NovelToon NovelToon
My Hazel Director

My Hazel Director

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Teen School/College / Cinta pada Pandangan Pertama / Romantis
Popularitas:686
Nilai: 5
Nama Author: redberry_writes

Ketika Victoria “Vee” Sinclair pindah ke Ashenwood University di tahun terakhirnya, ia hanya ingin belajar dari sutradara legendaris Thomas Hunt dan membuktikan mimpinya. Tapi segalanya berubah saat ia bertemu Tyler Hill, dosen muda yang dingin, sekaligus asisten kepercayaan Thomas.

Tyler tak pernah bermaksud jatuh hati pada mahasiswanya, tapi Vee menyalakan sesuatu dalam dirinya, yaitu keberanian, luka, dan harapan yang dulu ia kira telah padam.

Di antara ruang kelas dan set film, batas profesional perlahan memudar.
Vee belajar bahwa mimpi datang bersama luka, dan cinta tak selalu mudah. Sementara Tyler harus memilih antara kariernya, atau perempuan yang membuatnya hidup kembali.

Sebuah kisah tentang ambisi, mimpi, dan cinta yang menyembuhkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon redberry_writes, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 4 - The Reels

Vee

Sudah jam 8 malam.

Aku melirik pesan dari Chloe lagi “Kita tunggu di The Tavern ya.”

Kami seharusnya berangkat bersama, tapi Liam adalah orang yang sangat detail. Jadi banyak hal yang kami diskusikan terkait tugas untuk minggu depan. Setelahnya, aku harus kembali ke asrama terlebih dahulu, karena tidak mungkin aku membawa tas besar ini ke bar. Aku melihat pantulan diri di kaca kamar, sepertinya perlu ganti baju juga. Siapa tahu, aku bisa bertemu seseorang yang menarik perhatianku disana, seperti yang Chloe katakan.

Walapun sebenarnya aku ragu ada yang lebih menarik perhatianku saat ini daripada Tyler Hill.

Aku tidak mengerti. Kupikir makan malam kami di Laura’s Kitchen malam itu special. Setiap moment, setiap percakapan terasa berbeda saat itu. Tetapi di kelas hari ini, dia kembali menjadi orang kaku yang menyebalkan lagi.

Mungkin sebenarnya tidak ada yang terjadi diantara kami. Bagaimana pun, saat ini dia masih dosenku, dan aku mahasiswi nya. Mana mungkin ada sesuatu di antara kami. Mungkin aku hanya melebih-lebihkan saja. Dia hanya bersikap baik padamu, Vee.

Tapi tetap saja…Aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Untuk beberapa hal yang belum ku ketahui, dia selalu muncul di benakku, apapun yang kulakukan.

Aku berjalan mengikuti Lokasi The Tavern di maps, dan melangkah masuk kedalam. Bahkan saat ini, lelaki yang duduk di bar, mirip sekali dengannya. Tunggu dulu….itu memang dia.

Aku mendekatinya perlahan, masih ada kemungkinan itu bukan Tyler, dan aku tidak ingin mempermalukan diriku sendiri. Tapi semakin dekat ku sadari, rahang tegas, tatapan dingin, rambut diikat—Itu benar dia.

“Tyler.” Aku duduk di kursi sebelahnya

“Sinclair.” Suaranya tenang, berbeda dengan suaranya di kelas tadi.

Aku tersenyum gugup, “Karena kamu yang memintaku memanggil Tyler. Mungkin diluar, kita bisa bicara lebih casual saja, gimana? Kamu bisa memanggilku Vee. Kalau tidak keberatan”

“Vee.”

Caranya menyebut namaku entah kenapa membuat hatiku berdebar lebih kencang.

“Victoria adalah nama yang indah. Kenapa Vee?” Dia bertanya.

“Karena… Victoria terdengar terlalu elegant, formal. Dan aku merasa bukan orang seperti itu, lebih cuek, dan impulsif. Sejujurnya…aku nggak tahu, semua orang memanggilku Vee. Dan aku menyukainya” Ya, karena tidak ada yang lebih baik dari mengganti nama yang diberikan Richard Sinclair kepadaku. Tapi Tyler tidak perlu tahu itu.

Ia memperhatikanku sebentar, lalu bertanya “Lalu apa yang kamu lakukan disini?”

“Aku janjian dengan temanku. Ini The Tavern, kan?”

Tyler menghembuskan nafas perlahan. “Ini The Tavern Bar—simple dan tradisional bar. Mungkin maksud mereka The Tavern Club. Dimana banyak anak muda berdansa bersama sepanjang malam.

“Apa?” Aku membuka ponselku. Kali ini, Chloe menyertakan link lokasinya. Dan benar saja—aku salah tempat.

“Oh my God, kamu benar. Maafkan, aku harus segera pergi. Namun, senang bertemu denganmu disini, Tyler. Kita harus hang out bersama kapan-kapan”

Vee, kau baru saja mengajaknya hang out, lalu pergi begitu saja.

\~\~\~

Sepuluh menit kemudian, akhirnya aku tiba di lokasi yang disertakan Chloe di pesannya.

Begitu masuk, aku disambut oleh dentuman bass yang keras dan lampu yang berkedip mengikuti beat.

Chloe melambaikan tangannya begitu melihatku.

“Kamu terlambat sekali! Bahkan Liam sudah sampai satu jam yang lalu.”

“Liam?” Aku hanya kenal 1 Liam. Liam Carter, mahasiswa jurusan akting semester akhir, partner ku di kelas praktik penyutradaraan.

Chloe menarik tanganku menuju booth dimana ada 3 orang yang duduk disana. Salah satu diantaranya, benar Liam Carter. Di sampingnya duduk pria berambut gelap yang tersenyum lebar, dan seorang perempuan berambut coklat pendek bergelombang, yang entah kenapa rambut itu sangat cocok untuknya.

Chloe Davenport

Sophie Harper

Liam Carter

Ethan Hawkins

“Semuanya perkenalkan ini Vee,” Chloe berkata. “Vee, ini Liam, Ethan, dan Sophie.”

“Kita bertemu lagi, sutradaraku,” Liam menyapaku duluan sambil tersenyum ramah.

“Hello, hello! Sini duduk sebelahku,” Sophie berkata, sembari bergeser membuka ruang untukku duduk disebelahnya.

“Jadi ini dia Vee yang terkenal itu,” Ethan berkata, menjabat tanganku dengan dramatis, membuat semua orang tertawa.

Dentuman musik bergetar hingga ke lantai, lalu merambat ke dadaku. Aku duduk di samping Sophie, melihat sekeliling untuk merasakan atmosfer club yang berbau parfum bercampur dengan keringat. Suara tertawa dari booth sebelah, gelas berdenting, hingga sinar lampu neon yang berkelap kelip. Aku merasa malam ini akan jadi malam yang menarik, dimana banyak mahasiswa yang melepas penat dari kuliah dengan berdansa hingga larut malam.

Chloe mendekat ke arahku, setengah berteriak agar suaranya tidak tenggelam diantara musik yang menggema. “Jadi, Vee—Apa yang kamu inginkan malam ini? Tequila? Rum? Atau sesuatu yang non alkohol?”

“Surprise me!,” aku menyeringai.

Dalam hitungan menit, Chloe kembali dengan 1 nampan penuh berisi gelas shot, sementara Ethan membawa minuman lain di kedua tangannya. “Cheers untuk teman baru,” Ia berkata, menaikkan gelasnya tinggi-tinggi.

“Cheers!” Kami mengikuti arahan Ethan. Minuman itu membakar tenggorokanku sejenak sebelum menyisakan sensasi hangat di tubuhku.

Pembicaraan berlangsung dengan mudahnya. Liam menceritakan tentang Professor Hill mencecarku di kelas praktik siang tadi, Sophie bercerita tentang kelas scriptwritingnya, dimana salah satu mahasiswa disana menuliskan cerita berdasarkan Barney the dinosaur, yang membuat kami tertawa terbahak-bahak. Ethan, berulang kali menyerukan toast untuk banyak hal, seperti music, shots, bahkan Barney the dinosaur dari cerita Sophie.

Setelah beberapa saat, Chloe menarik tanganku. “Ayo, berdansa bersamaku!”

Lantai dansa penuh dengan kehidupan, lautan manusia bergerak sesuai irama music. Kilatan lampu disko membuat suasana makin hidup. Kami tertawa dan menari dengan lepasnya.

Ethan dan Sophie menghampiri kami beberapa saat kemudian, gerakan aneh Ethan membuat Sophie tertawa dengan keras hingga nyaris menumpahkan minumannya. Bahkan Liam, si actor. Ikut berdansa dengan gerakan ringan. Malam ini tidak ada tugas kuliah, atau proyek tugas praktik, hanya kami, 5 orang berusia awal 20 tahunan, menghabiskan malam bersama, melepaskan semua beban.

Tapi dibalik semua itu, aku menyadari hal yang mungkin tidak disadari orang lain.

Sophie dan Liam.

Mungkin tidak terlalu kentara, tetapi aku merasakan sesuatu yang lain diantara mereka berdua. Bagaimana kilatan mata Sophie berbinar setiap di dekat Liam. Liam dengan wajah seriusnya berubah jadi lembut di dekat Sophie. Bagaimana pembicaraan mereka berdua terasa lebih intim. Bahkan jika mereka terpisah, aku bisa merasakan mereka berdua bertukar pandang, dan saling mencari diantara keramaian. Okey, mereka terlalu cute. Aku merasakan benih-benih cinta bermekaran di The Tavern.

Chloe sibuk berdansa, dan Ethan sibuk mengajak semua orang di bar untuk toast dengannya… jadi tidak ada yang sadar dengan interaksi kecil itu, kecuali aku.

Dan sejujurnya? Memperhatikan mereka lebih seru dibanding DJ

Sampai saatnya kami kembali ke booth, berkeringat dan kehabisan nafas, Chloe berteriak dengan nafas terengah “Best night ever.”

Aku melihat sekeliling, Ethan tersenyum nakal, Sophie berkali-kali membetulkan rambutnya yang berantakan karena dansa, dan Liam minum dengan tenangnya. Saat itu aku merasa Chloe benar. Ini merupakan hari yang terbaik sejauh ini. Sebuah permulaan dari persahabatan penting di hidupku.

\~\~\~

1
Randa kencana
ceritanya sangat menarik
Abdul Rahman
Ceritanya asik banget thor, jangan lupa update terus ya!
Erinda Pramesti: makasih kak
total 1 replies
laesposadehoseok💅
Aku bisa merasakan perasaan tokoh utama, sangat hidup dan berkesan sekali!👏
Erinda Pramesti: terima kasih kak ❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!