Aruna hanyalah perawat psikologi biasa—ceroboh, penuh akal, dan tak jarang jadi sasaran omelan dokter senior. Tapi di balik semua kekurangannya, ada satu hal yang membuatnya berbeda: keberaniannya mengambil jalan tak biasa demi pasien-pasiennya.
Sampai suatu hari, nekatnya hampir membuat ia kehilangan pekerjaan.
Di tengah kekacauan itu, hanya Dirga yang tetap bertahan di sisinya. Sahabat sekaligus pria yang akhirnya menjadi suaminya—bukan karena cinta, melainkan karena teror orang tua mereka yang tak henti menjodohkan. Sebuah pernikahan dengan perjanjian pun terjadi.
Namun, tinggal serumah sebagai pasangan sah tidak pernah semudah yang mereka bayangkan. Dari sahabat, rekan kerja, hingga suami istri—pertengkaran, tawa, dan luka perlahan menguji batas hati mereka.
Benarkah cinta bisa tumbuh dari persahabatan… atau justru hancur di balik seragam putih yang mereka kenakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22.Pertengkaran
Maya masih tidak mengerti dengan ucapan Iren kepadanya , ia sibuk menelaah ucapan Iren kepadanya.
"Fitnah?... Maksud lo apa yaa?. " tanya Maya berkerut kening.
Iren tertawa sinis ,ia meletakkan tangannya di tepi westafel dan mencondongkan tubuhnya ke arah Maya, "Jebakan lo terlalu murahan untuk usia kita yang udah bukan anak kecil lagi. " ucap Iren yang membuat Maya mengerti sepenuhnya kemana arah pembicaraan Iren.
Maya mengangguk - aguk, menghentakkan satu tangannya ke atas westafel"Ooohh.... Jadi lo orang yang udah menyabotase rencana gue sama Raka?. "ucap Aruna, matanya memelototi Iren. Maya tidak peduli jika Iren adalah dokter senior di Rumah Sakit.
"Hmm... gue nggak merasa menyabotase rencana lo ,gue cuma membantu Dirga agar nggak terkena jebakan murahan lo. " balas Iren yang semakin membuat dada maya dipenuhi api kemarahan.
Maya mengepal tangannya kuat di atas Westafel. "Kenapa?.... " tanya Manya kemudian tawa kecil yang mengejek tergambar di wajahnya. "Lo cemburu?.... Atau lo kalah saing sama Aruna. Karna udah jelas Dirga bakal pilih Aruna di bandingkan lo yang hanya sebatas teman lamanya yang nggak seberapa itu . "
PAR!
Tangan Iren melayang ke wajah Maya begitu kata - kata itu keluar dari mulutnya.
"Jaga ya omongan lo!. "ucap Iren, wajahnya merah padam karna amarah.
Maya memegang pipinya yang memar, rasa panas masih terasa membakar setelah tamparan keras dari Iren mendarat di sana. Matanya berair bukan karena tangis, tapi karena amarah yang menyalak. Tanpa pikir panjang, Maya melangkah cepat, menjambak rambut Iren hingga kepala perempuan itu mendongak ke belakang.
Iren berteriak pelan menahan sakit, tapi tak mau kalah. Ia membalas dengan menarik rambut Maya dengan kuat, membuat wajah mereka berhadapan begitu dekat, napas keduanya memburu, penuh kebencian yang tak bisa ditahan.
“Lo pikir lo siapa, hah?! Lo bukan siapa-siapa buat Dirga!” geram Maya, suaranya bergetar karena emosi dan sakit yang bercampur jadi satu.
“Lo juga nggak punya hak maksa Dirga atau Aruna dengan cara murahan lo itu!” balas Iren, menarik lebih keras hingga kepala Iren terhentak ke samping.
“Berani banget lo bilang cara gue murahan...AAAAKKKHH!” teriak Maya saat Iren semakin kuat menarik rambutnya. Keduanya terhuyung, lalu terjatuh ke lantai toilet yang dingin.
Bugh!
Tubuh mereka membentur keras.
“AKKHHH!!” jerit Iren sambil menarik balik rambut Maya, membuat suara benturan, teriakan, dan isak marah bercampur di udara.
Orang-orang yang berada di dalam toilet langsung menjerit histeris, beberapa perempuan menutup mulut, sebagian lagi berlari keluar mencari bantuan. Tak ada yang berani melerai, hanya tatapan kaget dan ketakutan yang memenuhi ruang itu.
Kegaduhan itu terdengar hingga ke luar, membuat beberapa pengunjung Restoran berhenti, menatap ke arah sumber suara. Aruna yang masih menyantap sea foodnya bersama Dirga langsung ikut berlari ke arah toilet mengingat Iren dan Maya juga ada di dalam toilet.
Namun saat sampai di toilet Aruna justru terbelalak begitu melihat Maya dan Iren lah yang menjadu sumber kegaduhan itu.
“Maya?! Iren?!” Aruna berlari menembus kerumunan, diikuti Dirga yang sigap di belakangnya.
“Maya! Iren, berhenti!” teriak Aruna sambil menarik tubuh Maya ke belakang, sementara Dirga memegangi Iren yang masih berusaha melepaskan diri.
“Cukup!” suara Dirga tegas, napasnya berat. Tangannya menahan Iren agar tak kembali menyerang. Aruna menahan Maya dengan tubuhnya, membuat keduanya terpisah beberapa langkah.
Namun tatapan mereka masih saling membunuh, mata penuh bara yang belum padam.
Dirga menarik napas dalam-dalam, lalu menatap Aruna singkat. “Lo balik dulu ke rumah sakit pakai taksi ya Run. Bawa Maya!” serunya, nada suaranya dingin tapi jelas menunjukkan kendali penuh atas situasi.
Tanpa menunggu jawaban, ia menarik tangan Iren dan membawanya keluar dari toilet, meninggalkan kerumunan yang masih heboh.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di dalam mobil, Iren masih sibuk mengoceh tentang Maya dan kekesalannya yang belum juga reda. Tangannya gemetar kecil saat berusaha merapikan rambutnya yang kusut, lalu menepuk-nepuk pakaiannya yang berantakan akibat perkelahian tadi.
“Tarik napas dulu,” ucap Dirga tenang sambil menatap jalan di depan. “Abis itu buang pelan-pelan. Ulangi sampai lo tenang.”
Nada suaranya datar, tapi lembut.
Iren mengikutinya, menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Ia mengulanginya beberapa kali sampai napasnya lebih teratur, walau dadanya masih terasa berat.
Dirga menoleh singkat, lalu menyodorkan sebotol air dari cup holder.
“Nih, minum dulu.”
Iren menerimanya tanpa banyak bicara, meneguknya dua kali sebelum meletakkannya kembali di saku pintu mobil.
"jadi apa yang sebenarnya terjadi sama lo dan maya?. "tanya Dirga melihat Iren sudah sedikit tenang.
"Serius temen lo itu gila banget dia udah ikut campur urusan pribadi lo. "ucap Iren kembali terbakar amarah saat mengingatnya .
"Ikut campur urusan pribadi gue gimana, emang maya ngapain?. "tanya Dirga kebingungan.
"Maya berusaha buat ngejebak lo____"seketika kata - kata Iren tergantung di udara bibirnya tiba-tina mengatup saat ia akan membicarakan soal bunga yang di letakkan oleh Maya di atas meja Aruna tadi pagi bersama Raka.
"kalau gue kasih tau Dirga, nanti dia malah berpikir buruk soal gue yang ambil bunga itu dari meja aruna diam- diam dan membuangnya tanpa izin. "
"Apa lagi gue belum bisa pastikan hubungan Dirga dan Aruna mengingat mereka berdua udah tinggal di apartemen yang sama. "batin Iren.
"Maya ngapain Ren?. " tanya Dirga mengulang pertanyaan yang sama karna kata-kata Iren yang tergantung.
Iren menelan luda,mata membulat sempurna berusaha untuk mencari alasan karna tidak ingin mengatakan yang sebenarnya pada Dirga.
.
.
.
Bersambung
...~Maya ~...
Terima kasih sudah membaca bab ini hingga akhir semuanya. jangan lupa tinggalkan jejak yaa, like👍🏿 komen😍 and subscribe ❤kalian sangat aku nantikan 🥰❤
baru bab awal udah disambut ijab kabul aja 😁 selamat ya atas pernikahannya Aruna dan Dirga