Menukar Permata Dengan Batu Kerikil

Hari demi hari berlalu, Jasmine menjalani harinya seperti biasa melakukan rutinitas sebagai seorang guru dan juga sebagai seorang istri. Sikap Pras mulai berubah tidak lagi bersikap dingin kepada Jasmine sejak malam itu terjadi. Namun terkadang adakalanya Pras bersikap acuh tak acuh saat dia bersama Viona. Entah karena menjaga perasaan Viona atau dia ingin membangun tembok pembatas antara dirinya dan Jasmine.

Sejak malam itu perasaan Pras mulai goyah dan terbagi antara Jasmine dan Viona, namun Pras masih tidak bisa membedakan perasaannya pada Jasmine dan Viona. Dia merasa bimbang dan gamang dengan perasaannya sendiri, satu sisi.. Pras merasa nyaman ketika dekat dengan Jasmine namun di sisi lain Pras mencintai Viona setulus hati. Pras seolah tidak ingin kehilangan keduanya dan ingin terus memilikinya, namun restu dari kedua orang tuanya seolah menjadi tembok besar yang kokoh dan sulit di tembus untuk hubungannya dengan Viona.

Pras tahu.. Jika hubungannya dengan Viona di ketahui oleh orang tuanya terutama sang papa, dia pasti akan mendapatkan hukuman yang berat dari sang papa. Entah hukuman seperti apa yang akan Pras dapatkan jika papanya tahu bahwa dia telah mengkhianati Jasmine dan kepercayaan orang tuanya padanya. Berkali-kali Pras memikirkan tentang hal itu sampai dirinya tidak bisa tidur nyenyak, berkali-kali juga Pras memimpikan hal sama secara berulang mengenai mimpi buruk saat orang tuanya mengetahui tentang pernikahan ke duanya dengan Viona.

***

Di rumah Askara...

Pria gagah yang terlihat dominan itu sedang duduk di kursi kebesarannya, seolah ia sedang menunggu sesuatu dengan tidak sabar. Tidak lama kemudian seorang pria berjas serba hitam masuk ke ruangan tersebut. Tanpa menoleh pria itu tahu siapa yang datang menemuinya, tanpa basa-basi ia langsung menanyakan hasil pekerjaan pria itu tentang apa di mintanya.

"bagaimana hasil penyelidikan kamu mengenai Pras anak saya?!" ucap Askara dengan tegas.

"anda benar pak, pak Pras sudah menikah lagi secara siri dengan perempuan itu, terhitung sudah 1 bulan mereka menikah dan tinggal bersama dalam satu rumah" ucap pria berjas hitam itu.

"hah.. Kurang ajar memang anak itu, berani-beraninya dia menantang saya secara terang-terangan seperti ini. Dia sama saja menantang perang dengan saya" Askara berdiri dari kursinya sambil bersedekah dada.

"anak itu.. Rupanya tidak takut dengan ancaman saya, dia pasti berfikir jika ancaman saya hanyalah gertakan saja" Askara kemudian menoleh ke arah pria berjas hitam itu sambil menurunkan tangannya dari dada.

"kalian awasi terus pergerakan anak saya, apa saja yang dia lakukan dan siapa yang dia temui. Awasi juga perempuan itu dan cari tahu kelakuan busuk apa yang dia lakukan di belakang Pras dan kumpulkan bukti-buktinya. Serta awasi juga orang-orang yang ada di foto itu" Askara pun menunjuk sebuah amplop coklat yang ada di atas meja kerjanya.

Pria yang menjadi orang kepercayaan Askara itu kemudian mengambil dan membuka amplop tersebut di dalamnya terdapat foto-foto dari orang-orang yang menjadi target pengawasannya. Total foto tersebut ada sekitar 10 lembar terdapat foto beberapa orang laki-laki dan perempuan dan juga foto seorang anak kecil.

Pria berjas hitam itu menatap ke arah Askara dengan wajah bingung seolah tidak mengerti dengan instruksi dari sang atasan. Seolah mengerti dengan arti dari tatapan bodyguard nya Askara mengangguk dan kemudian berkata.

"kamu cari tahu informasi apapun mengenai orang-orang yang ada di foto itu serta awasi kegiatan mereka dan juga gali masa lalu mereka seperti apa. Setelah kamu berhasil mencari tahu semua itu segera laporkan padaku tanpa di ketahui oleh siapapun termasuk istri dan anak-anakku. Kamu harus menyembunyikan semua itu sementara waktu sampai kita menemukan bukti-bukti yang tidak terbantahkan" perintah Askara dengan penuh wibawa.

"baik tuan, saya akan kerahkan semua anak buah saya untuk mencari keberadaan mereka dan informasi tentang mereka secara lengkap dan detail. Setelah saya mendapatkan semua itu saya akan langsung melaporkan pada Anda" ucap pria berjas itu dengan mantap.

"baguslah, tolong kamu kirimkan informasi tersebut ke email yang saya tulis di belakang amplop itu. Itu adalah dark email yang bisa kamu akses dengan memecahkan kode sandi di web link yang akan saya kirimkan nanti. Dan tolong juga kamu gunakan ponsel itu sebagai alat komunikasi kita secara rahasia" Askara memberikan sebuah smartphone yang masih dalam kotak pada bodyguard nya.

"baik tuan saya mengerti, saya akan lakukan perintah Anda sebaik mungkin" ucap pria itu.

"baguslah, segera kamu lakukan perintah saya" kata Askara memerintah.

Pria itu hanya mengangguk kepalanya sebelum meninggalkan ruangan Askara, setelah di beri kode untuk meninggalkan ruangan pria itu pun lantas pergi dari sana meninggalkan Askara seorang diri di ruangannya. Askara pun berjalan ke arah jendela besar yang ada di ruangannya dan menatap jauh ke arah depan dari gedung berlantai 20 tersebut.

"kamu benar-benar menantang papa Pras, kamu lihat saja apa yang bisa papa lakukan untuk menghukum kamu. Sebelumnya papa sudah peringatkan kamu untuk tidak mengkhianati Jasmine, namun ternyata kamu sudah lebih dulu melakukan hal itu. Kalau kamu masih bersikeras untuk mempertahankan wanita lacur itu papa akan buat kamu menderita" ucap Askara bermonolog.

Askara pun memukulkan tangannya ke jendela dengan cukup keras sampai menimbulkan suara nyaring kemudian dia kembali duduk di kursinya dan mengambil sebuah telpon yang ada mejanya. Dia pun menekan sebuah tombol di telpon yang menghubungkan dengan sekretarisnya.

"tolong kamu kumpulkan berkas-berkas mengenai proyek yang sedang di lakukan oleh anak saya Prasetya dan bawa berkas itu ke ruangan saya secepatnya" pinta Askara di telpon.

"baik tuan" jawab sekretaris itu singkat.

Askara tampak emosi dengan apa yang di lakukan oleh putra sulungnya itu, putra yang dulu dia harapkan akan menjadi penerus perusahaannya kelak dan selalu dia banggakan karena kecerdasannya hampir sama degannya. Namun sekarang putranya itu malah membuatnya kecewa begitu dalam dan tidak lagi menaruh kepercayaan padanya.

**

Sementara itu di rumah Jasmine Rumi datang berkunjung untuk menemui menantu kesayangannya itu, tidak lupa Rumi membawa kue yang di sukai oleh menantunya itu dari toko langganannya. Setelah mobilnya terparkir carport rumah Jasmine Rumi pun segera turun dari mobilnya sambil membawa kue yang di belinya. Dengan langkah ringan Rumi berjalan ke arah pintu utama rumah itu dan kemudian mengetuknya.

Tok Tok Tok

"assalamualaikum Jasmine, ini mama nak" teriak Rumi dari luar rumah.

Tidak lama berselang pintu itu pun terbuka dan menampilkan sosok Jasmine yang tanpa memakai cadar membuka pintu itu dengan lebar dan menyambut sang mama mertua dengan senyum ceria.

"waalaikumsalam mama, kok mama datang tidak bilang-bilang sama Jasmine dulu" ucap Jasmine sambil memeluk mertuanya.

Rumi pun membalas pelukan menantunya dengan antusias. "kejutan sayang, mama memang sengaja tidak kasih tahu dulu sama kamu karena mama mu kasih kejutan sama kamu. Mama sudah kangen banget sama kamu sayang, jadi mama datang setelah mama selesai bekerja" kata Rumi setelah melepaskan pelukannya.

"ya sudah ma, ayo kita masuk ma" ajak Jasmine sambil membawa Rumi ke dalam.

"kamu bagaimana dengan Pras?! Apa kalian baik-baik saja?! Kalian tidak sering berantem kan?!" ucap Rumi setelah duduk di sofa ruang tamu.

"Alhamdulillah enggak ma, aku dan mas Pras baik-baik saja kok tidak ada masalah besar" jawab Jasmine dengan senyuman.

"ya, syukurlah kalau memang begitu, mama khawatir kalau kalian sering bertengkar atau bahkan Pras sering membuat kamu menangis" kata Rumi.

"enggak kok ma, mas Pras baik sama Jasmine. Eh iya.. Jasmine sampai lupa untuk menawarkan minum sama mama. Mama mau minum apa?!" ucap Jasmine menawarkan.

"teh saja sayang, oh.. iya.. Ini mama bawakan kue untuk kamu sayang, sekalian kamu bawa ya" Rumi pun menyodorkan sebuah kotak kue yang di bawanya pada Jasmine.

"loh.. Mama kok sampai repot-repot bawakan Jasmine kue, Jasmine jadi tidak enak sama mama" kata Jasmine malu-malu.

"tidak repot kok sayang, tadi sekalian mama mampir di jalan" jawab Rumi.

Jasmine akhirnya membawa kue itu ke dapur sambil menyiapkan secangkir teh untuk Rumi dan dirinya.