Deva, seorang gadis petakilan yang menjadi anggota bodyguard di salah satu perusahaan ternama. Meski tingkahnya sering kali membuat rekannya pusing, namun kinerja Deva tak bisa di ragukan. Pada suatu malam, Deva yang baru selesai bertugas membeli novel best seller yang sudah dia incar sejak lama.
Ketika dia sedang membaca bagian prolog sambil berjalan menuju apartemennya, sebuah peluru melesat tepat mengenai belakang kepalanya dan membuatnya tewas.
Hingga sebuah keajaiban terjadi, Deva membuka mata dan mendapati dirinya menjadi salah satu tokoh antagonis yang akan meninggal di tangan tunangannya sendiri. Akankah kali ini Deva berhasil mengubah takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eka zeya257, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Kuliah panjang yang memakan banyak tenaga akhirnya usai, Deva baru saja keluar dari ruang musik. Hari ini, Rora tak masuk hingga ia tak memiliki teman karena selama ini hanya Rora yang mau berteman dengannya.
Rasa lelah sekaligus haus mendera tubuhnya, ketika melewati lorong ia melihat seorang gadis dengan gelagat mencurigakan sedang berjalan menuju arah gudang.
Merasa penasaran Deva berniat mengikutinya Keingintahuannya mengalahkan rasa lelah yang menyelimuti tubuhnya.
Dengan langkah pelan, ia mengikuti gadis tersebut dari kejauhan, berusaha untuk tidak membuat suara. Gadis itu tampak ragu-ragu, sesekali menoleh ke belakang seperti mencari apakah kondisinya aman atau tidak. Deva merasakan detak jantungnya semakin cepat, hampir saja ia ketahuan oleh gadis itu.
Gadis itu berhenti di depan pintu gudang, memeriksa sekeliling seolah memastikan bahwa tidak ada orang lain yang melihatnya.
"Bukannya dia dari kelas psikologi?" gumam Deva setelah mengingat di mana pernah melihat wajah itu.
Ia menahan napas, bersembunyi di balik tiang besar yang ada di samping lorong. Pikirannya melayang, mencoba menebak apa yang sedang dilakukan gadis itu. Apakah ia terburu-buru melakukan sesuatu yang terlarang? Atau untuk bertemu dengan seseorang?
Setelah beberapa detik, gadis itu membuka pintu gudang dengan hati-hati dan melangkah masuk. Deva merasa ada dorongan kuat untuk mengikuti lebih jauh, ia berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa mungkin tidak ada yang salah dengan hanya melihat sedikit dari apa yang terjadi di dalam sana.
Dengan hati-hati, Deva melangkah mendekat dan mengintip melalui celah pintu yang sedikit terbuka.
Di dalam, suasananya gelap dan berdebu, tetapi Deva bisa melihat gadis itu sedang berbicara dengan seseorang. Suara mereka samar, dan Deva berusaha mendengarkan dengan seksama.
Akhirnya, dari dalam sana terdengar suara yang lebih nyaring. "Kita harus segera menyelesaikannya sebelum orang lain tahu!" kata seorang pria dengan nada tegas.
Deva merasakan bulu kuduknya merinding. Apa yang mereka rencanakan? kenapa harus sembunyi-sembunyi?
Tanpa sengaja, Deva menggeser kakinya, dan suara keras dari sepatu yang ia kenakan memecah keheningan ruangan tersebut.
Kedua sosok di dalam gudang langsung berbalik, Deva yang sudah kepalang tanggung ketahuan langsung saja membuka pintu gudang lebar-lebar.
Ia tersenyum tipis, "Lagi ngapain? kayanya serius banget."
"De ... Va?" ucap gadis berambut sebahu yang terlihat sangat terkejut.
"Wah, ternyata gue terkenal juga. Ah, ngomong-ngomong kayanya gue juga kenal sama lo deh." Deva meneliti pakaian gadis itu dari kaki hingga ujung kepala.
"Mana mungkin! gue sama sekali nggak pernah berinteraksi sama lo!" tegas gadis itu.
Deva terkekeh, "Gue nggak ngomong sama lo, tapi orang di belakang lo."
Pria itu, yang sebelumnya berdiri di belakang gadis berambut sebahu, kini melangkah maju. Wajahnya tampak serius, dan sorot matanya menilai Deva dengan tajam.
"Apa lo dengar apa yang kami bicarakan tadi?" tanyanya, suaranya dingin dan penuh ancaman.
Deva mengangkat bahu, "Hanya sedikit. Tapi ini tempat umum, kan? apa salahnya kalau gue penasaran dan ingin tahu apa yang kalian bicarakan?"
Gadis itu menatap Deva dengan kebingungan. "Kami... kami nggak bermaksud mengganggu siapa pun. D-dan ini nggak ada sangkut pautnya sama lo."
Deva merasakan ketegangan di udara. Ia menutup pintu gudang, dan menguncinya lalu memasukan kunci itu ke dalam saku celana jins-nya.
Ia melangkah lebih dekat, mencoba membaca ekspresi mereka. "Apa yang sebenarnya kalian rencanakan? ralat, siapa yang menyuruh kalian untuk mencelakai gue."
Pria itu mendekat, membuat Deva merasa tertantang, "Lo lebih baik pergi. Ini bukan tempat untuk lo."
"Kenapa? bukannya sekarang waktu yang tepat untuk adu skill secara langsung sama gue hm? Atau nyali lo mendadak ciut?"
"Lo bakal menyesal, Dev!" sentak gadis itu.
"Menyesal? haha, gue nggak punya penyesalan kalau itu menyangkut orang-orang yang ingin menghabisi gue." Sorot mata Deva, menunjukkan kilatan kebencian. "Jawab gue, siapa orang di belakang lo, Haikal! gue tahu lo yang tadi melempar vas ke arah gue, kan?"
jadi agak aneh crita nya
dan juga Daddy nya itu bukan nya sayang sama dia?
kalo memang si deva ini di fitnah dan dihina sedemikian rupa kenapa masih tetap berharap dan bertingkah sama keluarga nya?
katanya dia punya perasaan dan dia juga manusia tapi sikapnya ga sesuai sama apa yang di cerita kan
kesel banget
jdi kesannya kayak si Deva ini lebih menye menye dan agak lain yang didalam tanda kutip karakternya"kelihatan tidak sesuai sama penggambaran karakter awalnya" seolah olah di awal hanya sebatas penggambaran di awal saja
tapi tetap semangat ya authori💪