🖊SEQUEL MENIKAHI SUAMI TIDAK NORMAL.
Cinta romantis, dua kata yang tidak semua orang mendapatkannya dengan mudah.
Hari itu Alena Mahira menolak Alex dan menegaskan akan tetap memilih suaminya, Mahendra. Tak ingin terus meratapi kesedihan, hari itu Alex Melangkah pergi meninggalkan kota yang punya sejuta kenangan, berharap takdir baik menjumpai.
8 tahun berlalu...
"Mama, tadi pagi Ziya jatuh, terus ada Om ganteng yang bantu Ziya. Dia bilang, wajah Ziya nggak asing." ujar Ziya, anak semata wayang Alena dengan Ahen.
"Apa Ziya sempat kenalan?" tanya Alena yang ikut penasaran, Ziya menggeleng pelan sembari menunjukkan mata indahnya.
"Tapi dia bilang, Mama Ziya pasti cantik."
*******
Dibawah rintik air hujan, sepasang mata tak sengaja bertemu, tak ada tegur sapa melalui suara, hanya tatapan mata yang saling menyapa.
Dukung aku supaya lebih semangat update!! Happy Reading🥰🌹
No Boom like🩴
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Digital, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KTML033~ Kompensasi
Maaf teman-teman, kemarin sempat libur up karena beberapa hari ini author imut dan lemah lembut ini sedang sakit dan kemarin benar-benar tidak sanggup pegang HP, terpaksa harus LDR sama urusan tulis menulis / ketik mengetik🙏 Terimakasih telah setia menunggu💋 Kissssss sekebon anggur buat kalian.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Baru saja mereka membicarakan Syeera, HP Alena berdering dan tertera nama Syeera di layar.
"Lah, baru diomongin."
Alena menerima panggilan itu, terdengar suara ramah dari seberang telepon memulai percakapan lebih dulu.
"Aku masih ada urusan. Buru-buru banget?"
"Dia bilang apa?" tanya Pak Alex dengan suara pelan.
"Dia ngotot mau ketemu sama aku malam ini juga." jawab Alena dengan suara pelan pula.
Pak Alex diam sejenak.
"Setujui saja, aku akan bersamamu."
Alena mengangguk patuh.
"Oke boleh malam ini, kamu kan udah tau rumahku, kita ketemu di rumah aja."
Alena menutup telepon setelah percakapan berakhir, ia menghela napas lalu menatap Pak Alex dengan sorot mata penasaran.
"Katanya nggak mau Axan diambil?"
" Kok di setujui? Ini dia mau ketemu aku pasti mau bujuk aku biar aku bujuk Kak Alex."
Pak Alex menghela napas pelan.
"Aku hanya ingin tau sekeras apa dia mau mengambil Axan, akan ku tunjukkan seberapa keras pula aku pada seseorang yang mengganggu." jawab Pak Alex dengan tenang.
"Eiitttsss, nggak boleh bawa-bawa senjata api ataupun senjata tajam ya."
Pak Alex mengangguk patuh, tapi namanya hati manusia tentu sulit ditebak, pria yang cukup waspada mana mungkin pergi dengan tangan kosong.
Malam harinya di rumah Alena, pukul tujuh malam. Ziya dan Axan sudah tertidur karena merasa lelah untuk hari ini, mereka berdua sedang mengarungi lautan mimpi meski raga mereka sedang tergeletak di kamar Ziya.
Yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba, penantian ini lebih tepat untuk Pak Alex yang sudah menyiapkan kata-kata menohok untuk Syeera, sedangkan Alena sungguh malas bertemu dengan perempuan satu ini karena gelagat Syeera ini membuatnya sedikit banyak mengingat mendiang Silvi yang sudah log out 8 tahun lalu. Mulai dari gaya bicara yang ramah namun mata jelalatan sampai usahanya yang enggan buka telinga atas penolakan Pak Alex.
"Maaf, aku sedikit terlambat." ucap Syeera setelah dipersilahkan masuk oleh Alena.
"Iya nggak apa-apa, masuk aja dulu."
Syeera mengangguk, ia berjalan masuk ke dalam dan hendak duduk disamping Pak Alex namun terlambat, Pak Alex lebih dulu menggeser posisi duduknya disamping Alena. Syeera hanya bisa tersenyum palsu atas perlakuan tersebut.
"Oh iya, aku buatin minum dulu." kata Alena, baru saja bokongnya diangkat sedikit, Pak Alex langsung menariknya untuk duduk kembali.
"Di meja sudah ada air mineral, jangan buang-buang tenaga." kata Pak Alex dengan santai.
Syeera memandangi meja di depannya, memang benar ada beberapa botol air mineral berukuran tanggung yang ditata rapi di atas meja, namun didepan Alena dan Pak Alex minumannya berbeda, secangkir kopi dan segelas jus buah.
Syeera tidak bisa berkata-kata meskipun jelas ini adalah tindakan yang menunjukkan kehadirannya tidak diinginkan, terutama oleh Ayah Angkat dari anaknya itu.
"Aku sedang diet, terima kasih atas perhatiannya. Air mineral ini sangat tepat untukku." ucap Syeera diselingi senyum lebar.
"Sebenarnya aku kesini dengan keperluan yang masih sama seperti sebelumnya." ungkap Syeera.
"Gini, bukannya aku belum ngomong sama Ayahnya Axan, tapi dia emang nggak mau nyerahin Axan ke kamu, Axan itu udah menyatu sama Kak Alex."
"Aku mengerti, pasti sulit melepaskan Axan setelah kau merawatnya, tapi tenang saja. Aku akan memberikan kompensasi atas jasa besarmu selama 7 tahun ini."
Syeera meletakkan kartu debit bank di meja dan disodorkan pada Pak Alex.
"Disini ada sejumlah uang, sekitar 1 miliar. Jika merasa masih kurang, aku akan menambahkannya lagi. Aku bisa memberikan satu dari dua usaha keluargaku untukmu, Pak Alex."
Terlihat rasa percaya diri Syeera sudah melambung ke langit, siapa yang tidak tergiur dengan kompensasi sebesar ini? Di zaman sekarang menghidupkan sebuah bisnis tidaklah semudah membeli gorengan, butuh waktu dan usaha yang terkadang harus berjabat tangan dengan kegagalan. Mendapat kompensasi usaha darinya tentu hal yang sangat menguntungkan, usahanya ini sudah bisa menghasilkan omset 50 juta perbulan, ditambah uang satu miliar, rugi kalau ditolak. Begitulah pikir si Syeera.
Alena dan Pak Alex saling menatap satu sama lain.
"Kompensasi macam apa ini? Kecil sekali." ledek Pak Alex.
Syeera terkejut, sedangkan Alena hanya diam sambil menggaruk tengkuknya.
"Pak Alex, anda tidak salah bicara, kan? Ini kompensasi yang menguntungkan. Apakah keperluan Axan selama 7 tahun ini melebihi satu miliar? Jika iya sebutkan saja nominalnya." ucapnya sombong.
Pak Alex menghela napas.
"Berapa total usaha keluargamu?" tanya Pak Alex.
"3 usaha di beberapa bidang, salah satunya textile. Bisnisku ini sudah bisa menghasilkan omset puluhan juta dalam satu bulan dan sudah memiliki pelanggan diatas target minimal kami. Dijamin omset tidak akan merosot."
"Serahkan seluruh aset, usaha dan rumahmu. Tambah lagi minimal 1 Triliun saja."
Syeera kembali terkejut.
"Kau mau membuatku menjadi gelandangan, hah?" tanya Syeera yang mulai tersulut emosinya.
"Hartamu hanya sesedikit ini berani-beraninya mau mengambil anakku. Tidak tahu malu."
"Alena, tolong bantu aku." Syeera memohon pada Alena.
"Aku akan memberimu sebagian asetku," rayunya.
Pak Alex tersenyum mengejek.
"Kau mau menyuap Alena dengan secuil hartamu itu? Memalukan."
Syeera benar-benar merasa terhina.
"Kalian benar-benar tidak tahu terima kasih dan malah menghinaku?"
"Aku diem aja dari tadi loh." bela Alena.
"Alena, kamu seorang Ibu. Kamu pasti tau rasanya jadi aku!" mata Syeera berkaca-kaca.
"Tapi... Aku juga tau rasanya jadi orang tua tunggal." timpal Alena.
"Apa maksudmu?"
"Sendirian mengasuh anak, mulai dari dia yang hanya bisa menangis sampai dia yang kini bisa berjalan diatas kakinya sendiri itu... Tidak mudah, Syeera. Tiap tetesan keringat yang menetes, tidak bisa diberi harga murah."
Kedua tangan Syeera terkepal.
"Padahal kamu tau susahnya melahirkan, aku bertaruh nyawa. Kamu pun sudah tahu aku tidak berniat menelantarkan anakku, aku peduli padanya dan hanya itulah satu-satunya cara agar anakku tidak lagi menderita!" Kini air mata Syeera tidak dapat tertahankan lagi, buliran bening mengalir membasahi pipinya.
Pak Alex berdiri, tatapan mata yang tadinya biasa saja kini berubah tajam, sepasang mata itu seolah ingin menghabisi Syeera saat ini juga.
"Sekarang keinginanmu sudah terkabul jadi berhentilah bersikap seolah kau yang tersakiti." ucap Pak Alex dengan penuh tekanan disetiap kata.
nabung 3 bab..
aku masih penasaran thor...
flasback nya Ahen nya gimana ya🤔🤔🤔....
kan di akhir END season 1 pada akur Ahen dan Alena🤔
aku baca dulu
lex kak