NovelToon NovelToon
Dinikahi Duda Mandul!!

Dinikahi Duda Mandul!!

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Romantis / Janda / Duda / Romansa / Chicklit
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: Hanela cantik

Kirana menatap kedua anaknya dengan sedih. Arka, yang baru berusia delapan tahun, dan Tiara, yang berusia lima tahun. Setelah kematian suaminya, Arya, tiga tahun yang lalu, Kirana memilih untuk tidak menikah lagi. Ia bertekad, apa pun yang terjadi, ia akan menjadi pelindung tunggal bagi dua harta yang ditinggalkan suaminya.

Meskipun hidup mereka pas-pasan, di mana Kirana bekerja sebagai karyawan di sebuah toko sembako dengan gaji yang hanya cukup untuk membayar kontrakan bulanan dan menyambung makan harian, ia berusaha menutupi kepahitan hidupnya dengan senyum.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanela cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 1

Kirana menatap kedua anaknya dengan sedih. Arka, yang baru berusia delapan tahun, dan Tiara, yang berusia lima tahun. Setelah kematian suaminya, Arya, tiga tahun yang lalu, Kirana memilih untuk tidak menikah lagi. Ia bertekad, apa pun yang terjadi, ia akan menjadi pelindung tunggal bagi dua harta yang ditinggalkan suaminya.

Meskipun hidup mereka pas-pasan, di mana Kirana bekerja sebagai karyawan di sebuah toko sembako dengan gaji yang hanya cukup untuk membayar kontrakan bulanan dan menyambung makan harian, ia berusaha menutupi kepahitan hidupnya dengan senyum.

Pagi itu, mereka sarapan mie instan. Uap panas mengepul dari mangkuk-mangkuk sederhana di meja makan kecil. Arka, yang baru duduk di bangku kelas 2 SD, tampak mencoba menyembunyikan rasa laparnya dengan tersenyum tipis. Tiara, yang masih terlalu kecil untuk mengerti keadaan, duduk sambil mengayun-ayunkan kakinya, sesekali mengaduk mie-nya yang sudah mulai menggumpal.

“Kak, makan yang banyak ya… nanti kamu sekolah,” ucap Kirana pelan, menahan suara getar di tenggorokannya.

Arka mengangguk pelan. “Iya, Bu… tapi Ibu makan juga,” katanya sambil mendorong sedikit mie di mangkuknya ke arah Kirana.

Kirana tersenyum kecil meski hatinya terasa perih. “Ibu udah makan tadi. Ayo habisin.”

Padahal kenyataannya, ia belum makan. Hanya minum segelas air hangat sebelum menyiapkan sarapan ala kadarnya ini. Ia lebih memilih memastikan kedua anaknya kenyang meski hanya dengan mie instan.

Di sisi kirinya, Tiara mendongak polos. “Bu… nanti Tiara boleh ikut Ibu ke toko nggak? Tiara pengen lihat ayam kecil itu lagi.” Maksudnya, anak ayam milik pemilik toko yang kadang dibiarkan berjalan di belakang gudang.

Kirana tersenyum dan mengusap kepala putrinya. "Tiara disini aja yaa, nanti kalo ikut ke toko banyak pelanggan yang datang.”

“iya deh, Bu!” ucap Tiara pelan

Arka menggigit bibir sebentar sebelum bicara lagi. “Bu… uang jajanku hari ini… nggak usah banyak ya. Seribu aja cukup.”

Kirana tertegun. Arka selalu begitu. Selalu tahu saat uang mereka menipis meski ia tidak pernah mengeluh di depan anak-anak. “Nanti Ibu yang atur,” katanya lembut. “Kamu fokus belajar saja.”

Arka hanya mengangguk, tetapi Kirana melihat jelas mata anak itu yang berusaha dewasa sebelum waktunya.

Hening sejenak menyelimuti ruang makan kecil itu, hanya terdengar suara sendok garpu dari dua anak yang makan perlahan. Di luar, matahari mulai naik, menyeruak masuk melalui celah jendela yang retaknya belum sempat Kirana perbaiki.

Saat Arka beranjak untuk bersiap-siap berangkat sekolah, ia memanggil ibunya pelan, “Bu… nanti kalau pulang sekolah… aku boleh bantu Ibu di toko? Biar Ibu nggak capek.”

Kirana menelan ludah, menahan haru yang menyesak. “Tugas Arka belajar, bukan kerja. Biar Ibu saja.”

“Tapi Ibu capek…”

Kirana meraih bahu putranya dan menatapnya lembut, “Capek Ibu hilang kalau lihat kalian sehat.”

Arka menunduk, namun bibirnya melengkung kecil. Ia lalu memeluk ibunya sebentar sebelum bergegas mengambil tas.

Kirana menghela napas panjang, mencoba menguatkan diri. Semua ini demi kedua malaikatnya.

" Nanti sepulang sekolah langsung pulang yaa, jangan keluyuran dulu. Jagain adeknya biar ngga main jauh-jauh" ucap Kirana pada arka

"Iya Bu nanti arka langsung pulang"

Kirana lalu menoleh ke putrinya " Tiara, nanti jangan main jauh-jauh yaa, sekitar rumah aja. Kalo bisa sih kamu dirumah aja yaa tunggu Abang sampe datang"

"Iya Bu"

" Ya udah ibu berangkat dulu yaa, kamu juga Arka langsung berangkat nanti telat ke sekolah"

Kirana langsung berangkat ke tempat kerjanya setelah berpamitan dengan kedua anaknya. Di usianya yang masih dua puluh delapan dia memilih untuk tidak menikah lagi.

Dulu dia dan almarhum suaminya menikah saat dia masih berumur dua puluh tahun. Dimatanya waktu itu tergambar keluarga yang bahagia dan saling melengkapi, karena sejak awal menikah Arya sangat begitu mencintainya dan menyayanginya, tapi takdir berkata lain suaminya itu tidak memiliki umur yang panjang. Ketika pulang dari tempat kerja saat hujan tiba-tiba tergelincir dan menabrak pembatas jalan.

Kirana menghembuskan nafas panjang. Jarak antara rumah dan tempat dia bekerja tidaklah jauh. Hanya perlu berjalan sekitar tiga puluh menitan.

Begitu ia melangkah masuk, aroma tepung, beras, dan bumbu dapur langsung menyergap hidungnya. Rak-rak yang berjejer rapi berisi kebutuhan harian menjadi pemandangan yang akrab baginya. Pemilik toko, Bu Rini, sudah berada di dalam sambil menyalakan lampu-lampu dan menyapu lantai.

“Oh, Kirana. Syukurlah kamu datang. Ibu pikir kamu telat hari ini,” sapa Bu Rini tanpa menoleh, suaranya lembut seperti biasa.

Kirana cepat-cepat melepas sandal jepitnya dan menggantinya dengan sepatu kerja yang ia simpan di rak kecil dekat pintu. “Maaf, Bu. Tadi anak-anak agak susah ditinggal. Tiara minta ikut.”

Bu Rini tertawa kecil. “Namanya anak kecil, wajar. Yang penting kamu sudah di sini sekarang.”

Kirana tersenyum sopan dan segera mengambil sapu lain untuk membantu merapikan bagian depan toko. Lantai yang semalam sempat sedikit becek karena hujan sudah kering, tapi masih menyisakan debu halus.

Setelah lantai bersih, ia mulai membuka kantong-kantong besar yang baru datang pagi itu—beras lima kilogram, gula pasir, bawang, dan beberapa barang lainnya. Tugasnya adalah menyusun ulang isi rak agar rapi dan mudah diambil pelanggan.

“Mbak Kirana, nanti tolong cek stok minyak goreng ya,” kata Bu Rini yang kini sibuk mengatur catatan penjualan di buku besar. “Kayaknya tinggal sedikit.”

“Iya, Bu. Nanti saya cek.”

Kirana bekerja dengan cekatan. Tangannya lincah memindahkan dus ke rak yang tepat, menata barang demi barang sesuai kategori. Sesekali ia mengangkat galon isi ulang yang diletakkan di depan, lalu memindahkannya ke pojok dekat kulkas minuman.

Setelah semua rapi, ia mengelap kaca etalase yang sedikit berembun. Keringat mulai muncul di pelipisnya, tapi ia tetap tersenyum kecil. Baginya, bekerja keras bukan beban. Asal anak-anaknya bisa makan, ia bisa menanggung apa pun.

Tak lama kemudian, pelanggan pertama datang—tetangga sekitar yang biasa berbelanja untuk kebutuhan sarapan.

“Pagi, Kirana,” sapa seorang ibu dengan ramah.

“Pagi, Bu. Mau beli apa?”

“Rokok satu, sama susu UHT buat anak,” jawab ibu itu.

Kirana mengambil barang yang diminta dan menaruhnya di meja kasir. “Totalnya tiga belas ribu, Bu.”

Ia menimbang uang receh yang disodorkan pelanggan sambil mengucapkan terima kasih.

Setelah beberapa pelanggan datang dan pergi, Bu Rini mendekatinya. Perempuan itu tersenyum lembut.

“Kirana, kamu pulang  seperti biasa ya. Nanti siang kamu istirahat agak lama, tak apa. Kamu kelihatan capek.”

Kirana menggeleng pelan. “Saya nggak apa-apa kok, Bu.”

“Tetap saja kamu istirahat,” tegas Bu Rini ringan. “Kamu pekerja paling rajin di sini. Kalau kamu tumbang, siapa yang bantu Ibu?”

Kirana tertawa kecil. “Iya deh, Bu. Terima kasih.”

Ia melanjutkan pekerjaannya sampai matahari naik lebih tinggi. Keringat bercampur dengan lelah, tapi hatinya hangat. Meski hidup mereka sulit, Kirana selalu menemukan kekuatan dari dua hal: doa, dan senyum anak-anaknya.

1
Ds Phone
marah betul tak ada ampun
Ds Phone
orang kalau buat baik balas nya juga baik
Ds Phone
baru bunga bunga yang keluar
Ds Phone
mula mula cakap biasa aja
Ds Phone
terima aja lah
Ds Phone
orang tu dah terpikat dekat awak
Ds Phone
orang berbudi kitaberbads
Ds Phone
dia kan malu kalau di tolong selalu
Ds Phone
tinggal nikah lagi
Ds Phone
terlampau susah hati
Ds Phone
dia tak mintak tolong juga tu
Ds Phone
orang tak biasa macam tu
Ds Phone
senang hati lah tu
Ds Phone
dah mula nak rapat
Ds Phone
emak kata anak kata emak sama aja
Ds Phone
dah mula berkenan lah tu
Ds Phone
itu lah jodoh kau
Ds Phone
kenapa kau tak bagi dia balik
Ds Phone
anak yang kau pinjam wang nya
Ds Phone
makan nasi dengan mee insten campur telur
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!