NovelToon NovelToon
Who Am I?

Who Am I?

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem
Popularitas:652
Nilai: 5
Nama Author: @Sanaill

Seorang mahasiswa cupu yang hidupnya terkurung oleh penyakit langka, menghembuskan napas terakhirnya di ranjang rumah sakit. Tanpa dia duga, kematian hanyalah awal dari petualangan yang tak terbayangkan. Dia terbangun kembali di sebuah dunia fantasi yang penuh sihir dan makhluk-makhluk aneh, namun dalam wujud seorang anak laki-laki berusia lima tahun bernama Ahlana. Ironisnya, dia terlahir sebagai budak.

Di tengah keputusasaan itu, sebuah Sistem misterius muncul dalam benaknya. Sistem ini bukan hanya memberinya kesempatan untuk bertahan hidup, melainkan juga kekuatan luar biasa: kemampuan untuk meng-copy ras makhluk lain beserta semua kekuatan dan kemampuan unik mereka. Namun, ada satu syarat yang mengubah segalanya: setiap kali Ahlana mengaktifkan kemampuan copy ras, kepribadiannya akan berubah drastis, menyesuaikan dengan sifat alami ras yang dia tiru.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Sanaill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22: Portal Kristal dan Bisikan Dunia Lain

Rencana Ahlana untuk tidak hanya bersembunyi, melainkan mencari tahu lebih banyak tentang "Proyek Genesis" dan para "Arsitek" itu, adalah keputusan berani yang membawa ketegangan baru bagi Elias dan Tetua Theron. Namun, mereka juga melihat tekad yang membara di mata bocah itu, tekad yang bisa menjadi harapan.

"Dimensi lain?" Tetua Theron mengulang dengan nada reflektif. "Dunia ini memang terhubung oleh benang-benang energi yang tak terlihat. Beberapa tempat, seperti Kristal Jiwa ini, adalah simpul energi yang kuat, jembatan samar menuju alam lain."

"Bagaimana kita bisa menemukan jembatan yang lebih jelas?" tanyaku. "Aku perlu informasi. Mereka menyebutku 'prototipe'. Jika ada prototipe lain, atau jika ada cara untuk menghentikan mereka dari sana, aku harus tahu."

Elias menatap Kristal Jiwa, lalu padaku. "Ada rumor tentang portal kuno yang ditinggalkan oleh ras kuno yang lebih tua dari Elf. Portal yang konon bisa membawa seseorang melintasi dimensi. Tapi itu hanya legenda, Ahlana. Dan jika memang ada, itu akan sangat berbahaya."

"Jika itu adalah satu-satunya cara, kita harus mencobanya," kataku, suara Ahlana yang keras kepala tak terbantahkan.

Tetua Theron menghela napas. "Kristal Jiwa mungkin bisa memberi kita petunjuk. Energi yang mengalir di dalamnya adalah cerminan dari seluruh benang dimensi. Tapi itu akan membutuhkan konsentrasi dan risiko yang besar. Kristal itu bisa menunjukkan apa pun, termasuk bahaya yang tak terbayangkan."

Malam itu, kami berkumpul di hadapan Kristal Jiwa lagi. Kali ini, Tetua Theron juga ikut. Cahaya kristal memancar lebih kuat, memenuhi gua dengan aura misterius. Aku mendekat, merasakan tarikan familiar.

"Fokuslah, Ahlana," Tetua Theron membimbing. "Biarkan pikiranmu menyatu dengan energi kristal. Jangan takut pada apa pun yang kau lihat, tetapi jangan biarkan itu menguasaimu."

Aku memejamkan mata, meletakkan telapak tanganku pada permukaan Kristal Jiwa yang dingin. Gelombang energi mengalir, lebih kuat dari sebelumnya. Gambar-gambar dan suara-suara berkelebat di benakku: hutan-hutan asing, kota-kota yang mengambang di udara, gurun pasir tak berujung, samudra kristal, dan makhluk-makhluk yang belum pernah kulihat. Ini adalah gambaran dari berbagai dimensi.

Kemudian, sebuah pola mulai terbentuk. Bukan gambar yang jelas, melainkan sebuah sensasi. Sensasi tarikan. Tarikan itu kuat, berulang, seperti denyutan jantung. Aku merasakan sebuah lokasi spesifik di suatu tempat.

[Sistem Reinkarnasi: Lokasi Anomali Dimensi Terdeteksi. Sumber Tarikan Kuat. Jarak: Sangat Jauh. Petunjuk: Energi Pulsar, Jejak Teknologi Kuno, Aura 'Arsitek' Samar.]

Energi Pulsar? Teknologi Kuno? Aura 'Arsitek' samar? Itu pasti tempat yang kucari. Sebuah portal.

Tiba-tiba, bisikan-bisikan asing menyeruak, bukan lagi bisikan Kristal Jiwa, melainkan suara-suara yang terasa lebih... elektronik dan dingin.

"Wadah... koneksi terdeteksi... aktifkan pelacak... lokasi terkunci..."

Itu suara para Arsitek! Mereka bisa merasakan koneksiku dengan Kristal Jiwa! Aku membuka mata dengan cepat, menarik tanganku dari kristal. Napas tersengal-sengal.

"Apa yang terjadi, Ahlana?" tanya Elias, melihat ekspresi terkejutku.

"Mereka tahu!" kataku, suaraku sedikit bergetar. "Para Arsitek itu! Aku merasakan mereka. Mereka bisa mendeteksi ketika aku terhubung dengan energi seperti Kristal Jiwa. Dan aku merasakan lokasi portal! Tapi mereka juga mendeteksinya!"

Wajah Tetua Theron menjadi muram. "Ini artinya, setiap kali kau menggunakan kekuatanmu terlalu jauh, setiap kali kau menyentuh inti energi dimensi, mereka akan lebih mudah melacakmu."

"Dan mereka sekarang tahu tentang Kluster Malam!" Elias menambahkan.

Aku merasa bersalah. Niatku baik, tapi tindakanku mungkin telah membahayakan Kluster. "Maaf," bisikku.

"Jangan minta maaf, Ahlana," kata Tetua Theron. "Ini adalah risiko yang kita ambil. Kita sekarang tahu lebih banyak. Dan kita sekarang tahu bahwa mereka semakin dekat. Kau telah memberi kita waktu."

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanyaku.

"Kita harus lebih cepat dari mereka," Elias menyahut. "Jika portal itu adalah jalan menuju jawaban, kau harus mencapainya sebelum mereka bisa menguncinya atau menjadikannya jebakan."

Misi Baru: Pencarian Portal

Keesokan harinya, suasana di Kluster Malam kembali dipenuhi persiapan. Bukan lagi hanya pertahanan, tapi juga persiapan untuk sebuah misi penjelajahan. Tetua Theron memberiku beberapa ramuan penyembuh dan alat-alat dasar untuk bertahan hidup di hutan, yang telah diberkahi dengan sihir Elf agar lebih efektif. Elias akan menemaniku. Anak-anak akan tetap di Kluster Malam, di bawah perlindungan Tetua Theron dan Elf lainnya.

"Kau harus menemukan portal itu, Ahlana," kata Tetua Theron saat kami berpamitan. "Dan gunakan kekuatanmu dengan bijak. Ingatlah, kendali adalah kunci."

Aku mengangguk. "Aku tidak akan mengecewakanmu, Tetua. Aku akan melindungi Kluster Malam."

Berpisah dengan anak-anak terasa berat. Lyra dan Finn memelukku erat. "Hati-hati, Ahlana!" kata Lyra.

"Bawa kami sesuatu yang aneh lagi!" seru Finn, yang masih mengagumi kemampuanku berubah wujud.

"Tentu saja!" kataku, berusaha tersenyum ceria.

Bersama Elias, kami sekali lagi menembus jalur rahasia Kluster Malam. Perjalanan ini berbeda. Kali ini, kami tidak hanya melarikan diri, tetapi juga mengejar. Mengejar jawaban. Mengejar nasibku.

Elias membawa kami ke arah yang ditunjukkan oleh Kristal Jiwa, mengikuti jejak energi yang samar yang masih bisa kurasakan di benakku. Perjalanan ini lebih menantang. Kami harus melewati hutan yang lebih lebat, mendaki tebing curam, dan menyeberangi sungai-sungai berarus deras.

Dalam perjalanan, aku terus berlatih. Setiap kali cooldown habis, aku akan meng-copy ras baru yang Elias deteksi atau yang Sistem tunjukkan. Aku menguasai teknik bersembunyi dari Rubah Malam (Level 11), kemampuan memanjat gunung dari Kambing Tebing (Level 13), dan bahkan insting melacak dari Anjing Hutan (Level 10). Setiap ras, setiap kemampuan, adalah alat baru dalam kotak senjataku.

Namun, di sela-sela latihan, bayangan para Arsitek terus menghantuiku. Mereka mendekat. Setiap beberapa hari, aku bisa merasakan bisikan mereka yang semakin kuat saat aku terlalu fokus pada Sistem. Aku tahu mereka sedang melacak sinyal energi. Ini adalah perlombaan melawan waktu.

"Ahlana," kata Elias suatu sore, menunjuk ke depan. "Kita sudah sampai. Menurut perhitunganku, portal itu seharusnya berada di balik tebing ini."

Di hadapan kami terhampar sebuah jurang dalam yang diselimuti kabut tebal. Di seberangnya, sebuah tebing raksasa menjulang, dan di puncaknya, aku bisa merasakan energi yang sangat kuat, seperti denyutan jantung kosmik. Energi Pulsar yang disebutkan Sistem.

"Itu dia," bisikku, merasakan campuran ketakutan dan antisipasi.

Namun, saat kami bersiap untuk mendaki, sebuah suara berderu memecah keheningan. Bukan suara dari hutan. Suara mesin. Di kejauhan, aku melihat kilatan cahaya. Sebuah pesawat terbang kecil, ramping, dan berwarna gelap, melesat di atas hutan. Pesawat para Arsitek. Mereka telah sampai.

Aku menatap Elias. "Mereka sudah di sini."

Elias mengacungkan tongkatnya, matanya tajam. "Kalau begitu, kita harus mendahului mereka. Tidak ada waktu untuk ragu, Ahlana. Ini adalah pertarunganmu."

Aku mengangguk. Pertarungan ini tidak hanya untuk Kluster Malam, atau untuk anak-anak. Ini adalah pertarungan untuk diriku sendiri, untuk takdirku. Dan aku akan memenangkannya.

To be continue......

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!