Spinoff The Lost Emir
Nandara Blair, pembalap MotoGP dari tim Ducati, tanpa sengaja menabrak seorang gadis saat menghindari seekor kuda yang lari. Akibatnya, Wening Harmanto, putri duta besar Indonesia untuk Saudi Arabia yang sedang berlibur di Dubai, mengalami kebutaan. Nandara yang merasa bersalah, bersedia bertanggung jawab bahkan ikhlas menjadi mata bagi Wening. Bagaimana kisah antara Emir Blair dan seorang seniman tembikar yang harus kehilangan penglihatannya?
Generasi Ketujuh Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Rumah Sakit
Wening terbangun saat mendengar adzan subuh berkumandang di istana Al Azzam Blair itu. Gadis itu harus menyatukan nyawanya karena dia tidur sambil memeluk seseorang. Harum parfum Acqua de Parma yang mulai dihapalnya, tercium di hidungnya.
"Selamat pagi Wening," gumam Nandara membuat Wening terkejut karena suaminya tahu dia sudah bangun.
"Kok ... Tahu aku sudah bangun?" tanya Wening bingung sambil melepaskan dirinya dari pelukan Nandara.
"Tahu lah. Ayo, bangun, kita sholat subuh berjamaah," ajak Nandara. "Aku bantu Ning."
Wening benar-benar merasakan bagaimana dia diperhatikan oleh Nandara bahkan suaminya yang membantu ke kamar mandi, memasangkan mukena yang sudah disiapkan Habibah, serta menunggu sampai dia selesai mandi usai ibadah subuh. Nandara bahkan membantu istrinya memakai baju. Wening sebenarnya merasa malu, tapi Nandara seperti sudah sering melakukannya jadi dia pikir wajar sebab suaminya sendiri.
"Kamu curang Nanda! Kamu sudah melihat badan aku tapi aku belum melihat badan kamu," gerutu Wening guna menutupi rasa malu serta gugupnya.
Nandara tertawa kecil. "Lebih baik aku yang lihat daripada orang lain kan? Kecuali Habibah yang memang aku plot sebagai pelayan kamu. Kenapa Ning? Toh, anatomi semua perempuan sama?"
Wening cemberut. "Aku kan malu, Nanda!"
Nandara meraih tangan Wening. "Coba, tangan kamu sentuh wajah dan badanku, biar impas."
Wening diam saja saat Nandara menempatkan tangannya ke wajahnya lalu turun ke leher, dada dan perutnya yang keras serta kotak-kotak. Wening tidak menyangka suaminya memiliki tubuh yang bagus namun setelahnya dia tersenyum.
"Kamu kenapa tersenyum?" tanya Nandara.
"Aku merasakan perutmu yang six pack. Sempat terpikir, kok bisa ... Tapi aku baru ingat. Kamu kan atlet dan seorang pembalap jadi tentu saja kamu berolahraga bukan untuk fisik disaat perlombaan," jawab Wening dengan wajah memerah.
"Sudah kan? Impas ya Ning. Jadi kita sama-sama sudah melihat tubuh masing-masing dengan cara berbeda," kekeh Nandara.
Wening mengangguk. Entah mengapa cara Nandara membuatnya nyaman ini sangat romantis menurutnya. Bagaimana bisa pria seperti ini tidak playboy padahal semuanya mendukung.
***
Nandara menggandeng tangan Wening menuju ruang makan dan disana para sepupunya sudah berkumpul untuk sarapan. Mereka semua berada di ruang makan formal yang bisa menampung empat puluh orang untuk acara kenegaraan. Para Emir dan istrinya serta anak-anak mereka akan kembali ke negara masing-masing siang ini.
"Selamat pagi semuanya," sapa Nandara.
"Pagi Nanda, Wening," sapa semua orang dan mereka pun menyapa Direndra yang datang bersama Raana. Opa dan Oma tetua Blair Dubai itu merasa senang karena istana mereka ramai dengan para keponakan dan cucu.
"Kamu nanti jadi menemani Wening ke rumah sakit, Nura?" tanya Direndra ke adik iparnya.
"Jadi mas. Nanti aku, Charlotte dan Rania akan ke rumah sakit," jawab Nura.
"Dokter Oftalmologi kenalan aku juga sudah siap pergi bersama nanti. Namanya Dokter Elizabeth Rudolph, rekan aku dulu di Bellevue tapi pindah ke Dallas setelah aku pindah," timpal Rania. "Dia pengen ikut karena penasaran dengan kasus Wening."
"Titip ya mbak Rania. Jangan diajari bar-bar!" ucap Nandara.
"Kamu mau kemana?" tanya Shaera.
"Latihan lah. Lusa kan aku sudah mulai balapan. Minggu ini kan memang di Dubai," jawab Nandara.
"Kita nonton?" tanya Rauf ke para iparnya.
"Yuk! Tapi kita pulang dulu, masih banyak kerjaan," jawab Eren.
"Kamu harus nonton Ning! Kalau Nanda juara, dia sudah dipastikan juara dunia musim ini!" seru Diana heboh.
Wening mengangguk. "Iya mbak."
Dan keributan di meja makan pun berlanjut termasuk harimau peliharaan Rauf yang rencananya akan dikawinkan dengan harimau peliharaan Presiden Russia. Wening hanya bisa tersenyum mendengar percakapan dengan campuran bahasa Inggris, Arab dan Indonesia.
Benar kata Nandara, keluarganya sekacau itu.
***
Di rumah sakit, Wening menjalani sederetan test dan pemeriksaan intensif oleh dokter mata yang sebelumnya memeriksanya namun kali ini tandem dengan Dokter Elizabeth yang datang dari Dallas bersama dengan Rania.
"Bagaimana Rania? Dokter El? Dokter Aqil?" tanya Charlotte cemas setelah mereka mendapatkan hasil test Wening.
"Maaf Tante, tapi memang mata Wening tidak bisa dioperasi karena saraf yang rusak ini lebih delicate dibandingkan dengan kasusnya Tante Gemini. Ditambah, Dokter yang mengoperasi Tante Gem kan sudah meninggal. El sendiri adalah dokter ahli bedah mata juga ...."
"Ini memang tricky, Mrs Blair. Saya tidak yakin bisa melakukan operasi yang sangat ... Tricky karena chance nya 80:20. Dimana 80 persen buta permanen dan 20 persen bisa melihat tapi matanya menjadi tidak normal. Dalam arti akan minus dan itu bisa tinggi," potong Dokter Elizabeth Rudolph.
"Mataku sebelumnya normal," jawab Wening.
"Justru itu, aku tidak berani melakukannya karena sama saja membuat kamu lebih ... Apa istilahnya ... teruk ( buruk )," jawab Dokter Elizabeth Rudolph.
"Mentang-mentang yang habis pulang dari Malaysia, langsung pakai istilah teruk," cebik Rania.
"Jadi bagaimana ini?" tanya Nura.
"Saya setuju dengan Dokter Rudolph, Princess Blair. Memang kalau dioperasi pun akan melihat dengan bantuan kacamata dan itu pun belum tentu oke." Dokter Aqil menatap Wening yang hanya tersenyum.
"Oma, mommy, tidak apa-apa ...." Suara Wening membuat semua orang terdiam. "Aku ... menunggu donor saja. Bukan aku tidak percaya operasi tapi dengan perbandingan 80 dan 20, dengan kemungkinan besar aku tetap buta."
"Wening ...." Charlotte menggenggam tangan menantunya. "Maafkan mommy ya."
Wening menggeleng. "Tidak apa-apa Mommy. Ini sudah takdir Wening."
"Oke, jadi kamu lebih memilih donor mata, Ning?" tanya Rania.
"Iya mbak."
"Baiklah. Di Dallas memang ada bank mata ... Apakah di Dubai ada ?" tanya Rania.
"Ada Dokter Armstrong. Bagaimana?" jawab Dokter Aqil.
"Kita periksa kondisi Wening sekali lagi dan kita cari pendonor yang cocok di bank mata Dubai karena sejujurnya penjahat yang aku tangani agak seret ini jadi stok berkurang," jawab Rania cuek.
Semua orang melongo mendengar ucapan cucu Dokter Joey Bianchi itu.
"Astaghfirullah ... Rania!" seru Nura dan Charlotte.
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️
biarkan Wening bahagia dengan keluarga barunya..
Tp Alkhamdulillah, Allah titipkan Wening ke keluarga gesrek bin membagongkan tp penuh kasih sayang
Soal kebetulan mereka duitnya gak berseri, itu bonus ❤️❤️❤️❤️