙💙
R Ni: 🌻🌻🌻🌻🌻
total 1 replies
Vay
💙💙💙💙
R Ni: 🍇🍇🍇🍇🍇
total 1 replies
Vay
♥️♥️♥️♥️
R Ni: /Watermalon//Moon//Moon//Moon//Moon/
total 1 replies
Vay
💙💙💙💙💙
R Ni: /Moon//Moon//Moon//Moon//Moon/
total 2 replies
Vay
❤️❤️❤️❤️❤️
R Ni: 🍨🍨🍨🍨🍨
total 1 replies
Vay
💜💜💜💜💜
R Ni: 🌻🌻🌻🌻🌻
total 1 replies
Vay
♥️♥️♥️♥️
R Ni: 🍧🍧🍧🍧🍧🍧
total 1 replies
Sunaryati
Balas mereka tapi jangan sampai hatimu dikuasai nafsu setan seperti mereka
R Ni: Memang akan dibalas👍🏻👍🏻👍🏻
total 1 replies
Vay
💜💜💜💜💜
R Ni: 🍓🍓🍓🍓🍓
total 1 replies
Vay
💜💜💜💜
R Ni: 🧋🧋🧋🧋🧋
total 1 replies
Sunaryati
Biarkan karma yang membalasnya Elma, kau bangkit dan tata hidupmu, tunjukkan pada mereka, kau mampu bahagia .
R Ni: halal balas dendam👍🏻👍🏻👍🏻
total 1 replies
Sunaryati
Bayi Fira jika lahir cacat atau mati, dan tak punya anak lagi, sedangkan Elma mendapatkan suami yang menyayangi dan memiliki anak yang baik
R Ni: jadi yatim piatu boleh lah🤦🏻‍♂🤦🏻‍♂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!