Apa jadinya jika seorang gadis bar-bar yang punya keahlian bela diri dan mampu mempergunakan berbagai macam senjata dengan baik, tiba-tiba tersedot pusaran waktu saat dirinya terjerembab pada lubang sumur yang dalam di tengah hutan saat dikejar oleh gangster.
Bukannya mati, tapi Aurora Valencia justru masuk ke dunia lain.
Di mana dia menemukan seorang lelaki berpakaian layaknya seorang pangeran sedang merintih kesakitan akibat luka di sekujur tubuhnya dan matanya.
Mata sosok pangeran itu mengeluarkan darah bagaikan telah ditusuk benda tajam yang mengakibatkan kebutaan permanen.
"Apakah ada orang, tolong aku." Ucap lelaki yang bernama Dexter Douglas dengan nafas terputus-putus.
Di waktu yang sama Aurora menemukan benda aneh berwujud seperti potongan kaca tapi saat disentuh, tubuh Aurora tersedot masuk ke dalam kaca yang ternyata terdapat sebuah ruangan luas penuh dengan hal-hal ajaib di dalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memasak Daging Rusa
"Kalian itu hanya babi hutan yang dibawa oleh mendiang Kakekku. Apakah kalian tidak mengenali pemilikmu?" Ucap Dexter pada babi hutan yang entah berjumlah berapa, yang jelas Dexter merasa dia sedang dikeroyok oleh lebih dari tiga.
Tiba-tiba suara erangan itu hilang karena semua babi hutan itu kini tengan menunduk dalam.
Ya, mereka akhirnya mengenali Dexter sebagai pemilik yang wajib dihormati. Tidak lama kemudian suara seperti manusia terdengar tapi sedikit aneh.
"Ada apa Pangeran Dexter datang ke hutan terlarang?" Tanya babi entah yang mana dan bagaimana mereka bisa bicara bahasa manusia.
"Calon istriku ada di sini, dia melarikan diri karena marah."
"Apakah kalian tahu di mana dia? Bantu aku mencari keberadaannya." Ucapnya tanpa ragu meminta tolong.
"Naiklah ke punggungku!" Salah satu babi berukuran besar mendekati Dexter. Setelah Dexter naik ke punggungnya, babi-babi itu pun pergi. Melesat secepat kilat menuju jantung hutan, di mana Aurora berada.
"Sudah sampai, sekarang panggil dia."
"Aurora, kamu di mana?" Teriak Dexter saat sudah diturunkan babi di bawah pohon tempat Aurora.
"Seperti suara Pangeran." Gumam Aurora. Kemudian gadis itu menengok ke bawah dan dilihatnya Dexter bersama dengan sepuluh ekor babi hutan.
"Kok kamu bisa bersama mereka? Apa mereka tidak akan menerkammu? Aku takut, mereka hendak memakanku."
Ucapan Aurora membuat Dexter marah. Lalu sepuluh babi hutan menunduk merasa sangat bersalah sudah membuat takut calon istri cucu pemiliknya.
"Maaf Pangeran, kami mengaku salah. Kami tidak tahu jika gadis ini calon istri Pangeran Dexter." Ucap babi hutan yang besar.
Aurora terkejut mendengar babi bisa bicara, hingga tubuhnya oleng.
Bruukkk...
"Aahhh..."
Tubuh Aurora menimpa Dexter, lalu mereka berdua sama-sama tersungkur di tanah karena para babi itu malah menyingkir menjauh.
"Astaga, kalian kenapa tidak menyelamatkanku. Kenapa malah pergi semua sudah tahu aku jatuh dari pohon." Ucap Aurora memarahi babi hutan.
"Kami tidak ingin ditimpa olehmu. Badanmu berat meski kelihatan kurus."
"Ya Tuhan... Kamu babi paling menyebalkan yang pernah aku temui. Kok kalian bisa bicara? dan tidak menyerangku lagi?" Tanya Aurora.
"Karena kamu calon istri dari Pangeran Dexter, cucu pemilik kami." Ucap babi besar itu lagi.
"Jadi, kalian adalah hewan yang dipelihara oleh pencipta ruang ajaib? Kakeknya Pangeran begitu?" Aurora memastikan.
"Benar, kami semua adalah hewan peliharaan Baginda Raja yang terdahulu."
"Pangeran, jika begitu bagaimana para budak itu menyelesaikan seleksi pemimpin?"
"Aku sedang melakukan perlombaan berburu babi hutan dengan tangan kosong. Apakah kalian mau membantu, atau merelakan saudara kalian jika ada yang berhasil menangkap salah satu di antara kalian?" Tanya Dexter.
"Jika itu diperlukan dan demi kepentingan Pangeran, maka kami rela. Ada puluhan babi di hutan ini, tapi hanya orang-orang tertentu yang bisa menangkap kami. Kami akan membantu proses seleksi, memastikan semua berburu dengan adil. Kalau begitu, kami permisi dulu untuk menyampaikan pesan ini kepada saudara-saudara kami." Ucap babi.
Setelah para babi itu pergi, Aurora dan Dexter saling diam. Aurora masih menyimpan sakit hati, sedangkan Dexter bingung mau bicara.
Tapi, Dexter adalah seorang Pangeran. Punya sikap tegas dan gentle.
"Aku minta maaf jika perkataanku menyakiti hatimu Aurora." Ucap Dexter.
"Tak apa, aku yang salah mencintai seorang Pangeran." Ucap Aurora.
"Aku akan tetap membantumu untuk menyelesaikan misi dan membalaskan dendammu. Tapi lupakan soal ajakan menikah, aku tidak bisa menjadi seorang istri seperti yang kamu mau. Aku sampai kapanpun akan tetap seperti ini karakter dan kepribadianku. Jadi maaf aku memang mencintaimu, tapi aku tidak bisa menjadi seperti maumu." Ucap Aurora tegas.
Greebbb...
Tidak disangka, Dexter langsung memeluk erat tubuh sang kekasih.
"Maaf, sekali lagi aku minta maaf karena telah menyinggung perasaanmu. Aku menerima kamu apa adanya, aku mencintaimu dengan semua kekurangan dan kelebihan yang kamu miliki. Jadi, ayo kita menikah secepatnya. Karena aku butuh kamu untuk menjadi pendamping dan pelengkap hidupku."
"Kamu tidak akan menuntutku bersikap anggun dan feminim kan Pangeran? Sungguh jika itu permintaanmu, aku lebih baik melajang seumur hidupku."
CUP
"Jangan bicara omong kosong, tidak akan aku biarkan kamu melajang karena aku akan menikamu." Semakin berani saja si Pangeran mengecup bibir Aurora yang membuat gadis itu melotot ingin mengamuk.
"Hanya kecupan singkat, jangan marah. Karena besok kita pasti menikah. Hari ini kita selesaikan misi menyeleksi para budak yang akan dijadikan pemimpin untuk setiap kelompok. Tapi, jika memang terlalu susah menemukan seorang pemimpin yang pas. Kita bagi beberapa kelompok saja. Tidak perlu menjadi kelompok kecil. Bagaimana menurut pendapatmu." Ucap Dexter.
"Ya sudah begitu juga tidak masalah, aku hanya takut jika terlalu banyak anggota satu pemimpin tidak bisa memimpin secara maksimal. Tapi kita akan gembleng mereka supaya bisa berfikir menjadi besar. Siapa tahu di masa depan, mereka akan menjadi panglima perang. Yang memimpin ratusan bahkan ribuan prajurit-prajurit terlatih." Ucap Aurora.
"Sekarang bagaimana kalau kita ikut mereka berburu, tapi aku ingin berburu rusa." Ucap Dexter semangat.
"Memangnya dengan kondisi kamu yang maaf buta masih bisa berburu?" Tanya Aurora merasa kurang yakin.
"Kita lihat saja, apakah aku bisa membawa seekor rusa gemuk atau pulang dengan tangan kosong." Ucap Dexter tidak merasa tersinggung.
"Okey... Karena aku adalah calon istri, maka tugasku hanya memasak. Kamu saja yang berburu rusa, aku mengikuti saja dari belakang. Nanti akan aku buatkan masakan spesial untuk calon suamiku ini." Ucap Aurora tersenyum sangat manis, sayangnya Dexter tidak melihat itu.
"Baiklah, calon istriku ayo kita berangkat. Satu... Dua... Tiga..." Ucapnya.
Tanpa Aurora sangka, benar saja Dexter bisa berlari tanpa melihat. Dia seolah mengetahui jika ada seekor rusa yang tengah mengintai. Tentu saja rusa itu pasrah, karena dia akan dimakan pemiliknya. Dengan cekatan, Dexter mengambil sebuah kayu panjang lalu membidik rusa itu tepat di perut gemuknya.
"Aku ikhlas kamu makan Pangeran."
Senyum bangga tersungging di bibir rusa jantan bertubuh montok itu. Dia sudah hidup di hutan terlarang ruang ajaib puluhan tahun. Jadi, rusa jantan tua itu merasa lelah karena kelamaan hidup.
"Bagaimana Aurora? Kita bawa pulang sekarang atau kamu masih ingin menangkap hewan yang lain lagi?" Tanya Dexter memberi sedikit tawaran.
"Apa ada kelinci di sini? Aku ingin membawa mereka semua ke gubuk tempat kita beristirahat. Bukan untuk aku masak, tapi ingin aku jadikan teman bermain." Permintaan aneh dari gadis tomboy.
"Hanya kelinci? Tidak mau yang lain, mungkin burung?" Tanya Dexter.
"Kalau ada harimau putih yang masih kecil, aku mau." Jawabnya.
"Kelinci... Datanglah kemari, calon istriku ingi memelihara kalian." Ucap Dexter.
Entah dari mana datangnya, puluhan kelinci lucu melompat mengelilingi Aurora. Ada yang putih, hitam, kuning, abu-abu semua menatap Aurora.
"Woww... Ini sungguh ajaib, tapi aku tidak akan bertanya lagi. Karena di sini ruang ajaib, semua serba ajaib." Ucap Aurora.
"Ayo... Kita pulang." Ajak Aurora.
Dexter menggendong rusa di punggungnya, sementara para kelinci berbaris mengikuti langkah Aurora menuju gubuk mereka.
Setibanya di gubuk yang dibangun seadanya dari ranting dan dedaunan. Aurora meminta para kelinci itu untuk tinggal di taman bunga yang ada di sekitar gubuk.
"Kalian tinggal di sini ya!"
Oeekkk
Oeekkk
Oeekkk
Terdengar suara bayi menangis, seketika Aurora terlonjak.
"Astaga... Aku melupakan adik-adiknya Axton, pasti mereka semua kelaparan." Gumam Aurora menggendong bayi itu.
Axton, Axel, Axelia, Axman, dan Axabel, lima bersaudara bernama Ax.
"Kamu mau minum susu? Tapi aku tidak punya susu sapi, atau susu kedelai." Gumam Aurora.
"Hmm... Bagaimana jika untuk sementara kamu minum air sungai dulu. Nanti akan aku buatkan susu kedelai, kita pergi ke pasar untuk beli banyak biji kedelai."
"Axelia dan Axman kalian lapar? Sabar dulu ya, kita akan makan setelah aku selesai memasak. Axelia gendong adikmu. Axman bantu aku bersihkan rusa." Ucap Aurora.
Sambil menunggu yang lain membawa hasil buruan sebagai bentuk seleksi. Aurora memasak satu ekor daging rusa yang diolah menjadi berbagai menu makanan yang menggugah selera.
"Kakak pandai memasak, aku juga ingin seperti Kakak." Ucap Axelia.
"Nanti aku ajari kamu memasak."
Tiba-tiba terdengar suara gaduh yang semakin lama semakin dekat.