Siti tak bisa mencegah sahabatnya berbuat tak senonoh bersama kekasihnya di sebuah pemandian air panas Gunung Keramat.
Kejadian memalukan itu mengundang kemurkaan para penunggu gunung. Masyarakat setempat sejak dulu percaya ada sejenis siluman ular pertapa di tempat itu, yang mana jika menggeliat bangun longsor tercipta, jika membuka mulutnya maka mata air deras membuat banjir bandang melanda desa-desa di bawahnya.
Malam itu Siti yang nekad menyusul temannya ke pemandian air panas mengalami kerasukan. Rohnya ditukar oleh Siluman ular pertapa itu, Roh Siti ada di alam jin, dan tubuh Siti dalam kendali Saraswati Sang Siluman berkelana di alam manusia, berpura-pura menjadi mahasiswi pada umumnya.
Di alam manusia, Saras dikejar-kejar oleh Mekel dan Jordan, wakil presiden BEM dan Presiden BEM itu sendiri. Sedangkan di alam jin, Siti malah membuat seorang Pangeran harimau bernama Bhre Rakha jatuh hati.
Bhre Rakha mau membantu Siti mendapatkan kembali tubuhnya, asal mau menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Lions, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Abang Masukin Tiap Hari !?
Rakha tersenyum mendengarnya, "lho tumben, memangnya kamu bisa capek juga, Dek ?" tanyanya memandangi wajah cantik itu.
Siti berharap wajahnya yang sedang berkonspirasi menjebak Pangeran Rakha tak terlalu kentara, "ahahahaha, ya bisa lah, memangnya Tuhan gak bisa capek."
"Yaudah, nanti Abang bawain oleh-oleh lobster kukus, dimakan pake sambel jeruk nipis aduh enaknya," katanya menjanjikan.
"Aku jadi ngiler dengernya, Bang, nanti pulangnya jangan malem-malem ya," jawab Siti.
"Iya pasti," jawab Rakha melanjutkan makan.
"Hehehe nanti malam akan kuciduk tindak kriminalmu padaku, Bang," batin Siti sambil makan klanting.
"Sejauh ini Siti masih belum sadar dengan apa yang kulakukan padanya, aku harap dia akan terus begitu," batin Rakha sambil menggigit daging panggang.
Siti dadah-dadah di gapura saat rombongan Rakha berkuda ke pesisir meninjau budidaya lobster dan udang. Saat berbalik badan hendak langsung tidur suara anak-anak kecil memanggil merdu.
"Kak City !!"
Siti berbalik badan melihat dua makhluk kecil gemoy berbulu hitam bertaring. Tinggi mereka mirip anak umur 4 tahunan lah, secara fisik mirip boneka labubu tanpa telinga panjang. Semua anak-anak terlihat lucu tidak seram sama sekali, termasuk anaknya gendruwo.
"Eh Sugeng, Karmilah, sini ayo masuk !" sapa Siti melihat dua anak gendruwo yang waktu itu bermain layangan dengannya di alun-alun.
Sugeng menggandeng tangan adiknya Karmilah berlari semangat salim tangan Siti, "Kak City, akhirnya Kakak di rumah, kemarin-kemarin aku ke sini sama adek tapi Kakak gak pernah ada," kata si Sugeng.
"Oh kemarin-kemarin Kak City ikut Bhre Rakha keliling-keliling," jawab Siti dengan senyuman.
"Bapak sama Emak kami lagi nanam timun di sawah, Kak, katanya gak papa kami main di rumah Bhre Rakha asal nggak mecahin barang-barang," kata Karmilah mengikuti Siti masuk ke halaman.
"Oh jadi orang tua kalian petani sayur, kita main sebentar ya, soalnya Kak City mau bobok siang habis ini," jawab Siti.
"Kami juga mau bobok siang," jawab Sugeng.
Di tepi kolam ikan yang cantik ketiganya bermain bersama. Siti banyak bercerita tentang alam manusia yang ia rindukan, tentang Babenya, Nyak, tentang kampus dan teman-temannya. Karmilah merangkai bunga di rambut Siti sedangkan Sugeng mengobok-obok ikan gaib di kolam.
Tiba-tiba Sugeng terpana melihat kalung yang Siti pakai, "Kak City udah menikah ya ?" tanyanya.
Siti bingung mendengar pertanyaan itu, "belum kok, emang kenapa, Geng ?"
"Itu tandanya, kata Emak tanda kalau jin sudah menikah yang perempuan pakai mustika laki-laki, yang laki-laki pakai mustika jin perempuan," jawab si Sugeng polos sambil duduk di pangkuan Siti.
Siti meraba kalung di lehernya terkejut, "masak sih ? Kok gitu ?"
"Iya, kan kalau menikah harus tuker-tukeran mustika, Kak," jawab Karmilah menjelaskan.
Siti melihat leher kedua anak Wowo ini, yup, kalau dilihat-lihat memang semua jin akan pakai kalung mustika, itu bawaan lahir. Ia tak mengira jika pernikahan jin tandanya adalah dengan bertukar kalung itu. Rakha memberikan mustikanya pada Siti, ia bilang itu benda istimewa dan berharga miliknya.
"Rupanya gue dijebak selama ini, dasar pangeran kunyuuuk !" batin Siti geram.
Setelah puas main Siti pergi ke kamar untuk tidur siang, dua anak Wowo itu pun ikut tidur siang dengannya. Ranjang cukup luas, dan dengan kedua bocil ini Siti merasa aman, gak akan ada yang berani mengapa-apakannya selama ia tidur siang. Dan ia terbangun sekitar jam setengah 3 sore.
Sugeng dan Karmilah dijemput Bapak mereka yang pulang dari sawah. "Dadah Kak City, besok kita main lagi ya," pekik kedua anak setan itu.
"Iya," jawab Siti ramah.
Setelah itu Siti bergegas mandi sore dan berdandan menyambut kepulangan Rakha. Terang saja, makan malam hari ini istimewa, lobster paling besar warna merah itu, dan beberapa udang.
"Makanlah ! Lobster bisa menambah stamina dan daya ingat," kata Rakha melahap bagian ekor yang telah dibelah dua.
Siti dengan ragu-ragu ikut makan, "menambah stamina katanya, bikin nafsuan nggak sih ikan-ikanan begini ?" batinnya.
"Apa yang kau pikirkan ?" tanya Rakha di sela-sela makannya melihat Siti diam saja dari tadi.
"Ah enggak kok, gue cuman sering mimpi semingguan ini," jawabnya memancing. Siti mencoba memberi kesempatan terakhir bagi Rakha untuk jujur padanya.
"Mimpi baik atau mimpi buruk ?" tanya balik Pangeran bulu.
Siti jadi bingung sekarang, dibilang buruk nggak juga karena terkadang ia juga menikmati mimpi semacam itu, dibilang mimpi baik nggak juga karena dalam setiap mimpinya yang membingungkan ia bercinta, dengan seseorang yang sama sekali tidak ia kenal dan punya fisik tak wajar.
"Mimpi aneh," jawab Siti melirik wajah itu.
"Mungkin kau kelelahan atau terlalu banyak pikiran, kau sudah lama di sini, kau pasti merindukan kampung halamanmu, kalau kau mau aku bisa menyuruh pelayan membuat susu untukmu supaya tidur lebih pulas," jawabnya.
"Pembohong !" pekik Siti dalam hati.
"Ah ide bagus, nanti ntar aye sendiri yang ke dapur," jawab Siti memulas senyuman palsu.
Sebelum tidur bukannya memesan susu, Siti malah minta kopi, ia teguk kopi itu rakusly panas-panas sampai habis kemudian barulah ia masuk ke dalam kamar. Siti meringkuk, menutup seluruh tubuhnya dengan selimut meski ia 100% masih sadar.
"Klo emang bener gue diperkosa setiap malem sama Bang Rakha… gue… gue nggak akan maafin, liat aja lu Bang, nggak akan maafin," batinnya.
'Zleeeb," mendadak seseorang menembus masuk ke dalam kamar sekitar jam 10an, meski di alam jin ini gak ada jam, kurang lebih jam segitulah.
Siti langsung pejamkan matanya rapat dan pura-pura tidur. Rakha mendekatinya seperti malam-malam yang sebelumnya, "tumben tidurnya cantik nggak mangap," gumamnya.
"Anjiir lah ternyata bener apa kate Nyak Babe dan Yuli, gue klo tidur mangap," batin Siti.
Siti mulai mangap dikit biar meyakinkan. Rakha pelan-pelan membaca ajian sirep lagi, supaya apapun yang ia lakukan malam ini Siti tak akan bisa merasakan atau terbangun, sayangnya ajian ini hanya berfungsi pada orang yang sudah benar-benar tidur, pada kaum begadang ajian ini gak fungsi.
Kemudian Rakha mulai berjalan ke sebelah kanan ranjang, ia lepaskan sabuk dan gelang tangannya, juga sapit urang yang menempel di celana pendeknya. Siti mulai deg deg gan terlebih saat ranjangnya berderit.
"Bang Rakha diam-diam nidurin gue, shiit shiit !! Banjingaaaan !" pekik gadis ini dalam hati.
Rakha mulai nempel-nempel perlahan, menarik selimut yang dipakai sendirian itu agar bisa dipakai berdua, ia peluk Siti dari belakang erat, "anget rasanya, dan… dan ada yang keras nonjol," batin Siti.
"Emmh istriku sayang, aku cinta sama kamu, muuaaah muaaah, sayangku," ucap Rakha mulai menciumi pundak dan meraba-raba setiap lekukan tubuh Siti.
Siti membuka matanya, menggigit bibir bawahnya gemas, ia kepalkan tangannya berasa mah ngejotos preman pasar. Saat Rakha membalik badan Siti ke arahnya, sungguh kaget bukan main dirinya melihat mata Siti terbuka lebae melotot.
"Haaaah ! Dek, kamu… ternyata kamu belum tidur ?!" ucap Pangeran gemblung ini langsung menjauh.
Siti langsung meraih bantal dan guling, 'bugh bugh bugh bugh,' ia gunakan sebagai senjata menggebuki Rakha penuh emosi jiwa.
"Beluuum ! Ketahuan lu ye, brengsek lu bajingaaaaaan !!! Hih hih hih ! Rasain ! Rasaiiin," ucap gadis ini mengamuk.
"Aduh adduh ampun, Dek, ampun," ucap Rakha berusaha menangkis setiap serangan di atas ranjang ini.
Siti tak puas, ia gebukin tubuh Rakha, ia buat tengkurap kemudian ia berdiri injak-injak punggung itu. 'Brug brugh brugh brugh.' "Pantesan aja gue mimpi diperkosa tiap malem, ternyata elu yang merkosa gue !! Kebangetan lu, gue udah percaya ama elu, elunya malah ngelecehin gueee ! Hiyaaaaaakkk !!"
"Aaa ah aaaah aaaarghh sakit, Dek ! Stop stop ! Aku bisa jelasin, aku bisa jelasin," ucap Rakha ampun-ampun meski rasanya diinjak-injak begitu kayak dipijitin.
Rakha bangkit, Siti pun berhenti terengah-engah karena capek. Pentungan sakti milik Rakha pun lemes lagi padahal tadi sudah keras-kerasnya, ia berantakan, Siti juga berantakan rambutnya mirip Mak Lampir. Keduanya terduduk bertatap muka lama, tatapan Siti tajam sekali dan buas.
"Lu… sekarang ngaku lu sama gue, lu apain aja gue tiap malem hah ?!" ucap Siti menginterogasi sambil mencubit dada kiri empuk itu.
"Aww ! Nggak ngapa-ngapain, Dek, sumpah, demi Allah, cuman… yah cuman cium-cium aja," jawabnya.
"Cium ?! Apanya yang dicium ?" tanya Siti mencubit lagi.
"Aaah ! Ya.. semuanya, bibir, leher, trus…," jawabnya mengaku.
"Apa ?! Dada ?" tanya Siti galak.
"Ya semuanya lah yang bisa dicium termasuk yang itu," jawab Rakha melirik jarik yang melilit area bawah.
Siti mengambil bantal yang terseok di bawah dan menabok, 'buaaagh !' "Brengsek ! Trus ngapain lagi ?" tanyanya.
"Trus ya… raba-raba, jilat-jilat," jawab si Pangeran macan ini, ya namanya juga macan kan suka jilat-jilat gitu.
"Aaaah sialan ! Apanya yang diraba sama dijilat ?" tanya Siti kesal mencubit lagi.
"Aduh ! Semua, pokoknya semua," jawab Rakha mengusap-usap lengan dan dadanya, cubitan Siti sangat menyakitkan, sampai membekas kuku gitu.
Siti terdiam menatap wajah yang bersalah itu, "lalu… Abang masukin tiap hari ? Iya kan ? Abang udah ngambil keperawanan gue, iya kan ?!!!" bentaknya sambil memukul lagi dengan bantal.
"Enggak," jawab Rakha.
"Bohong !" ujar Siti tak percaya.
"Sumpah, kamu masih perawan, Sayang, aku cuman main-mainin aja, gak lebih, gesek-gesek," jawabnya.
"Oh ya ? Kok bisa keramas tiap pagi hah ? Ngapain keramas kalau nggak abis ngeluarin ya kan ? Abang kluarin di dalemku kah ? Iya ?!!" tanya Siti setengah berteriak.
"Sshhh ssttt, udah malem Sayang, jangan teriak-teriak gitu. Abang kluarin di luar, kamu masih perawan sumpah, Abang nggak masukin, nggak sampai begitu, masih bisa kukontrol," katanya.
"Lalu kenapa kemarin aku sampe keluar darah ?!! Hiks, aku nggak perawan, iya kan ? Jujurlah Bang Rakha ! Jangan bohong terus-terusan ! Semua bukti udah kuat," ujar Siti sampai berlinang air mata.
"Ya maaf, oke ? Aku minta maaf, aku gak masukin sumpah demi Allah, cuman aku geseknya terlalu kenceng jadi lecet berdarah kulitnya, mana lupa belom potong kuku, intinya.. aku nggak sampai masukin, aku kluarin di luar," jawab Rakha mulai turun dari ranjang dan keluar dari kamar lewat jendela.
"Ehh mau kemana ? Eh belom selesai," pekik Siti mengejar sambil melepaskan kalung di lehernya.
Siti cengkeram salah satu lengan Rakha dengan kasar kemudian ia genggamkan mustika itu, "ini, ambil mustika jelek ini ! Abang kira gue nggak tau apa artinya benda ini ?!"
Rakha menarik lengannya yang kesakitan, ia genggam kalung itu erat, lumayan sakit hati dibulang mustika jelek. Pasalnya mustika jin sama seperti jiwa, cinta dan hati jin itu sendiri, hanya orang istimewa yang akan memilikinya. Dihina begitu Rakha tak tahan lagi, ia sudah terlalu sabar menghadapi ke bar-baran seorang Siti.
"Jelek katamu ?" tanya Rakha.
"Iya, ambil aja balik, gue nggak butuh," jawab Siti tanpa memikirkan lebih dalam apa maksud perkataannya.
"Oke kalau gitu, kalau gitu mulai sekarang silahkan pergi dari sini ! Silahkan ! Silahkan pulang ke alammu dengan caramu sendiri, kau tidak butuh bantuanku, kau tidak butuh perlindunganku dan kebaikanku, pergi sana ! Kau punya akal, berpikirlah cara hidup sendirian di alam ini," ujar Rakha mengusir.
Siti tersentak mendengarnya, tak menyangka, "Abang nggak kasian sama aye ? Aye nggak bisa lah, Bang," jawabnya.
"Kasihan ? Kau hanya memikirkan dirimu sendiri selama ini, kepentinganmu sendiri, kau tidak pernah memikirkan perasaan orang lain yang banyak berkorban demimu, Siti. Kau tahu betapa menderitanya aku sejak kedatanganmu, betapa susahnya hidupku gara-gara cintaku padamu," ucap Rakha berapi-api.
Beberapa penjaga dan pelayan yang masih terjaga malam ini mencuri dengar percakapan itu. Beberapa dari mereka ada yang mengintip, ikut sedih akan pertengkaran. Resiko cinta beda alam ya begini, susah, penuh halangan. Siti sudah benar tak membiarkan Rakha menjamahnya, tapi itu membuat Rakha hancur lebur dan nekad melecehkannya malam-malam.
Rakha melanjutkan perkataannya karena Siti hanya terdiam menunduk, "kau tikam dadaku dengan penolakanmu, dan kau siksa tubuhku sampai gosong-gosong begini, kau kejam. Aku hanya membantumu, bukan salahku juga ular siluman itu kabur dari sangkarnya, itu ulah bangsamu, bangsa manusia yang suka berbuat maksiyat di dunia. Kau tahu bagaimana keadaanmu saat aku menemukanmu di dalam sangkar waktu itu ? Kau bugil, pingsan gak bangun-bangun, jika bukan aku tapi jin lainnya yang menemukanmu jadi apa kau ? Bisa-bisa dig@ng-b@ng sampai mati kau."
Siti mewek, "hiks, lalu apa ? Gue harus bagaimana ? Abang juga salah, kok malah lebih ngegas sih ngamuknya daripada gue ? Abang gak seharusnya begini, hiks hiks."
Rakha berjalan cepat pergi, Siti menarik lagi lengan itu sambil mengejar, "Abang ! Gue gak bisa ninggalin tempat ini, gue butuh bantuan Abang terus, plis Bang, hiks, plis jangan bikin gue susah."
Rakha membalik badannya dan menghela nafas sakit hatinya, "kalau kau memang ingin kembali ke alammu, syaratnya kau harus menikah denganku, menikahlah denganku walau hanya sehari semalam, baru kau akan kubebaskan, Siti," ucapnya menegaskan.
"Tapi… gue nggak bisa, Abang," ucap Siti lirih.
"Pikirkan saja dulu, wanita selalu terburu-buru memutuskan," kata Rakha melepaskan tangan Siti darinya sebelum pergi.
Siti terdiam dihempas angin malam yang dingin, dedaunan di atas pohon gemerisik, burung hantu pun diam tak mau interupsi. Sambil usap-usap air mata gadis ini kembali ke kamarnya untuk berpikir, ia lihat kamar itu berantakan, bantal jatuh semua di lantai, juga selimut, ada sapit urang dan sabuk Rakha tergeletak di atas meja.
***
Hingga pagi menjemput, Siti masih belum tidur, menangis hingga matanya bengkak saat sarapan. Rakha memandangi wajah cantik yang sedang makan ubi bakar pelan-pelan tanpa berbicara apa-apa. Siti juga terdiam enggan memulai pembicaraan.
Tiba-tiba seorang pengawal datang, "Bhre, ada surat dari baginda Raja."
Rakha mengangguk, pengawal memberikan amplopan bersegel resmi. "Bacakan untukku isinya ! Tanganku kotor kena ubi," ucap pangeran yang lagi kurang moody.
"Assalamualaikumwarohmatullohi wabarokatuh," ucap pengawal membaca.
"Waalaikumsalam," jawab Rakha dan Siti barengan.
"Anakku yang ganteng, Ayah dan Ibunda mengundang dua orang putri dari dua kerajaan untuk datang menginap di istana beberapa hari lamanya, Putri Tanjung Kenanga dan Putri Intan Badai. Kujamin kau akan ngiler melihat paras cantik mereka yang seindah kuntum bunga dahlia. Kau sudah cukup umur untuk menikah, dan kerajaan butuh penerus, jadi Ayah dan Ibunda yang menyayangimu ini berhendak agar kau menikah tahun ini juga dengan salah satu dari keduanya. Datanglah ke istana sore ini atau esok pagi, Ayah sudah mengirim utusan menggantikanmu sebagai Bhre di Jawa bagian Timur. Salam sayang, Ayah dan Ibunda," ucap pengawal itu membacakan lengkap.
Rakha dan Siti langsung saling berpandangan begitu isi surat selesai dibacakan. Siti sampai gemetar tak fokus makan, ubi itu mendingin begitu saja di tangannya. Ia mematung tak bisa berucap, tak bisa bergerak, ingin nangis lagi rasanya mata udah panas engap.
"Siapkan kereta dan kudanya kalau begitu," ucap Rakha tanpa melepaskan pandangannya dari gadis yang ia cintai setengah mati ini.
sama jin mau... sama nonis mau... udah lah .. Siti nggak ngasih kesempatan buat ku ngejelasin. dah ... pulang lah... dari pada sakit hati... orang yang kamu anggap teman juga nikung tuh...
si bunga kampus kan suka sama Jordan, kenapa nggak diungkap kebenarannya ya... aneh...
dgn berkbeka jualan mas dari raka kan lumayan tuh smpe anak siti mgkin 3th apa 5 th gtu
aku ikut bersedih atas Mekel...
biar pun nggak bisa ngelawan ortu tapi tetep Mekel yang terbaik...
Siti Nggak jujur, suatu saat pasti ketahuan juga kalo itu bukan anak Jordan.
emang ortu Jordan ngijinin Jordan log in ya... sanksi gw...
btw kak apa nanti anaknya berwujud atau gaib ya?