Salma dan Rafa terjebak dalam sebuah pernikahan yang bermula dari ide gila Rafa. Keduanya sekarang menikah akan tetapi Salma tidak pernah menginginkan Rafa.
"Kenapa harus gue sih, Fa?" kata Salma penuh kesedihan di pelaminan yang nampak dihiasi bunga-bunga.
Di sisi lain Salma memiliki pacar bernama Narendra yang ia cintai. Satu-satunya yang Salma cintai adalah Rendra. Bahkan saking cintanya dengan Rendra, Salma nekat membawa Rendra ke rumah yang ia dan Rafa tinggali.
"Pernikahan kita cuma pura-pura. Sejak awal kita punya perjanjian kita hidup masing-masing. Jadi, aku bebas bawa siapapun ke sini, ke rumah ini," kata Salma ketika Rafa baru saja pulang bekerja.
"Tapi ini rumah aku, Salma!" jawab Rafa.
Keduanya berencana bercerai setelah pernikahannya satu tahun. Tapi, alasan seperti apa yang akan mereka katakan pada orang tuanya ketika keduanya memilih bercerai nanti.
Ikuti petualangan si keras kepala Salma dan si padang savana Rafa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cataleya Chrisantary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kali ini nurut
22
“Ya karena aku gak mau cerai dari kamu, Salma,” ucap Rafa dalam hatinya.
Kalimat itu sebenarnya ingin Rafa katakan akan tetapi selalu tertahan di tenggorokannya. Seperti ada yang membuat Rafa menahannya. Padahal kalaupun di katakan secara langsung, tidak ada yang salah.
Perasaan seorang manusia tidak ada yang salah. Yang salah adalah reaksi manusia itu sendiri. Entah itu takut atau ragu. Terlalu takut untuk ditolak, terlalu ragu untuk mengungkapkan.
“Fa, kenapa gak kamu aja yang pura-pura selingkuh.”
“Kenapa gak kamu aja? Kamu udah kepalang di cap tukang selingkuh, kan.”
Salma terdiam menatap Rafa. Ia tersinggung dengan ucapan Rafa barusan. Karena baik dia maupaun Rafa tidak ada yang benar-benar selingkuh. Salma bukan tipe orang hobi selingkuh. Salma adalah tipe perempuan setia pada satu laki-laki.
Wajah Salma berubah drastis dan Rafa tahu saat ini Salma, sosok istrinya, sosok sahabatnya tengah marah besar karena ucapan Rafa barusan.
Tanpa bicara lagi, Salma lalu pergi ke kamarnya. Perempuan itu mengambil ponselnya dan yang tidak Rafa duga adalah Salma sekarang keluar lagi dari Kamarnya.
“Sal, mau kemana?” kata Rafa.
Tapi Salma tidak menjawab panggilan Rafa. Perempuan itu keluar dari rumah tanpa bilang apapun pada Rafa.
“Sal, mau kemana? Nanti kamu kesasar aku anter mau kemana?” Rafa mengejar Salma.
“Gak usah aku bisa pake maps. Aku cumlaude, aku gak bodoh!” kata Salma.
Perempuan itu menghilang turun menggunakan anak tangga. Rafa lalu menaikan bahunya membiarkan Salma pergi. Entah kemana yang pasti Salma pasti ingin menghilang sejenak dari Rafa.
Itu sudah menjadi kebiasaan Salma jika sedang marah maka ia harus keluar dari tempat yang membuatnya marah. Rafa melihat dari balkon Salma keluar hanya menggunakan coat tipis saja.
Rafa biarkan saja Salma, toh nanti juga Salma akan pulang dengan sendirianya. Perempuan itu tidak akan kelayapan seperti di Jakarta. Ini Canada, ia tidak memiliki siapapun di sini kecuali Rafa.
Sementara itu, Salma kesal bukan main akan ucapan Rafa. “Di cap sebagai tukang selingkuh?” ucap Salma kesal. “Yang benar saja. Gue bukan selingkuh tapi elo yang tiba-tiba bilang ke semua orang gue sama elo bakalan nikah. Sialan, kenapa harus gue lagi yang nanggung semua ini sih.”
Salma menggerutu sendirian. Ia berjalan tidak tahu arah. Dalam hatinya, yang penting ia sekarang menjauh terlebih dahulu dari Rafa. Jika ini di Jakarta sudah pasti ia akan pergi ke rumah Kalani sahabatnya.
Salma terus bejalan di luar. Rasa dingin mulai menusuknya badannya. Namun, ia teruskan untuk berjalan. Dan Salma tidak tahu ia ada di mana, yang pasti, sekarang ia berada di sebuah tempat di mana ada sebuah cafe-cafe kecil.
Karena Salma merasa kedinginan. Ia lalu masuk ke dalam sebuah cafe kecil. Memesan kopi beserta makanan lain. Salma duduk terdiam cukup lama disana sambil makan. hingga pas ia ambil dopet, Salma lupa ia belum menukar uang degan pecahan uang Canada.
Ia juga melihat kartu miliknya yang sialnya berada di dompet kecil miliknya di kamar. Salma kesal dan menepuk-nepuk kepalanya dengan menggunakan dompet miliknya. Kebodohan dia adalah menganggap ini adalah Jakarta.
Salma tidak memiliki siapapun disini dan di negara ini satu-satunya orang yang bisa menolongnya adalah Rafa. Gengsi rasanya menelepon Rafa tapi, Salma tidak ingin disebut maling atau lebih gilanya di sebut gelandangan apalagi di negara orang.
Rafa yang baru selesai mandi mendapatkan puluhan panggilan dan pesan dari Salma. Baru saja Rafa akan menelepon, Salma sudah meneleponnya kembali.
“Hallo.”
“Kemana aja sih dari tadi gak diangkat-angkat?” semprot Salma ketika mendengar suara Rafa.
“Aku baru habis mandi.”
“Jemput aku,” kata Salma. Suaranya penuh ragu tapi Rafa tahu, Salma membutuhkannya.
“Kenapa gak tau jalan? Pake maps aja, alamat rumahnya aku kirim sekarang.”
“Aku gak punya uang!” kata Salma lagi dengan penuh kesal. “Aku belum nuker uang. Dan... kartu-kartu aku ada di dompet kecil. Jemput aku sekarang aku kirim alamatnya!”
Panggilan lalu berakhir begitu saja. Rafa menatap ponselnya lalu tertawa lelaki itu menjatuhkan tubuhnya ke kasur mendengar Salma meminta di jemput perkara ia belum memiliki uang Canda.
“Salma... salma,” katanya.
Rafa tertawa karena menurutnya ini sangatlah lucu. Rafa buru-buru mengganti baju dan membawakan jaket untuk Salma. Lelaki itu lalu kembali tertawa karena jarak antara rumah yang ia tempati sekarang dengan jarak Salma berada hanya beberapa blok saja.
“Kamu Cuma punya aku aja selama disini, Salma,” katanya sambil tersenyum lagi.
Rafa menggelengkan kepala dengan senyuman merekah yang tidak pernah hilang dari bibirnya. Rafa keluar berjalan sambil membawa jaket untuk Salma. Lelaki itu menyusuri jalanan lalu berbelok sedikit dan terlihat dari luar Salma tengah duduk gelisah di sana.
Rafa sempat memotret Salma sebentar yang tengah duduk gelisah itu. Rafa kembali tersenyum karena wajah Salma yang tengah gelisah itu nampak begitu lucu di mata Rafa.
Rafa lalu masuk dan saat melihat Rafa, mata Salma seolah mengatakan lega. Perempuan itu menatap Rafa memelas tapi ada api kebencian serta gengsi yang terpancar jelas di mata Salma.
Rafa lalu duduk di depan Salma. Melihat pesanan Salma. “Selera makan kamu masih bagus ternyata.”
“Aku juga sebenarnya punya uang. Tabungan aku juga masih banyak dan cukup buat bayar makanan ini. Tapi aku gak punya uang Canada.”
“Iya, aku tahu. Mulai sekarang pakai kartu kredit aku aja, nih,” Rafa menyodorkan kartu miliknya.”
“Gak usah, gak perlu, uang aku masih banyak,” tolak Salma masih mengedapankan gengsi.
Meskipun sebenarnya Salma menyadari jika uang tabungan untuk membeli mobilnya pasti akan habis juga karena perbedaan kurs. Apalagi ia sekarang tidak bekerja dan tidak ada pemasukan apapun.
“Pake aja. Selama disini kamu tanggung jawab aku.”
Salma berdecak lalu memalingkan wajahnya. “Kita ini suami istri palsu Rafa.”
“Tapi kamu gak kerja. Uang kamu bakalan habis. Mau itu satu milyar sekalipun kalau gak kamu olah dan kamu pake terus-terusan pasti habis. Uang tabungan kamu simpen aja, selama disini kamu pake uang aku. Aku mohon, kali ini kamu harus nurut,” kata Rafa.
Salma lalu terdiam menatap Rafa sinis dengan menyilangkan tangannya di dada. Kesal tapi ucapan Rafa itu benar. Dan lagi Salma juga sudah berpikir tentang hal itu. Tentang kemungkinan uangnya akan habis jika terus-terusan ia pakai.
“Nih, pake. Cuaca di luar dingin. Coat kayak gini gak akan kuat nahan dingin,” Rafa lalu memberikan jaket pada Salma.
Karena ia tahu coat saja tidak akan cukup untuk menghangatkan tubuh Salma di cuaca yang akan masuk winter ini. Rafa lalu membayar dan mengikuti Salma dari belakang.
“Mau kemana?” tanya Rafa ketika Salma akan berbelok.
“Rumah!” katanya sinis.
Rafa tertawa lagi. “Belokan ke rumah bukan itu tapi di depan.”
Keduanya sampai di rumah. Salma lalu segera ke kamar membungkus dirinya karena hawa dingin. Salma menarik selimut meskipun rumah terasa sangat hangat.
Saat sedang membungkus dirinya, Rafa mengetuk pintu dan masuk. Lelaki itu menatap Salma yang sudah menarik selimut.
“Udah mau tidur lagi?” tanya Rafa masih berdiri diambang pintu.
“Apa?” tanya Salma masih dalam keadaan ketus.
“Aku mau ngomong sesuatu,” Ucap Rafa lagi.
Salma lalu tiba-tiba menatap Rafa. “Mau ngomong apa? Masalah cerai?”
Bersambung
Menurut kalian Rafa mau ngomong apa hayo?
Jangan lupa tap love yah