Kata orang pernikahan cukup sekali dalam seumur hidup, tapi tidak dengan pernikahanku. Aku harus menelan kepahitan hidup saat mengetahui suami yang sangat aku cintai menghianati ku dan lebih memilih istri sirihnya.
Madu ku terlalu licik dan pintar dalam membalikan fakta, suatu malam dia memfitnah ku berakting seolah aku ingin menyakiti dia dan bayi yang dikandungnya malam itu juga tanpa ku sangka tanpa ku duga suamiku dengan tanpa perasan menjatuhkan talak 3 dan mengusirku dengan tragis.
Beberapa bulan setelah itu aku menikah lagi dengan seorang lelaki tampan dan mapan bahkan jauh segala-galanya nya dari mantan suamiku.
Suamiku yang kedua begitu dingin, egois dan arogan. Apapun yang dia inginkan harus sesuai, untuk awalan aku tidak mengerti seperti apa perasaanya padaku karna kami menikah bukan karna cinta melainkan demi kesembuhan Tante Lyra, Ibu dari suamiku yang kedua. Perjalanan cinta yang begitu panjang membuahkan hasil. Aku dan suami kedua ku bisa menemukan kebahagiaan yang utuh.
Author Akak Mei
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei_Mei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu di Kantor.
Sampai didepan mobil Kei bingung, apakah dia harus satu mobil dengan tuan bengis itu? Kei berdiri disamping mobil. Sekretaris Lee membukakan pintu belakang untuk tuan mudanya. Ken yang tahu bahwa maminya sedang memperhatikan mereka, berbisik kepada sekretaris Lee.
"Bukakan pintu juga untuk dia!"
"Baik tuan muda." sekretaris Lee menunduk hormat dan berlari kecil untuk membukakan pintu disebelah.
"Silahkan, Kei." ucap sekretaris Lee, dia pun ikut pintar berkamuflase, jika didepan nyonya besar dia akan memanggil nona tetapi jika hanya berdua dia hanya memanggil nama saja. Kei mengangguk dan masuk kedalam mobil disisi tuan Ken. Ku lirik tuan Ken tidak bereaksi apapun, dia hanya memejamkan matanya dan bersender dikursi belakang. Sekretaris Lee yang sudah masuk dibalik kemudi itu melajukan dengan pelan meninggalkan halaman rumah.
"Rapat pagi ini bisa diundur, Lee?" Ken bertanya pada Lee masih dengan mata terpejam.
"Sepertinya tidak tuan, pemimpin perusahaan Lexy grup meminta kita tepat waktu, karna beliau akan terbang ke Australia." Lee menjawab.
"Kenapa kamu tidak batalkan saja jadwal itu!" Ken menaikan intonasi bicaranya.
'Ternyata tuan Ken memang dingin kepada siapapun, dia memang suka pemarah jika tidak sesuai dengan keinginannya.' Kei hanya membatin.
"Kamu tidak ingat ini tanggal berapa!" Sekretaris Lee mengambil Notebook diatas dasboard mobil dan menghidupkan dengan tangan kirinya. Sedikit tercengang ketika melihat angka tanggal yang tertera disana. Raut wajahnya sedikit memucat.
"Maaf tuan muda, sungguh maafkan keteledoran saya." Sekretaris Lee merasa bersalah dan meminta maaf. 'Aku bingung, padahal dia tidak melakukan kesalahan apapun! kenapa harus meminta maaf? huh dasar aneh.'
"Biasanya aku mengunjungi rumah istri dan anakku pagi hari, kenapa kamu bisa teledor seperti ini!" kesal tuan Ken.
'Rumah istri dan anaknya? bukankah istri dan anak tuan Ken sudah meninggal? Apa dia diam-diam menikah lagi?' Sedari tadi Kei bermonolog dalam hati.
Tak terdengar obrolan lagi, tuan Ken masih berada diposisi yang sama memejamkan mata terlihat kesedihan diwajahnya. Ku perhatikan wajah tuan dingin itu, dia memang tampan dengan karismanya yang memancar, tetapi sayang sikapnya sangat dingin.
"Ehem..." sekretaris Lee berdehem, melirikku dari kaca spion depannya. Aku yang ketahuan sedang memperhatikan tuan Ken dengan cepat ku palingkan wajahku menghadap keluar jendela.
"Berhenti...!!" Suara tuan Ken menyuruh sekretaris nya untuk menghentikan mobil.
"Turun kamu!!" sentaknya padaku. Aku tak lekas turun hanya terbengong, padahal ini masih ditengah jalan lalu kenapa aku disuruh turun?.
"Kamu tuli! cepatlah turun!" kembali menyentak ku.
"Ta,tapi tuan? ini ditengah jalan, apakah aku harus turun disini? aku tidak tau perusahaan tuan ada dimana." ucapku memberanikan diri.
"Lee jelaskan!!" bukannya menjawab, Ken menyuruh sekretaris nya untuk menjelaskan.
"Kei, kamu harus turun disini. Kamu tidak mungkin ikut turun didepan Kantor, itu akan menimbulkan ansumsi para karyawan tentang siapa kamu dan ada hubungan apa tentang kamu dan tuan Ken. Didepan sana ada gedung tertinggi itu adalah gedung kantor milik tuan Ken." sekretaris Lee menjelaskan.
Kei hanya menganggukkan kepala, dan mengemasi tas dan tongkat sebelah tangan membuka pintu mobil dan mulai turun. Tak lama Kei turun, terdengar tuan Ken menyuruh sekretaris Lee melajukan mobilnya.
Kei melihat gedung yang dimaksud sekretaris Lee tadi ternyata masih sangat jauh dari tempatnya berdiri. Dia menoleh kekanan dan ke kiri tidak ada ojek atau angkutan umum, dengan menyeret kakinya berjalan menuju gedung yang menjulang tinggi.
Jauh berjalan sampailah didepan gedung yang menjulang tinggi, aku tercengang melihat bangunan gedung kantor didepan ku. 'Ternyata tuan Ken sangat kaya.'
Sampai di loby kantor seorang wanita sudah menghampiriku membawa paper bag, dia menyerahkan itu kepadaku.
"Kamu OB baru 'kan? ini gantilah pakaianmu, cuma OB saja pakai berdandan seperti itu!" kata wanita itu. Aku tidak terlalu memperdulikan ucapnya.
"Mbak, tunggu!!"
"Apalagi?"
"Toiletnya sebelah mana?"
"Kamu lurus aja kesana, nanti belok ke kanan. Tak jauh dari toilet ada ruang OB nanti kamu minta bantuan yang lainnya untuk memberitahu apa pekerjaanmu."
"Baik, terima kasih mbak." aku berjalan mengikuti arahan tadi. Tak lama berganti baju aku mencari-cari ruangan OB.
"Permisi, saya OB baru disini." ucapku didepan pintu sebelum masuk keruang itu.
"Hay, kenalin aku Dewi. Kemarilah, tuan Lee sudah memberitahu kami kalau ada OB baru yang akan bergabung disini."
Aku mendapat tugas membersihkan lantai 20. Saat mengepel lantai, samar aku mendengar suara yang sangat familiar ditelingaku, meski sudah lama tak mendengar tetapi aku sangat hapal itu suara siapa.
Saat aku memandang ke depan, tampak dua manusia tak punya hati itu juga kaget melihat aku ada disini.
Aku memalingkan wajahku tak ingin melihat mereka yang akan melewati ku. Rasa sakit ku masih ada untuk mereka, teringat malam pengusiran itu. Begitu kejam mantan rivalku itu memfitnahku dengan sebuah kebohongannya yang licik.
"Ke,,Kei.." mas Izham lebih dulu memanggil ku. Aku diam saja.
"Aku kira kamu pulang ke kampung." ucapnya lagi.
"Sekian lama tak bertemu, harus bertemu wanita cacat ini lagi! huh, bener\-bener bawa sial hidup lu ya, hidup malang terus! sekarang jadi OB disini? hahha..." ternyata dia masih sama seperti yang dulu. Aku memandang tajam kearahnya, dia pun sama.
"Heh, aku emang cacat! tapi jangan lupakan kamu sedang mengandung, jangan kamu terlalu membenciku." ucapku sinis.
"Kamu!!! dasar wanita ular!! beraninya kamu berbicara seperti itu!!" Dia menunjuk tepat di wajahku.
" Kenapa memangnya? Heh, dan lagi, bukannya kamu lebih dari ular?" balasku.
"Hiiiih..." kesalnya, tangannya menggenggam kuat.
"Sabar sayang, ingat dengan kandunganmu. Sudah ayo pergi." kata mas Izham.
Mira masih memandangku tajam, saat berjalan dia menendang ember yang berisi air kotor itu hingga lantai yang aku bersihkan tadi menjadi kotor.
"Rasain lu." sentaknya.
Aku diam mematung, menghela nafas berat. Memandang kearah dua orang itu hingga menghilang. 'sekarang aku tidak menyesal berpisah dengan mu mas, kamu bukan orang yang pantas mendapat cintaku. Sekarang aku tidak akan memikirkan mu lagi, tidak akan mengingat kebersamaan kita lagi. Yang aku ingat hanya rasa sakit saat kau mencapakkanku.' aku menghapus air mataku, menerutuki air mata yang jatuh, kenapa harus menangisi dua orang itu.
Kembali aku membersihkan lantai itu, saat sudah selesai aku kembali keruang bawah.
Jam makan siang aku duduk dikantin bersama teman\-temanku yang baru. Untung mereka baik dan tidak mempersalahkan fisikku. Mereka sedang asik bercanda, aku asik dengan pemikiranku. 'Kenapa aku harus satu kantor dengan orang\-orang masalalu ku. Seperti membuka luka lama, bisa saja setiap hari kami bertatap muka.'
sampai 2 dokter sama perawat nya ketakutan semua. .. sampai mereka berdoa semoga tidak ada lagi anggota keluarga tuan ken yang sakit' lagi. ..
🤣🤣🤣🤣🤣🤣