Seorang Gadis manja bernama Alena baru saja di usir oleh orang tuanya, mereka meminta agar anaknya bisa hidup mandiri dalam waktu tiga bulan. Namun tidak disangka semua ini sudah direncanakan oleh seorang CEO muda, yang ternyata sudah menyukai Alena sedari kecil namun tidak diketahuinya.
Bagaimana rencana selanjutnya sang CEO untuk mendapatkan hati gadis manja ini? ikutin terus up terbaru novel ini ya💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutia Lastari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alena Pulang :(
Percaya pada dirimu sendiri dan segala kemampuanmu sekecil apapun itu ~ Kim Namjoon
🍒
•Saat seokjin dan Alena tengah asik saling bergurau, tiba tiba ponsel Alena berdering. Setelah dilihat, ternyata orang tuanya yang menelfon.
"Orang tuaku menelfon, aku angkat dulu sebentar ya." izin Alena.
Raut wajah seokjin sebenarnya sudah terlihat malas, tapi dia berusaha untuk tetap mengizinkan Alena berbicara dengan orang tuanya.
"hallo Bu, ada apa?." tanya Alena menjawab telfon.
"Alena, waktu tiga bulan yang kita sepakati dulu sekarang sudah selesai. Ayahmu sekarang sudah mengizinkan kamu untuk pulang kerumah." ibunya menyampaikan dengan senang
Tapi reaksi Alena malah berbanding terbalik, pasalnya dia baru saja menemukan cintanya dengan menjadi istri seokjin.
Orang tuanya belum tahu atas pernikahan mereka, jelas Alena merasa khawatir dan juga bersedih.
*aduh gimana ini, ibu dan ayahku belum tau kalau aku sudah menikah sekarang. Jika aku pulang, maka aku akan segera meninggalkan om seokjin.* batin Alena bersedih.
"Alena, kenapa kamu nggak ngomong? Apa kamu kelewat senang ya?." tanya ibunya heran
"oh iya Alena, asal kamu tau. Nanti jika kamu pulang, ibu punya kabar yang lebih menggembirakan." tambah ibunya
"Benar, aku terlalu senang." jawab Alena datar
"Besok, ayahmu akan secara khusus memasakan makanan favoritmu. Oh iya jangan lupa bawa Irene pulang juga ya, sudahlah itu saja. Sampai jumpa." ibunya langsung mematikan telfon sepihak.
Alena masih merasa tak enak kepada seokjin, pasti dia juga sudah mendengar obrolannya barusan.
"Om seokjin, aku.." belum sempat Alena berbicara, seokjin langsung berdiri pergi meninggalkannya di ruang tamu.
Alena tahu, pasti dia sangat kecewa. Karena selama ini, dia tidak pernah mau jujur pada kedua orangtuanya kalau dia sudah menikah dengan seokjin.
Tidak lama kemudian, Irene lalu datang dan langsung memperhatikan wajah temannya itu. Dia Bingung, bukankah Alena sudah bersenang senang semalam?
Tapi kenapa sekarang dia terlihat sedih?
"Kenapa kamu terlihat murung sekarang?." tanya Irene masih memperhatikan wajah Alena dari dekat.
"Apa permainan om ku kurang memuaskan?." tanya Irene bercanda
"Om mu itu sangat memuaskan." jawab Alena sambil mencubit pipi Irene.
"Entah gosip darimana itu yang mengatakan om mu impoten." tambahnya.
"Kalau begitu, harusnya sekarang kalian menempel seperti lem perekat bukan? Kenapa ekspresimu sekarang malah seperti ini?." tanya Irene bingung
"Saat aku bersama seokjin tadi, orang tuaku menelfon. Mereka menyuruhku untuk membawamu pulang dan makan bersama, lalu aku sudah diperbolehkan untuk tinggal dirumah lagi." Alena menjelaskan
"Haaaa aku mengerti sekarang, Kalian akan segera berpisah ya? Pantas saja om ku marah. Cobalah nanti kamu bujuk dia, mungkin saja dia bisa mengerti." irene memberi usulan.
"Mungkin aku akan mencari waktu untuk memberitahu orang tuaku nanti. " balas Alena
"mengenai hal ini ,kita tidak bisa terlalu tergesa gesa. Jika orang tuamu beneran marah nanti, aku yakin kamu tidak akan bisa keluar rumah lagi." ucap Irene
Alena hanya mengangguk dengan raut wajah bersedih, lalu Irene mulai merangkulnya.
"Haihhh sudahlah, setidaknya ambil sisi positifnya. Bukankah kita akan memakan ayam panggang dan ikan kukus buatan paman. Wahh itu benar benar Favoritku." Irene malah berkhayal
*hmm aku akan membiarkan om seokjin beristirahat semalaman ini, besok baru aku akan mencoba menghiburnya dan juga jelasin situasinya.*batin Alena
//
Keesokan paginya, Alena berniat akan membujuk seokjin secara langsung dikamarnya.
Dia sedikit ragu, tapi jika terus didiamkan maka masalah tidak akan pernah selesai.
Tokk tokk tokk
Dia mengetuk pintu kamar itu namun tidak ada jawaban.
"Tuan seokjin, apa sekarang kamu punya sedikit waktu?." teriak Alena
Dia mendekatkan telinganya ke pintu untuk menguping, mungkin saja seokjin menjawab pelan.
Tapi setelah ditunggu cukup lama tidak ada jawaban dari dalam.
"Kalau kamu tidak menjawab, berarti ku anggap iya." Teriak Alena lagi
"Aku masuk ya?." Alena berteriak untuk yang terakhir sebelum dia masuk.
Lalu diapun secara perlahan membuka gagang pintu kamar itu dan mulai masuk kedalam.
Tapi saat dia sampai di dalam kamar, dia tidak melihat siapapun disana. Kamarnya kosong, yang terdengar hanya suara gemercik air dari kamar mandi.
"Apa om seokjin sedang mandi?." Gumamnya.
Tapi saat dia akan pergi untuk memeriksa, tiba tiba kepala pelayan keluar darisana.
"Kepala pelayan, apa kamu melihat tuan seokjin?." Tanya Alena
"Tuan seokjin sudah berangkat ke kantor sejak tadi pagi, apa tuan nggak bilang sama nyonya?." Tanya kepala pelayan itu balik
Alena hanya terdiam dengan wajah murung.
*Sepertinya om seokjin memang masih marah.* Batin Alena
"Mungkin tadi pagi dia terlalu buru buru, sehingga tidak sempat memberitahuku. Kamu lanjutkanlah pekerjaanmu." Ucap Alena ramah
"Baik nyonya." Kepala pelayan itupun langsung pergi.
Tidak lama kemudian, saat Alena masih terdiam di tempat. Tiba tiba Irene datang menghampirinya.
"Alena, barang barangmu sudah dibereskan atau belum? Sudah waktunya kita berangkat sekarang." Ajak irene
"Aku sudah membereskannya, aku ganti baju dulu sebentar ya." Balas Alena
"Hmm baiklah."
Mereka berduapun lalu pergi untuk bersiap siap.
Seokjin? Bahkan dia tidak ada ketika hari terakhir Alena disana.
Dia bisa mengerti, hati mana yang tidak sakit. Ketika baru saja saling mengungkapkan rasa cinta, tapi harus dipisahkan lagi karena keadaan.
//
Siang harinya, Alena dan Irene baru saja sampai ke kediaman orang tua Alena.
Mereka benar benar membawa semua barang barang Alena seakan dia pulang setelah sekian lama.
Mereka juga berakting dengan wajah lelah, agar orang tua Alena percaya kalau selama ini mereka sudah bekerja keras.
"Ayo cepat masuk.", ajak Alena
Ibunya langsung melihat ketika Alena datang, dia buru buru menghampiri putri kesayangannya.
"Yaampun putri kesayangan ku, akhirnya kalian pulang juga." Ucap ibunya senang sambil memeluk mereka bergantian.
"Pasti selama tiga bulan ini, kalian hidup sangat menderita. Lihatlah, kalian berdua sampai kurus seperti ini." Ibunya benar benar khawatir
"Iya bener banget ibu, hidup diluar ternyata menderita banget. Dikerjaan juga sering dipukul." Ucap Alena sedih
"Makan tak pernah kenyang, tidurpun kita tidak pernah nyenyak." Sahut irene
"Hmm." Mereka berdua pura pura bersedih yang membuat drama kali ini lebih terasa.
"Aihh ayok, hari ini ayahmu memasak banyak sekali hidangan makanan. Dan semua menunya adalah favorit kalian berdua." Ajak ibunya
"Ayo Tante, aku sangat lapar." Ujar Irene
Mereka semua lalu masuk kedalam rumah.
Alena lalu bertemu dengan ayahnya dan langsung memeluknya.
"Ayah maafkan aku, selama ini aku sudah banyak merepotkanmu. Maaf belum bisa membuat ayah dan ibu bangga." Ucap Alena
"Kamu sudah berusaha keras untuk hidup mandiri selama tiga bulan ini, itu sudah cukup membuat ayah senang." Balas ayahnya
"Sudahlah cepat makan, ayah sudah memasak untuk kalian." Mereka lalu mulai duduk di meja makan.
Pemandangan di depan mereka benar benar membuat perut keroncongan, semua hidangan lezat tertata dengan rapih.
Tanpa banyak bicara lagi, Alena dan Irene langsung menyantap makanan yang ada di meja makan dengan lahap.
"Lihatlah dua anak ini, mereka sangat kelaparan." Ayahnya tersenyum melihat tingkah mereka berdua.
"Ini semua salahmu, kamu malah menyuruh anak perempuanmu hidup mandiri di luaran sana tanpa uang sedikitpun. Entah berapa banyak penderitaan yang sudah mereka rasakan." Sahut ibunya kesal
"Setelah merasakan hidup diluar, apa kamu tidak merasa kalau mereka terlihat lebih dewasa sekarang?" Tanya ayahnya
"Hhhh, ayo nak makan lagi sayurnya ini." Ibunya mengambilkan banyak makanan untuk mereka
"Ayah, ibu. Bukankah kalian ingin memberitahuku sebuah kabar saat aku sudah sampai dirumah, apa itu?." Tanya Alena
"Apa kalian tau, keluarga Kim sudah menyerang keluarga sanjaya. Dalam waktu beberapa hari saja, aset keluarga sanjaya langsung hangus puluhan triliun. Mereka sudah sangat bangkrut sekarang." Ibunya coba menjelaskan
"Keluarga Sanjaya, bisnis mereka begitu besar. Bisa bangkrut begitu mudah?." Tanya Alena
Dia lalu mendekati Irene untuk berbisik.
"Om seokjin itu memang mengerikan jika sudah sekali ambil tindakan." Ucap Irene
"Aku sekarang mau lihat, bagaimana menderitanya raya dan keluarganya hihihi." Alena ikut berbisik juga, lalu akhirnya mereka cekikikan bersama.
"Keluarga Sanjaya memang kaya, tapi dihadapan keluarga kim mereka bukan apa apa. Ini juga bisa dikatakan sebagai pembalasan keluarga kita pada keluarga Sanjaya secara Tidak langsung.", ucap ayahnya
"Nak, lusa ayah dan ibu akan membawamu ke suatu tempat. Untuk mendatangi seseorang yang sudah menyelamatkan perusahaan keluarga kita dari kebangkrutan." Sahut ibunya juga
Alena langsung terdiam, dia tidak mungkin ikut karena yang ditemui mereka pasti adalah yang bersangkutan dengan seokjin
Dia lalu berbalik kearah Irene agar dia mau menjelaskan
"Tante, beberapa hari kedepan aku sepertinya akan sangat sibuk. Jadi aku tidak bisa ikut." Irene beralasan
"Haih, aku tidak akan memaksamu." Jawab ibunya
"Ibu, aku juga tidak bisa ikut. Bolehkah aku juga tidak pergi?." Tanya Alena sambil memasang wajah melas.
"Tidak, kamu harus ikut." Tegas ibunya
Hallo..
Apa kabar? Masih ngikutin cerita ini? Gimana malam pertama Alena seokjin??